SURABAYA – Kandidat bakal calon kepala daerah baik gubernur maupun bupati/walikota dari Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Jatim maupun kader Nahdlatul Ulama (NU) dinilai paling cocok berpasangan dengan sosok tegas, berhasil dan sudah teruji kemampuanya dalam memimpin masyarakat.

“Untuk Pilgub Jatim, sosok seperti itu terlihat pada diri Tri Rismaharini Walikota Surabaya dan Abdulah Azwar Anas Bupati Banyuwangi,” ujar Ketua Litbang IKA PMII Jatim, Sunan Fanani saat menjelaskan hasil survei IKA PMII tentang kepemimpinan maslahah di Jatim melalui netizen perspektif, Senin (12/12) kemarin.

Menurut Sunan, mayoritas dari 400 netizen yang tersebar di seluruh kabupaten/Kota di Jatim tidak membutuhkan calon pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah, pekerja keras, memiliki visi yang baik, berwibawa maupun tegas. “Kriteria pemimpin yang dibutuhkan untuk kemaslahatan di Jatim itu adalah jujur, relegius, tidak korupsi, merakyat dan mampu membawa perubahan,” terangnya.

Sedangkan kemaslahatan di Jatim yang dimaksud adalah mengacu maqosid syariah yaitu menjaga agama, jiwa, harta, akal dan keturunan yang diejawantankan melalui empat bidang yakni pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sosial keagamaan.

Di tambahkan Sunan, pihaknya juga sengaja membagi netizen dalam lima wilayah yaitu Tapal Kuda, Metropolis, Madura, Pantura dan Mataraman untuk mempermudah identifikasi tingkat kepuasan kepemimpinan di Jatim. “Masyarakat Pantura kurang puas terhadap pemimpin karena banyak persoalan yang belum terselesaikan sehingga menginginkan pemimpin yang problem solving. Sedangkan di Madura, membutuhkan pemimpin yang tegas,” ujarnya.

Kendati demikian kata dosen Unair Surabaya ini  secara keseluruhan lima wilayah di Jatim merasa cukup puas dengan kepemimpinan di tingkat provinsi. Persaolan di Jatim didentifikasi ada tiga. Pertama  pendidikan yang membutuhkan peningkatan kualitas tenaga pendidik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.

Kedua, persoalan kesehatan terkait layanan RSUD yang rumit (sistem rujukan) dan kesulitan mengakses BPJS, kulitas tenaga kesehatan rendah serta masih mahalnya biaya kesehatan. “Terakhir adalah persoalan lapangan pekerjaan yang tersedia tak sebanding dengan jumlah masyarakat pencari kerja,” jelas Sunan Fanani.

Yang menarik walaupun seluruh netizen adalah IKA PMII, tapi soal pilihan figur calon pemimpin ternyata tidak berbanding lurus. Terbukti, ada empat tokoh Jatim alumni PMII yang dianggap layak memimpin Jatim menjadi maslahah tapi prosentasenya rendah. Mereka adalah Ketum DPP PKB Muhaimin Iskandar (1,0%), Menpora RI Imam Nahrawi (1,6 %), Ketua DPRD Jatim Abdul Halim Iskandar (8,5%) dan Mensos RI Khofifah Indar Parawansa (10,8 %).

Sebaliknya, kader NU namun bukan termasuk IKA PMII Jatim justru dukungannya cukup signifikan. Mereka adalah Saifullah Yusuf (Incumbent) mendapat (26,5%), Abdullah Azwar Anas (14,4%), dan Hasan Aminuddin (7,5%). “Artinya, netizen lebih mengedepankan kader NU daripada kader IKA PMII, sehingga peluang Gus Ipul lebih besar dibanding yang lain. Namun swing voter cukup tinggi 19,3 % sehingga Khofifah bisa saja menyalip Gus Ipul kalau bisa meyakinkan massa yang masih mengambang,” dalih Sunan Fanani.

IKA PMII Jatim, lanjut Sunan juga mendorong calon Gubernur Jatim mendatang adalah seseorang yang memiliki kesalehan sosial dan tidak memiliki masalah sosial dan hukum. “Pilgub Jatim masih lama yaitu tahun 2018, kalau para bakal calon gubernur dari NU itu sampai tersandung masalah sosial dan hukum, mereka bisa gagal sebelum bertanding,” imbuhnya.

Bagaimana dengan gender?, kembali Sunan menyatakan bahwa persoalan gender (laki-laki dan perempuan) tidak menjadi persoalan yang mendasar bagi netizen. Namun mayoritas netizen menginginkan kepemimpinan maslahah di Jatim dipegang oleh pemimpin laki-laki. “Memang tidak dipersoalkan tapi netizen lebih menghendaki pemimpin laki-laki,” pungkasnya. (ud)