
MALANG | duta.co – Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Merjosari, Kecamatan Dau, Kota Malang KH Luqman Al-Karim (Gus Luqman), meninggal dunia, Jumat (8/9) pukul 02.10 di Rumah Sakit Persada Malang. Kabar tersebut mengejutkan umat Islam, khususnya di Malang.

Kabar duka tersebut tersebar melalui pesan singkat WhatsApp yang juga dibenarkan beberapa pihak yang dekat dengan almarhum. Termasuk Prof Dr Mas’ud Said, guru esar Universitas Muhammadiyah Malang.
“Innalillahi wainnailaihi rojiun. Telah pulang ke rahmatullah KH Luqman Al-Karim (Gus Luqman) Pimp. Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang. pagi ini pk. 02.10 di RS Persada Malang. Smg almarhum Husnul Khatimah. Amiiiin YRA,” demikian pesan beruntun tersebut.
Sakitnya adik kandung Rektor Universitas Brawijaya tersebut tidak banyak yang tahu. Gus Luqman sempat dirawat di RSPAD Jakarta sebelum dirawat di RS Persada Malang. Pemakaman dilakukan Jumat (8/9) pukul 09.00 WIB.
Jenazah Gus Luqman disalatkan di lingkungan pondok. Ribuan pelayat mengantarkan jenazah ke makam keluarga yang terletak di utara pondok. Prof Dr Ir Mohammad Bisri MS, kakak kandung almarhum yang juga rektor Universitas Brawijaya Malang, yang melantunkan azan sebelum jenazah Gus Luqman diturunkan ke Liang lahat.
Prof Bisri tak kuasa menahan air mata saat dibantu kerabat keluar dari liang lahat. Prof Bisri kemudian bergegas keluar dari kompleks makam.
Sakit Radang Otak
Usai pemakaman, Prof Bisri mengatakan, adik kandungnya itu sudah lama sakit. “Namun yang bersangkutan sama sekali tidak merasakan sakitnya. Hingga Lebaran kemarin, sempat dirawat di RSPAD Jakarta, ” ujarnya.
Soal penyakit yang Gus Luqman, Bisri mengungkapkan bahwa adiknya yang nomor delapan dari sepuluh bersaudara ini punya penyakit di otaknya. “Seperti radang dan tumor yang kadang kambuh dan kadang tidak, bahkan dirawat hingga 50 hari lamanya,” jelasnya.
Diakuinya, adik kandungnya ini kerap bepergian ke luar negeri, utamanya negara Arab. “Sering hanya untuk mengunjungi pondok pesantren yang tersebar di negara Arab. Hanya saja setiap pergi ke negara Arab, ia selalu menolak divaksin miningitis, ” imbuh Bisri.
Mungkin karena tidak divaksin itulah, ia terserang semacam virus yang menyerang otak dan membuatnya tidak sadar hingga meninggal. Disinggung soal keberlanjutan pondok pesantren setelah meninggalnya Gus Luqman, Bisri mengaku belum tahu.
“Saya belum tahu kelanjutannya, karena harus bertanya soal pondok pesantren. Meskipun sempat Dik Luqman saya buatkan kantor agar tidak ke mana-kemana, ” tandasnya.
Orang Penting Melayat
Kepergian Gus Luqman mengagetkan banyak kalangan. Termasuk M Anton, wali kota Malang, yang tak kuasa menahan air mata di rumah duka. “Saya baru dapat kabar kalau Gus Luqman wafat sekitar pukul 02.30 WIB Jumat ( 8/9),” ungkap Anton di sela-sela melayat di Ponpes Bahrul Maghfiroh.
Anton mengaku sempat mendengar Gus Luqman sakit dan tengah dirawat di rumah sakit. “Saya sempat menengok beliau di rumah sakit sebelum berangkat haji. Namun belum sempat komunikasi karena kondisinya tidak sadar. Hingga ada kabar beliau wafat,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan Pangdam V Brawijaya Mayor Jenderal TNI Kustanto Widiatmoko yang datang secara khusus ke Ponpes Bahrul Maghfiroh Malang. “Saya mendengar kabar dan langsung menelepon panglima TNI yang juga kaget. Kemudian meminta saya mewakili beliau ke Ponpes Bahrul Maghfiroh,” ujarnya.
Di lingkungan TNI, nama Gus Luqman memang sangat dihormati. Apalagi dengan banyaknya pembinaan mental keagaaman yang disampaikan Gus Luqman serta sumbangsihnya kepada bangsa dan negara.
“Meskipun sebagai Pangdam saya baru mengenal, informasi dari beberapa senior di TNI, beliau sangat dihormati. Sehingga secara pribadi dan atas nama kesatuan, kita merasa kehilangan putra terbaik bangsa,” jelasnya.
Berkecimpung di PSSI
Kiprah Gus Luqman di Malang bukan hanya pada bidang keagamaan tapi juga di dunia olahraga. Pernah menjadi pimpinan Pengcab Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Kota Malang, dan dikenal figur yang mengayomi Aremania.
Di dunia pesantren, Gus Luqman berhasil mengembangkan Pesantren Bahrul Maghfiroh di sejumlah daerah di Indonesia. Seperti di Lampung dan Jakarta. Kepada santrinya, Gus Luqman tidak memungut biaya sedikit pun. Bahkan, di antara santri yang berprestasi diberi kesempatan dibiayai melanjutkan jenjang pendidikan keagamaannya ke Yaman dan Arab Saudi.
Dalam dakwahnya, Gus Luqman berhasil merangkul pelbagai kalangan. Bukan hanya kalangan miskin, tapi juga selebriti di Indonesia, khususnya yang tengah mengalami masalah narkoba. Sejumlah artis, bahkan menganggap Gus Luqman sebagai penasihat spiritualnya.
Bagi NU, Gus Luqman memang tidak masuk jajaran struktural pada organisasi yang juga diperjuangkan ayahandanya, KH Abdullah Fattah (almaghfurlah). Namun, dalam beberapa kegiatan NU dan badan otonomnya, seperti Muslimat NU, Gus Luqman memberikan fasilitas di Bahrul Maghfiroh untuk mengadakan pelbagai perhelatan.
Putera dari KH Abdullah Fattah bin Mbah Daim Jotranegara ini lahir pada 21 Mei 1964 dan telah mengemban ilmu agama di salah satu pondok yang didirikan oleh seorang ulama besar di Jawa Timur termasuk pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, Ponpes Salafiyah Tebuireng.
Usai mengemban ilmu beberapa tahun lamanya, almarhum mendirikan Ponpes Bahrul Maghfiroh yang sangat ternama di Kota Malang. Kepergian almarhum yang mendadak pun membuat publik Malang sangat kehilangan. ais





































