
JOMBANG | duta.co – Acara ‘Ngobrolin Gus Dur’ yang digelar Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA) awal pekan ini, memunculkan gagasan anyar. Ini demi menjaga misi perjuangan Gus Dur, panggilan akrab almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid.
“Kita sedang bahas upaya menjaga dan mengamalkan perjuangan Gus Dur. Setidaknya meneruskan ‘rekomendasi’ acara ‘Ngobrolin Gus Dur’ di Audiovisual MINHA tempo hari. Jangan sekedar menjadi pengagum beliau, terlebih harus melanjutkan perjuangan Gus Dur,” demikian Mokhammad Kaiyis, Pembina Yayasan Museum NU Surabaya, Sabtu (23/9/23).
Anggota Dewan Kehormatan PWI Jatim ini, mengapresiasi kecepatan sikap Gusdurian yang lantang berteriak tentang kekerasan di Rempang, Galang, Batam. Hal itu ia sampaikan saat ‘Ngobrolin Gus Dur’ di MINHA Tebuireng, Jombang, Senin (18/9/23).
“Yang terpotret media, masyarakat kecil tengah histeris mempertahankan tanah dan rumahnya. Alhamdulillah, pernyataan sikap Gusdurian muncul lebih awal, pertanda ‘Gus Dur’ masih ada,” demikian alumni Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya dan IKAHA (Institut Keislaman KH Hasyim Asy’ari), Tebuireng, Jombang tersebut.

Selain Barikade Gus Dur Jombang, hadir Imam Maliki, Koordinator Gusdurian Jama Timur. Imam menegaskan, bahwa, perjuangan Gus Dur yang selalu membela kaum lemah, telah menjadi ruh perjuangan Gusdurian. “Andai beliau masih sugeng, tentu, akan duduk bersama masyarakat Rempang, Batam,” jelas Imam.
Lelaki asli Mojokerto ini, berharap agar legacy Gus Dur mendapat perhatian khusus dari pegiat MINHA dan Museum NU. “Dengan begitu, generasi muda mendatang lebih mengenal sosok Gus Dur, berikut perjuangan beliau. Lebih bagus kalau ada ruangan khusus yang menampilkan Gus Dur dari berbagai sisi kehidupan beliau,” tegasnya.
Hal yang sama disampaikan Wicaksono Dwi Nugroho SS, MHum, Kepala Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA). Menurut Wicak, MINHA juga menyiapkan space khusus, ruang khusus guna menyimpan dan menjelaskan misi besar perjuangan Gus Dur.
“Ini ruang khusus Gus Dur. In sya Allah, Desember (2023) nanti para pengunjung MINHA sudah bisa menyaksikan dan mempelajari lebih dalam tentang perjuangan Gus Dur,” jelasnya saat mengajak sejumlah tamu acara ‘Ngobrolin Gus Dur’, yang berlangsung Senin (18/9/23).
Tampak Muhammad Basori SPdI (Abdi Dalem Gus Dur), Imam Maliki (Korwil Jaringan Gusdurian Jawa Timur), Drs H Abdul Kholiq mantan Pengurus GP Ansor Jombang, Mokhammad Kaiyis (Museum NU Surabaya). Menyusul kemudian Dr Jasminto (Dekan Fakultas Agama Islam UNHASY).
“In sya Allah sebelum Desember — yang kita kenal sebagai bulan Gus Dur – semua (isi ruang Gus Dur red.) sudah siap,” tambah Wicak.
Sangat Menghormati Istri
Diskusi ‘Ngobrolin Gus Dur’ berlangsung gayeng. Sosok Gus Dur yang humoris membuat acara berlangsung penuh tawa alias ger-geran. Muhammad Basori SPdI (Abdi Dalem Gus Dur) misalnya, mengisahkan tentang kesederhaan Gus Dur tiap hari.

“Suatu ketika, ‘gosokan’ celana Gus Dur tampak dua garis. Ini pertanda tukang gosoknya tidak rapi. Marah? Tidak, justru menjadi adegan lucu. Akhirnya saya mengulang agar menjadi satu garis. Gus Dur cuma tersenyum,” demikian Muhammad Basori, akrab dipanggil Gus Bas yang, bertahun-tahun menjadi abdi ndalem Gus Dur.
Gus Bas juga ditanya peserta ‘Ngobrolin Gus Dur’ soal kebiasaan atau amalan Gus Dur setiap hari? Menurutnya Gus Dur itu sosok yang sangat menghormati orang lain, termasuk tamu. Bahkan kepada Bu Nyai Sinta (istri Gus Dur) beliau sangat hormat. “Tidak pernah berkata kasar kepada istri,” jelasnya.
Doktor Jasminto lebih banyak mengupas kegemaran Gus Dur dengan ilmu filsafat. Gus Dur adalah tokoh NU yang sangat mencintai pengetahuan, khususnya bidang filsafat. Kebiasaanya semenjak kecil yang gemar membaca buku menjadikannya dikenal sebagai kutu buku dan pribadi yang cerdas.
“Saya hanya dua kali bertemu beliau. Ketika pamitan untuk bel;ajar ilmu filsafat, beliau mensyaratkan agar membaca 8 buku. Pada pertemuan kedua, saya sampaikan, bahwa, saya sudah membaca buku-buku filsafat. Saya juga menyampaikan buku yang menjadi bacaan KH Wahid Hasyim, ayahanda Gus Dur,” demikian Jasminto.
Menurut Jasminto, Gus Dur adalah sosok yang humoris. Tetapi, begitu membaca tulisannya, terlihat jelas Gus Dur sebagai sosok yang serius. “Dan, ternyata, tampil humoris itu lebih menguras energi ketimbang serius,” jelas Dekan Fakultas Agama Islam UNHASY, Tebuireng, Jombang ini.

Ada banyak filsafat Gus Dur yang beredar luas di Grup WA. Misalnya: Orang yang masih terganggu dengan hinaan dan pujian manusia, dia masih hamba yang amatiran.
Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak tanya apa agamamu.
Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin tinggi toleransinya.
Agama mengajarkan pesan-pesan damai. Tapi ekstrimis memutar balikannya.
Kita butuh Islam ramah, bukan Islam marah.
Perbedaan itu fitrah. Dan ia harus diletakkan dalam prinsip kemanusiaan universal.
Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya.
Esensi Islam tidak terletak pada pakaian yang dikenakan, melainkan pada akhlak yang dilaksanakan.
Jika kamu memusuhi orang karena berbeda agama dengan kamu, berarti yang kamu pertuhankan itu agama, bukan Allah SWT. (mky)