SURABAYA | duta.co — Diakui atau tidak, gerakan ‘Rabu Biru’ kini mulai mewabah di kalangan profesional muda. Tak hanya di Jakarta saja, setiap Rabu terutama di Surabaya dan Sidoarjo marak kemeja biru dikombinasi celana krem semakin tak terbendung.

Kita masih ingat gerakan kemeja kotak-kotak Joko Widodo di Pilpres 2014, tidak menutup kemungkinan gejala kemeja biru semakin membesar layaknya kotak-kotak.

Gaya Sandiaga Uno yang selalu mengenakan kemeja biru dikombinasi celana krem, begitu menyedot perhatian publik.

Kemeja biru selalu digunakan Sandi mulai pengumuman, pendaftaran ke KPU sebagai Cawapres Prabowo Subianto, bahkan saat sowan ke beberapa tokoh-tokoh penting baik ulama maupun politisi.

Sandi menyebut bahwa warna biru sebagai simbol pekerja, filosofi warna biru dan krem dari gerakan ‘Rabu Biru’ adalah elegan, percaya diri, melakukan demokrasi sejuk dengan Sandi sebagai figur magnitude (besarnya) suara, khususnya pada segmen milenial dan emak-emak.

Untuk diketahui bahwa gerakan ‘Rabu Biru’ adalah sebuah gerakan yang elegan beridiom perubahan untuk Indonesia lebih baik lagi.

Dimotori 7 sayap PADI; Laskar Prabowo Indonesia (Ketum: Saimy Saleh); Bersama Prabowo Sandi–BPAS (Ketum: Henk Mahendra), Relawan BY (Buni Yani), Sandi Uno Community milenial PS (Iwan), dan Melati Putih Indonesia (MPI) yang ketuanya Vivi Sumanti, serta Japri (Jaringan Pribumi) dipimpin Muhadi yang sekaligus inisiator gerakan.

Sederhana, tapi gerakan ‘Rabu Biru’ kini semakin nyata, dan dilandasi “rasa” yakni adanya perubahan untuk Indonesia lebih baik lagi. Menginginkan adanya pergantian presiden 2019 nanti.

Berbeda dengan Gerakan Emak-Emak

Gerakan ini sangat berbeda dengan “the power of emak-emak” yang dimotori oleh Neno Warisman, beda pula dengan gerakan “Ganti Presiden” berbasis 212 yang sangat kental ada unsur Patai Keadilan Sosial (PKS).

Gerakan ini adalah gerakan kampanye yang sejuk, damai, berkarakter dan mempunyai magnet yang begitu besar di masyarakat. Bagaimana tidak? Barisan emak-emak yang selama ini kurang tergarap adalah segmen terbesar pemilik suara. Kaum milenial dan segmen anak muda (17-34 tahun) merupakan 44% pemilik suara di Pilpres 2019, dan ini menjadi target utama gerakan Rabu Biru.

Di Surabaya, puluhan emak-emak militan yang terjaring gerakan Rabu Biru melakukan aksinya dengan nonkrong di mall-mall maupun foodcourt. Karena hari ini Rabu 17 Oktober bertepatan dengan hari ulang tahun Calon Presiden Prabowo Subianto yang ke 67, barisan emak-emak yang dikoordinatori oleh Trisusanti, kader Gerindra melakukan aksi damai dan spontanitas dengan berbagi kue ultah bergambar Prabowo.

Tujuan Perayaan ini adalah sebagai bentuk doa dan dukungan terhadap calon presiden Prabowo Subianto.

“Iya ini adalah bentuk doa dan dukungan kami Ibu-Ibu dari Surabaya agar Prabowo Subianto selalu sehat, panjang umur, semua urusan dapat dimudahkan oleh Allah SWT dan harapan terbesarnya Pak Prabowo Bisa menang pada Pemilihan Preaiden di 2019 akan datang dan bisa memimpin Indonesia lebih baik lagi,” jelas Trisusanti, caleg dari Gerindra Dapil III, kota Surabaya.

Tak hanya sekedar nongkrong dan kongkow bersama. Di Sidoarjo Gerakan ‘Rabu Biru’ Jawa Timur yang diinisiator Catur Prasetya menggelar diskusi kecil dengan mengumpulkan simpul-simpul dari elemen ulama se-Sidoarjo, akademisi, relawan, pengusaha bahkan petani tambak.

Mereka sepakat serta menyatakan sikap untuk mengawal dan memenangkan pasangan Capres nomer urut 2, Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.

Figur Cerdas dan Tegas

Menurutnya, gerakan ‘Rabu Biru’ ini berorientasi tentang adanya perubahan politik, yakni pergantian kepemimpinan nasional di Pilpres 2019 nanti.

Gerakan ini berbasis rasa yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk Indonesia lebih baik lagi akibat ketidakpuasan akan pemerintahan Jokowi di bidang ekonomi, hukum.

“Gerakan Rabu Biru adalah gerakan untuk demokrasi sejuk. Kami yakin yakin Prabowo – Sandi bisa menjadi “Sang Pembebas” dari masalah ekonomi yang kini dihadapi rakyat Indonesia. Kaum milenial generasi biru yang independen, emak-emak, dan profesional muda akan menjadi target utama untuk mengawal serta memenangkan Prabowo – Sandi,” jelasnya saat menggelar diskusi di Rumah Makan Asap-Asap, jalan Taman Pinang, Sidoarjo, Rabu (17/10/2018).

Catur juga menegaskan Prabowo–Sandi dianggap figur yang tegas untuk membawa Indonesia lebih baik lagi, dan yakin bahwa publik saat ini butuh figur tegas, santun dan pro akan nasib rakyat kecil. Meski menurut opini publik lewat polling (“sure pay”) seolah-olah Jokowi – Ma’ruf leading jauh sekitar 50% daripada Prabowo – Sandi yang mencapai 30%, serta yang undecided voter (pemilih yang belum menentukan) sebesar 20% padahal sudah tiga minggu masa kampanye.

“Yang membuat saya geli adalah kemana suara di medsos yang mencapai ratusan juta menginginkan 2019 ganti presiden? Tentu cipta kondisi itu dilakukan dengan tidak obyektif karena bisa jadi perusahaan riset/polling sudah bagian dari elemn kampanye. Pencitraan petahana yang banyak yang dilakukan lewat fasilitas negara mulai dari Asian Games, Asian Para Games dan kenduri besar IMF–WB (International Monetary Fund – World Bank). Terus apa yang didapat rakyat Indonesia saat ini dibandingkan biaya yang sudah dikeluarkan?” pungkasnya. (loe)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry