Gus Hans (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Juru Bicara Calon Gubernur Jawa Timur Nomor Urut 1 Khofifah-Emil, Gus Hans menanggapi santai pernyataan Ketua Seknas Jokowi Jatim, Sapto Raharjanto yang menyatakan, Jokowi lebih mendukung pasangan nomor urut dua, Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno dibandingkan pasangan Khofifah-Emil.

Gus Hans justru melihat pernyataan Sapto seakan menyeret nama besar Jokowi untuk kepentingan parsial dalam Pilkada Jawa Timur. Padahal, menyeret nama presiden dalam Pilgub sama dengan meruntuhkan wibawanya.

Sebelumnya, Sapto mengatakan bahwa sejak Khofifah tidak lagi menjabat menteri, maka hubungan politik Jokowi dengan Khofifah sudah putus. Sementara Pada Pilkada Jatim 2018, kata Sapto, Jokowi berada di pihak Gus Ipul-Puti sedangkan Amien Rais dan Habib Rizieq berada di pihak Khofifah.

“Saya rasa statement tersebut tidak perlu ditanggapi berlebih. Lagi pula tidak ada hubungan Presiden dengan proses politik yang lagi bergulir. Tidak hanya di Jawa Timur, tapi di seluruh wilayah Indonesia yang tahun ini menyelenggarakan Pilkada serentak,” ungkapnya.

Menurut Gus Hans, satu-satunya kepentingan Presiden Jokowi dalam gelaran Pilkada serentak ini tidak lain adalah proses pilkada berjalan sesuai jadwal, aman, dan lancar. Sedangkan soal hasil, Presiden menyerahkan seluruhnya kepada rakyat agar kualitas demokrasi terus meningkat.

“Ada baiknya kita semua tetap menjaga wibawa Presiden. Jangan sebaliknya, merongrong dengan kepentingan parsial Pilkada. Saya sendiri sangat yakin Presiden Jokowi ada di posisi netral dan sangat menghormati proses demokrasi yang tengah berjalan dan tidak berniat untuk cawe-cawe,” tuturnya.

Namun jika ingin ditilik ke belakang, kata Gus Hans, Khofifah sendiri adalah juru bicara Jokowi-JK saat Pilpres 2014 lalu. Dipilihnya Khofifah karena memiliki rekam jejak yang baik dan sangat disegani di kancah perpolitikan nasional. Khofifah mundur sebagai Menteri Sosial dari Kabinet Kerja, bukan diberhentikan seperti Gus Ipul saat menjadi Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) pada Kabinet Indonesia Bersatu pada era SBY.

Tak bisa dipungkiri, Presiden Jokowi sering memuji Khofifah yang lincah, ligat (super cepat) dan cerdas dalam bekerja. (FT/dok)

Gus Hans mengatakan, saat ini Pilkada telah memasuki babak akhir masa kampanye. Bukan lagi tentang siapa mendukung siapa maupun kendaraan apa yang dipakai untuk melaju dalam putaran Pilkada. Masyarakat pun selama masa kampanye mendapat input soal prestasi, rekam jejak, ide, gagasan, kapasitas, program, rencana-rencana kedepan untuk Jawa Timur oleh semua kandidat.

“Jadi biarkan tanggal 27 Juni mendatang mereka menentukan pilihannya. Tidak usah harus bawa-bawa nama Presiden. Pekerjaan beliau banyak dan tidak cuma mengurusi Pilkada,” tuturnya.

“Ketergantungan kandidat terhadap dukungan presiden memperlihatkan lemahnya rasa percaya diri dari calon tersebut terhadap kekuatan konsepsi dan kapasitas dari pasangan maupun tim untuk mandiri dalam merebut hati dan pikiran konstituen,” imbuhnya.

Gus Hans berharap, persaingan dalam Pigub Jawa Timur berlangsung secara sehat dengan menonjolkan prestasi serta gagasan maupun program saat kepemimpinannya nanti. Sehingga, penyelenggaraan pilkada dapat berlangsung aman dan damai. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry