Petugas RSI  Surabaya Jemursari saat membantu pelayanan anjungan mandiri pada pasien, Sabtu (13/5). DUTA/endang

Kecanggihan teknologi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya demi meningkatkan kualitas layanan. Terutama bagi rumah sakit. Tak mengherankan jika RSI Surabaya Jemursari berupaya untuk menjadikan teknologi sebagai jembatan menuju terciptanya cyber hospital.

 

SURABAYA | duta.co — Jangan kaget ketika datang ke Rumah Sakit Islam  (RSI) Surabaya Jemursari, Anda akan diarahkan petugas untuk melakukan pendaftaran di anjungan mandiri yang ada di lobi rumah sakit. Seperti yang dilakukan Kukuh W, salah seorang pasien yang berobat ke RSI Jemursari, Sabtu (23/5).

Kukuh yang sudah lama menjadi pasien RSI Jemursari dengan mudah melakukan pendaftaran mandiri. Dia hanya memasukkan kartu berobat lalu tinggal menekan tombol-tombol yang ada di layar. Memilih poli dan dokter yang dituju. “Kalau ke pendaftaran mandiri syaratnya harus punya kartu berobat dulu. Seperti kita ke ATM. Mudah dan cepat. Tidak perlu antre,” ujar Kukuh.

Pelayanan yang cepat, mudah dan tepat ini memang sedang diterapkan RSI Surabaya Jemursari. Cyber Hospital pun sudah diluncurkan Sabtu (23/5). Tidak hanya pendaftaran secara mandiri atau e-registration, ada layanan digital lain yang disediakan.  Di antaranya, e-laboratorium, e-Radiologi, hingga e-resep dan sedang dikembangkan pada fasilitas lainnya.

Direktur RSI Surabaya Jemursari,  Prof Dr dr Rochmad Romdoni Sp PD Sp JP (K),  menjelaskan era digital saat ini, pihaknya mencoba berinovasi dengan menerapkan sistem digitalisasi dalam pelayanan.  “Kami sudah memulai secara bertahap sistem cyber hospital, sebenarnya sudah berjalan 3 bulan. Dan kami sedang mengupdate yang kurang,”jelasnya.

Menurutnya, penyesuaian sarana prasarana menjadi sistem online memang membutuhkan waktu, apalagi jika penyesuaian tersebut berkaitan dengan sumber daya manusianya. Seperti pada fasilitas rekam medik pasien yang mengubah kebiasana dokter. “Nggak gampang ngubah kebiasaan dokter nulis rekam medik langsung di komputer dan resep-resepnya. Kalau laboratorium dan resep kan tinggal centang saja,” tambahnya.

Respon positif masyarakat juga diterima dengan memotong regulasi antrian yang ada. Sebab, melalui anjungan mandiri pasien bisa langsung memilih dokternya dan tahu kapan wktu pelayanannya. “Jadi pasien bis apulang dulu dan kembali untuk pelayanannya sesuai jam yang sudah ditentukan,”jelasnya.

Selain itu, hasil pemeriksaan dan laboratorium juga bisa terpantau oleh dokter melalui rekam medik yang terintegrasi. Hal ini menambah kunjungna pasien di rumah sakitnya. Biasanya kunjungan pasien berkisar 600 sampai 700 orang. Saat ini bisa mencapai 1.200 pasien tiap harinya.

Karena perkembangan ini, RSI Jemursari juga mengadakan workshop untuk Asosiasi Rumah Sakit Islam NU (Arsinu). Sehingga bisa menambah pengetahuan dan minat anggota Arsinu untuk peningkatan kualitas. “Biasanya orang sudah under estimate dengan Arsinu, jadi kami bersedia membimbing RS lain kalau memang ingin menerapkan Cyber Hospital,” ujarnya.

Ketua Arsinu Pusat Dr. Dr Zulfikar Assar mengaku kagum dengan RSI Surabaya Jemursari. “Alhamdulillah ada rumah sakit NU yang sudah akreditasi B dan akan menjadi rumah sakit pendidikan. Karena terus terang masih banyak anggota Arsinu yang masih kelas C. Kita akan dorong lagi supaya bisa menjadi lebih baik. Dan kami juga berterima kasih karena RSI Jenursari mau berbagi ilmu agar semua anggota Arsinu bisa menafaatkan kecanggihan teknologi ini,” jelasnya. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry