Penyerahan Bendera Trenggalek, saat Upacara Hari Jadi Trenggalek, dari Bupati H. Soeharto kepada Wabup Mahsun Ismail pada tahun 2010.

Oleh: Hamzah Abdillah*

C. Zaman Trenggalek Awal

Berakhirnya zaman Perdikan Islam adalah saat Trenggalek memasuki Zaman Trenggalek Awal. Periode ini terhitung sejak tahun 1830 sampai tahun 1932 Masehi, yakni zaman yang penuh dengan perubahan tata pemerintahan Belanda. Peristiwa sebelum tahun 1930 yang menggegerkan suasana di Jawa ialah terjadinya “Perang Pacinan”, di mana VOC telah melakukan pembunuhan dan penganiayaan terhadap banyak warga keturunan China. Peristiwa ini terjadi di Betawi pada tanggal 10 Oktober 1740.

Kejadian tersebut juga berdampak sangat besar terhadap Keraton Kartasura, karena Mas Garendi yang berjuluk Sunan Kuning dengan terang-terangan memberikan perlindungan kepada warga China yang memberontak dan membangkang terhadap kekuasaan Keraton Kartasura, yakni pada tanggal 30 Juni 1742. Hingga Sunan Paku Buwana II terpaksa turun dari tahtanya dan mengungsi ke Ponorogo. Kemudian, atas bantuan Bupati Mertodiningrat, Sunan Paku Buwana II berhasil membasmi dan menghancurkan semua pasukan pemberontak.

Baca: Sejarah Trenggalek (Bagian I)

Sebagai tanda terima kasihnya, Sunan Paku Buwana II memberikan anugerah kepada Bupati Mertodiningrat, yakni putranya yang bernama Sumotruno, dinobatkan sebagai Bupati di Trenggalek. Sumotruno adalah Bupati pertama Trenggalek. Selanjutnya, urutan Bupati pada masa ini adalah sebagai berikut:

Sumotaruno, Bupati Trenggalek Pertama

Bupati Ngabehi Surengrono (Zaman Perang Mangkubumen) sesuai Perjanjian Gianti tanggal 13 Pebruari 1755, Kabupaten Trenggalek dibagi menjadi dua wilayah, yakni bagian Timur masuk Kabupaten Ngrawa, dan  sebelah Barat masuk Kabupaten Pacitan.

Bupati RT Mangunnegoro

Bupati RT Aryo Kusumo Adinoto

Bupati R. Ngabehi Joyopuspito (RT Pusponegoro)

Bupati R. Gondokusumo (Tumenggung Sumo Adiningrat) tahun 1845 – 1850

Bupati Mangun Diredjo, tahun 1850 – 1894

Bupati Wijoyo Kusumo, tahun 1894 – 1904

Bupati Purbo Negoro, wiwit tahun 1904 – 1932, ingkang minangka panutuping Jaman Trenggalek Wiwitan.

D. Zaman Trenggalek Gemilang

Pada zaman Trenggalek Gemilang tidak banyak peristiwa yang tercatat yang berhasil dihimpun oleh para sarjana dan ahli sejarah. Kecuali peristiwa penyerahan kedaulatan yakni serah terima antara Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia (RI). Waktu itu pemerintah Belanda diwakili Majoor Crew dan Karis Soemadi, sedangkan Pamerintah Republik Indonesia diwakili Moekardi, R. Roestamadji dan Kardono.

E. Zaman Trenggalek Wibawa     

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950, Kabupaten Trenggalek terbagi menjadi 4 (empat) Kawedanaan, yakni:

  1. Kawedanan Trenggalek
  2. Kawedanan Karangan
  3. Kawedanan Kampak
  4. Kawedanan Panggul

Nama-nama Bupati Zaman Trenggalek Wibawa, adalah:

Bupati Notosoegito

Bupati R. Lantip, pada masa pemerintahannya, DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara) sudah terbentuk dan diketuai oleh R. Oetomo

Bupati Moeprapto; Pada masa ini berdasarkan UU No. 20 dan No. 12 tahun 1950, serta Peraturan Pamarentah No. 52 Tahun 1950, kawasan Trenggalek kembali dipulihkan hingga seperti saat ini. Dan yang ditunjuk sebagai Bupati adalah Moeprapto terhitung sejak tanggal 27 Desember 1950 sampai 21 Januari 1958; Pada Tahun 1951 saat Bupati Moeprapto berkuasa kehidupan rakyat Trenggalek laksana “ketiban Ndaru”, gebyarnya sangat masyhur. Sehingga pada saat itu, Presiden Pertama RI Ir. Soekarno sang Proklamator, berkenan datang ke Trenggalek dan menyampaikan pidatonya di Aloon-aloon Trenggalek.

Bupati Abdul Karim Diposastro, didampingi Kepala Daerah R.Soepangat Prawirawinata

Bupati Soetomo Koencahya, yang karena terlibat G 30 S/PKI, harus diamankan oleh Pemerintah Orba

Bupati M. Hardjito, tanggal 1 Oktober 1965 – 30 Januari 1967. M. Hardjito adalah bupati Trenggalek pertama yang dinobatkan pada masa Orde Baru

Bupati Moeladi, tanggal 1 Pebruari 1967- tanggal 1 Oktober 1967

Bupati Soetran, tahun 1968 – tahun 1975. Pada masa pemerintahannya inilah Trenggalek berhasil menjadi Kabupaten pertama di Jawa Timur yang berhasil meraih penghargaan “Parasamya Purnakarya Nugraha” ing tahun 1974. Di mana karena jasa-jasanya, H. Soetran diangkat menjadi Gubernur di Irian Jaya oleh Pemerintah Pusat.

Bupati M. Ch. Poernanto

Bupati Soedarso, menjabat Bupati Trenggalek tanggal 4 September 1975 – tanggal 2 Oktober 1985. Dalam masa pemerintahan Soedarso inilah, Sejarah kelahiran Trenggalek bisa ditetapkan tanggal 31 Agustus 1194

Bupati H. Haroen Al Rasyid (2 Oktober 1985-2 Oktober 1990)

Bupati Drs. H. Slamet (2 Oktober 1990-2 Oktober 1995)

Bupati Drs. H. Ernomo (2 Oktober 1995-2 Oktober 2000)

Bupati Ir. H. Mulyadi WR (2 Oktober 2000-2 Oktober 2005)

Bupati H. Soeharto (2 Oktober 2005 sampai sekarang dan akan berakhir nanti pada tanggal 2 Oktober 2010)

Bupati Mulyadi WR (2 Oktober 2010-2 Oktober 2015)

Bupati Emil Elestianto Dardak, (2015-2020)

Tumbuh dan berkembangnya Trenggalek jika dikaji secara mendalam  memang berbeda dengan kabupaten lainnya, meskipun sama-sama kawasan mataraman. Akar kata “Treng lan Galih” yang kemudian karena pengaruh bahasa ucapannya menjadi “Trenggalek” adalah sangat cocok dengan wujud dan wataknya bumi Trenggalek. Karena itulah, sebagai doa dan harapan “Sejarah Trenggalek” selalu diringi dengan slogan “JAYA WIJAYAGUNG TRENGGALEK JAYATI”.

(Bersambung)

*Ketua PWI Kabupaten Trenggalek

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry