Produk tembakau yang dipanaskan memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok. DUTA/dok

SURABAYA | duta.co – Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Ahli Toksikologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Sho’im Hidayat, rokok memiliki senyawa kimia berbahaya yang jauh lebih tinggi daripada produk tembakau yang dipanaskan. Sehingga rokok memiliki risiko terhadap kesehatan yang lebih besar.

Konsumen pun harus memahami hal itu dengan baik, bahwa ketika dikonsumsi, rokok melalui proses pembakaran dengan suhu lebih dari 600 derajat Celcius. Ketika dibakar, rokok menghasilkan asap dan abu yang mengandung ribuan senyawa kimia berbahaya.

“Sedangkan, produk tembakau yang dipanaskan hanya memanaskan tembakau dengan suhu tidak lebih dari 350 derajat, sehingga produk ini hanya menghasilkan uap (aerosol) dan tidak menghasilkan abu,” kata Sho’im.

Pembakaran tembakau pada rokok menghasilkan berbagai senyawa kimia yang mayoritas merupakan senyawa berbahaya dan berpotensi berbahaya (harmful and potentially harmful constituents atau HPHC). HPHC merupakan senyawa yang dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan bagi orang-orang yang terpapar, tidak hanya perokok aktif saja, melainkan juga orang-orang di sekitar perokok.

“Di dalam asap rokok itulah terdapat ribuan HPHC, sehingga kalau paru-parunya menghirup asap, maka HPHC itu yang akan terserap oleh tubuh melalui paru-paru. Salah satu contoh HPHC itu karbon monoksida. Karbon monoksida timbul akibat pembakaran tidak sempurna yang terjadi ketika rokok dalam keadaan terbakar, tapi tidak diisap oleh perokok. Kandungan ini yang kemudian masuk ke dalam tubuh saat perokok mengisap asap rokok tersebut,” ujar Sho’im.

Sho’im menambahkan selain karbon monoksida, terdapat juga senyawa berbahaya lain yang dikandung oleh asap rokok, seperti benzena, formaldelhida, dan nitrosamine tembakau tertentu, yang merupakan penyebab utama timbulnya berbagai penyakit berbahaya, seperti penyakit paru obstruktif kronis dan penyakit jantung koroner.

Di sisi lain, Sho’im menjelaskan produk tembakau yang dipanaskan memiliki jumlah HPHC yang jauh lebih rendah daripada rokok. “Ternyata, pada produk tembakau yang dipanaskan, kadar senyawa kimia berbahayanya lebih rendah sampai 90 persen. Itu berdasarkan hasil beberapa penelitian ilmiah, ya. Logikanya, kalau kadarnya lebih rendah, maka potensi risikonya terhadap kesehatan menjadi lebih rendah,” terangnya.

Salah satu senyawa dengan kadar berbeda yang dihasilkan oleh kedua jenis produk tersebut adalah karbon monoksida. Pada produk tembakau yang dipanaskan, jumlah atau konsentrasi karbon monoksida yang dihasilkan sangat sedikit karena tidak terjadi proses pembakaran.

“Yang harus terus diingat adalah bukan berarti jika mengonsumsi produk tembakau yang dipanaskan itu akan bebas risiko sepenuhnya ya. Jangan salah persepsi. Namun, produk tersebut dapat jadi pilihan yang memiliki risiko jauh lebih rendah daripada roko,” tutup Sho’im. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry