Rektor Unusa, Prof. Dr.Ir. Achmad Jazidie, M.Eng sedang memberikan sambutan dalam pembukaan Workshop Peningkatan Mutu Dosen di Papilio Hotel, Rabu (3/5). DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co – Seorang peneliti harus bisa menyusun proposal program riset yang baik dan sesuai aturan dari Kementerian Riser Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Proposal penelitian merupakan suatu usulan penelitian yang diajukan untuk menghasilkan suatu output tertentu atau memberikan jasa penelitian kepada sponsor atau pendukung.

Dan seorang dosen, harus memiliki usulan penelitian. Hal ini merupakan tahap awal untuk membuat proposal penelitian yang baik. Hal tersebut dijelaskan Kasubdit Riset Terapan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti Dra. Desmelita, M.Sc. saat menjadi pembicara dalam Workshop Peningkatan Mutu Dosen dalam Penyusunan Proposal Program Riset Terapan Tahun 2017 di Best Western Papilio Hotel, Rabu (3/5).

“Saat ini banyak peneliti yang membuat proposal dengan sistem kebut semalam, hal ini dapat dilihat dari kualitas proposal yang ala kadarnya. Tidak sesuai dengan kebutuhan atau ketentuan dari institusi pemberi dana. Proposal yang baik harus mengedepankan kebutuhan masyarakat dan prospek yang ada di masyarakat. Seorang dosen harus memiliki skema (outline), yang berisikan apa yang akan dilakukan, mengapa suatu penelitian dilakukan, bagaimana hal itu dilakukan, dimana hal itu dilakukan, terhadap siapa hal itu dilakukan, dan manfaat apa saja yang akan didapat dari apa yang akan kita lakukan,” ungkapnya.

Workshop yang digelar hingga Kamis (4/5) ini atas kerjasama dengan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) debfab Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti.  Diikuti 100 peneliti perwakilan dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Jawa Timur.

Dikatakan Desmelita, riset-riset mahasiswa (Skripsi) harus sesuai dengan riset yang dilakukan para dosen. Sehingga tidak ada tumpang tindih antara riset mahasiswa dan riset dosen. Selain itu, dosen harus meningkatkan geliatnya terkait riset, dengan melakukan riset seorang dosen bisa mengembangkan bahan atau materi yang dapat diajarkan ke mahasiswa.

“Secara umum animo para dosen untuk menulis dan melakukan riset sudah jauh meningkat dan harus terus dijaga, dimotivasi, dan difasilitasi Kemenristek Dikti. Karena, tanpa dana penelitian, mustahil para dosen melakukan penelitian tersebut,” terangnya disela-sela acara Workshop.

Sejalan dengan Desmelita, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng. mengungkapkan, kenapa pelu adanya workshop penelitian ini, karena sebagai eorang penyandang dana (Kemenristek Dikti, Red) bisa senang ketika melihat proposal penelitian yang diajukan telah sesuai dengan keinginan penyandang dana. Selain itu seorang dosen harus bisa membuat proposal yang meyakinkan dengan tujuannya yang jelas. “Ketika seorang dosen atau peneliti membuat proposal harus memiliki roadmap atau skema yang jelas dan dapat dibaca oleh reviewer. Sebuah penelitian yang bagus dapat dilihat dari kualitas proposalnya,” terangnya.

Achmad Jazidie menambahkan, dengan adanya workshop ini diharapkan bertambah banyaknya para peneliti yang telah menyiapkan dan akan melaksanakan proposal penelitiannya. Unusa diamanahi Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti untuk menjadi tuan rumah dalam menyelenggarakan acara ini. (end)

 

 

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry