KONSTRUKSI : Agus B. Sutopo Tim Ahli Pemasaran PT Katama, Perusahaan Pemilik Paten Perbaikan Konstruksi Sarang Laba-Laba menjelaskan dalam Architectural Products Workshop . (duta.co/dok)

SURABAYA | duta.co –Indonesia menjadi salah satu negara  yang rentan dengan gempa. Dan Gempa Lombok dan Bali membuat masyarakat trauma, karena banyak bangunan roboh. Ambruknya bangunan disebabkan kesalahan konstruksi dalam membangunan perkantoran bertingkat.

Seperti dikatakan Agus B. Sutopo Tim Ahli Pemasaran PT Katama, Perusahaan Pemilik Paten Perbaikan Konstruksi Sarang Laba-Laba dalam acara ‘Architectural Products Workshop Surabaya di Hotel Novotel.

Menurutnya saatnya kita mampu menyajikan karya desain yang memiliki kedalaman arti kemanusiaan dan pemikiran.

Barena banyak konstruksi gedung-gedung roboh dan menelan korban jiwa akibat kurang peduli aturan gempa dalam mendesain pembangunan. Imbasnya, ketika mendapatkan goncangan sedikit maka bangunan tersebut langsung ambruk.

“Kita harus mendesain setiap bangunan memiliki konstruksi tahan gempa, karena Indonesia rawan terhadap gempa dan merupakan negara yang terletak diantara lintasan lempeng Asia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia,”  jelasnya.

Konstruksi sarang laba-laba,  jelasnya dimana salah satu penemunya adalah almarhum Ir Sutjipto, kader senior PDI Perjuangan Jawa Timur. Konstruksi karya anak bangsa ini terus dikembangkan dan digunakan, dari Sabang sampai Merauke. Serta telah teruji gempa di beberapa daerah mulai Aceh, Padang, Bengkulu sampai Papua, konstruksi ini tetap berdiri tegak dan layak huni.

“Bahkan, konstruksi ini dijadikan bahan disertasi di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis. Kami bersyukur dengan upaya antisipatif pemerintah dalam menghadapi gempa serta kepedulian pihak-pihak terkait, sehingga Konstruksi sarang laba-laba makin dipercaya dan menjadi solusi bagi penyedia jasa dalam mengantisipasi resiko gempa,” ujar Agus.

Banyak kelebihan dalam konstruksi ini, selain pelaksanaan lebih cepat, dalam pembangunan gedung tingkat efisiensinya dengan gedung pada umumnya berkisar 5-30 persen. Selain itu, konstruksi sarang laba-laba ini ramah terhadap getaran gempa yang melanda Indonesia. Terbukti, dari beberapa gempa yang terjadi di Aceh dan terbaru di Nusa Tenggara Barat, bangunan yang menggunakan konstruski sarang laba-laba masih berdiri.

Bahkan, gedung yang menggunakan konstruksi laba-laba yang utuh ini bisa dimanfaatkan untuk dapur umum bagi korban bencana gempa. “Saat ini ada salah satu bangunan yang ada di Nusa Tenggara Barat merupakan bangunan kita. Ini baru mendapatkan kabar dari NTB, kami sangat bersyukur karena gedung hasil karya kami selain tetap berdiri, juga dipergunakan untuk kepentingan kemanusiaan,” terang Agus.

“Memang ada sedikit perbaikan atau retak saat terjadi gempa, dan itu saya kira wajar karena bangunan tetap berdiri tegak dan layak huni,” jelas dia.

Tim Ahli Pemasaran PT Katama asal Surabaya ini mengaku, kebanggaan lain yang dialami karena proses pembangunan dengan konstruksi sarang laba-laba ini tidak mengganggu lingkungan sekitar. Sebab, konstruksi sarang laba-laba tidak bergantung pada alat berat dan tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Desain konstruksi sarang laba-laba tepat untuk bangunan-bangunan dengan ketinggian delapan lantai kebawah, Apron, Exit Taxiway, Jalan dan Pergudangan, kondisi ini akan lebih aman bagi pengguna bangunan maupun masyarakat pada umumnya.

Pembuatan konstruksi ini, ungkap dia, berbentuk rib atau rusuk, setelah itu di isi menggunakan tanah dan dipadatkan. Setelah pemadatan, ditutup beton bertulang. Dimana bentuk pembesian pada pertemuan plat dan kolom, seperti sarang laba-laba.

Konstruksi ini mulai mendapatkan tempat di masyarakat, tahun 2017 ada sekitar hampir 100 bangunan yang dikerjakan diseluruh Indonesia. Jumlah tersebut, lanjut dia bakal bertambah tahun 2018, karena masyarakat merasakan kualitas konstruksi sarang laba-laba ini. (imm)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry