Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman. (FT/albalad.co)

RIYADH | duta.co — Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman mengakui, paham dan praktek Islam versi Wahabi, yang merupakan aliran dominan di negara Kabah itu, memang keliru.

Anak Raja Salman bin Abdul Aziz ini mengatakan, karena interpretasi ajaran Islam kaku telah memunculkan ideologi ekstremisme di Arab Saudi. Paham Islam ultrakonservatif ini juga sudah mengorbankan hak-hak warga negara dalam menikmati hidup.

“Kami adalah korban dari paham dan praktek Islam kaku (versi Wahabi), terutama generasi saya,” kata Pangeran Muhammad bin Salman dalam wawancara khusus dengan stasiun televisi CBS News kemarin atau dua hari menjelang dirinya bertemu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di Gedung Putih.

Sebagian besar dari warga negara Arab Saudi berumur di bawah 30 tahun. Karena itulah, melalui Visi 2030, Pangeran Muhammad bin Salman melakukan sejumlah reformasi sosial dan budaya. Lelaki 33 tahun ini sejak September tahun lalu mengizinkan kaum hawa Saudi menonton sepak bla di stadion. Perempuan juga boleh berolahraga, bekerja, dan menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor mulai Juni tahun ini.

Pangeran Muhammad bin Salman juga mengizinkan pertunjukan musik dan hiburan lainnya, serta bioskop di Arab Saudi. Pangeran menekankan, tidak ada kewajiban bagi perempuan Saudi untuk berabaya dan berjilbab serba hitam.

“Kita semua adalah manusia, tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan. Mereka juga nboleh berpakaian sesuka hati mereka asal sopan, tidak harus berabaya hitam,” ujarnya.

Sumber: albalad.co

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry