Dr. R. Khairiyatul Afiyah M.Kep,.Ns.Sp.Kep.Mat – Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

MENARCHE adalah istilah khusus untuk menstruasi yang terjadi pertama kali. Secara bahasa, menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita dan biasanya belum memiliki siklus yang rutin setiap bulannya (Potter & Perry, 2005). Menarche menunjukkan bekerjanya kemampuan reproduksi wanita (Orringer & Gahagan, 2010).

Menarche seringkali dipandang begitu menakutkan bagi anak karena perubahan yang harus dialami pasca menarche (Orringer & Gahagan,2010). Menstruasi mengharuskan seorang wanita mengalami beberapa perubahan, mencakup perubahan biologis dan psikologis.

Perubahan biologis yang terjadi meliputi pertumbuhan tulang (peningkatan tinggi badan serta pelebaran pinggul dan bahu), pembesaran payudara, tumbuhnya rambut-rambut halus, lurus, dan gelap di sekitar pubis dan ketiak, kulit dan rambut menjadi lebih berminyak hingga memudahkan timbul jerawat, produksi keringat meningkat, indung telur membesar, dan vagina mengeluarkan cairan (Gupte, 2004).

Info Lebih Lanjut Buka Website Resmi Unusa

Selain itu, gejala Pramenstrual Syndrome (PMS) pun menjadi konsekuensi perubahan fisik. Di Indonesia, seringkali ditemukan kejadian anak mendapatkan menstruasi saat mereka sedang belajar atau bermain di sekolah tanpa ada persiapan sebelumnya (Soetjiningsih, 2000).

Kondisi kelas yang penuh, anak lelaki yang senang menggoda dan guru yang justru tidak tahu harus berbuat apa menjadi stressor bagi anak hingga banyak anak menilai menstruasi sebagai hal yang sangat menakutkan (Muscari, 1996). Anak yang mendapatkan menstruasi di sekolah juga sering mengalami kebocoran atau tembus hingga darah merembes dan terlihat di rok sekolahnya dan biasanya anak menangis, malu, takut, cemas, bahkan merasa jijik dan enggan menerima kenyataan tersebut (Lee, 2008).

Banyak respon psikologis negatif yang ditunjukkan anak yang baru mengalami menarche pada dasarnya merupakan hal yang wajar berkaitan dengan tumbuh kembang anak, namun penting untuk diberi tindakan.

Jika tidak, anak akan terus-menerus minder dan malu atas kodrat yang harus diterimanya. Kebanyakan anak merespon menarche sebagai sesuatu yang cenderung negatif, Namun, tetap terdapat kelompok anak yang justru menilai menarche sebagai peristiwa normal.

Berdasarkan beberapa penelitian pada tahun 2008 menemukan 12% remaja yang tidak mempersiapkan datangnya menarche mengungkapkan bahwa mereka merasa dirinya kotor, memalukan, dan menjijikan karena mendapati celananya penuh noda darah menstruasi.

Penelitian pada tahun 2010 terhadap 639 anak perempuan terkait menarche. Respon kebanyakan anak saat mengalami menarche adalah kecewa, sedikit terkejut, sedikit gembira, dan sedih hal yang sama dan respon yang muncul adalah menilai menarche sebagai hal yang mengganggu, menakutkan, dan memalukan.

Beragamnya respon yang muncul terhadap menarche tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah hilangnya kebebasan menjadi anak karena kenyataan bahwa akan banyak perubahan yang mengikuti datangnya menarche.

Untuk meminimalkan respon psikologi negatif saat menarche diperlukan beberapa tindakan :

1. Institusi pendidikan, khususnya sekolah dasar, adalah agar menyediakan sarana dan prasarana kesehatan bagi para peserta didiknya, terutama terkait kesehatan reproduksi, misalnya dengan mengaktifkan siswa-siswi dalam program Unit Kesehatan Siswa (UKS) ataun Dokter Kecil (Dokcil).

Dalam hal ini, pihak sekolah dapat bekerja sama dengan pemerintah (Dinas Kesehatan) atau puskesmas terdekat dalam penyediaan peralatan, serta mahasiswa kesehatan dalam membimbing siswa-siswi yang terpilih sebagai timUKS atau Dokcil.

2. Selain itu, pendidik sebaiknya bekerja sama dengan orangtua dalam memfasilitasi anak untuk mendapatkan informasi dan pendampingan terkait hal tersebut. Diantaranya dengan memberikan anak buku atau kaset video yang menerangkan perihal pubertas pada anak sambil memberikan penjelasan terkait hal tersebut.

Harapannya adalah agar anak yang kelak akan menjadi generasi pengubah dapat memperbaiki kualitas kesehatan di masa mendatang. Dengan pendidikan kesehatan tersebut, peserta didik (anak) juga dapat mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sehat atau menjaga kesehatan reproduksinya, terutama saat mengalami menstruasi. *

Bagaimana Reaksi Anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry