LIMBAH: Warga menunjukkan ikan mati di Kali Surabaya yang diduga terpapar limbah pabrik. Duta/Rum

SURABAYA | duta.co – Ikan mungut atau mati massal kembali di daerah aliran sungai (DAS) Brantas kembali terjadi pada Sabtu (17/8/2019). Ikan mati massal terlihat pertama dari Desa Driyorejo, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik hingga akhirnya merembet hingga ke Kali Surabaya.

“Peristiwa ini menambah daftar panjang rentetan kejadian ikan mati massal yang sebelumnya juga terjadi di Kali Surabaya,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton),  Prigi Arisandi.

Dijelaskan Prigi, Informasi terjadinya ikan mati massal tersebut pertama kali didapat dari Mardika (30) Warga Desa Bambe Driyorejo, Gresik.

“Dengan informasi tersebut, Ecoton melakukan penelusuran, yang menemukan fakta di lapangan memang benar sedang terjadi ikan mati massal. Meliputi Desa Driyorejo, Desa Cangkir, Desa Bambe,” jelasnya.

Jenis ikan yang mati massal tersebut, masih kata Prigi, merupakan Ikan yang memang sangat rentan terhadap sumber pencemar yang mempunyai unsur senyawa berbahaya dan beracun, yakni jenis ikan bader merah dan ikan rengkik.

Ecoton menyayangkan terjadinya peristiwa itu, karena ikan-ikan asli Kali Surabaya cepat atau lambat akan habis yang berujung kepunahan.  “Yang membuat semakin prihatin, tidak ada tindakan dari pemerintah yang berwenang,” tegas  Prigi.

Catatan Ecoton, ini bukan kali pertama fenomena tersebut terjadi di DA Brantas  yang mengalir sepanjang Sidoarjo, Gresik hingga Surabaya. Bulan sebelumnya, yakni Juli 2019, ikan munggut sudah empat kali terjadi, terakhir pada 25 Juli 2019 lalu.

Penyebabnya adalah limbah yang diperkirakan mencemari aliran sungai Kali Surabaya yang kali ini mengalami penurunan debit, karena memasuki musim kemarau. Dugaan ini diperkuat dari penelusuran lapangan yang dilakukan Ecoton. Yakni di aliran sungai sebelum letak pabrik tersebut, tak ditemui indikasi ikan mati massal. Namun, di aliran setelah pabrik tersebut, Ecoton menemukan terjadi kematian ikan.

“Mulai masuk musim kemarau jadi debit sungai Kali Surabaya mulai turun, dari penelusuran Ecoton, dugaannya ada pabrik kertas di wilayah Driyorejo, yang memberi kontribusi pencemaran. Penelusuran kami, (aliran sungai) sebelum pabrik itu tidak ketemu (ikan munggut), baru setelah pabrik itu mulai banyak,” kata dia.

Ecoton telah melaporkan temuannya ke Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Dan berharap ada tindak lanjut dari laporannya, termasuk penindakan terhadap perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran.

Prigi juga mengingatkan agar perusahaan mengontrol pembuangan limbahnya, mengingat air sungai Kali Surabaya merupakan bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat, yang dikonsumsi oleh jutaan warga di Surabaya, Gresik dan Sidoarjo.

“Ini mengkhawatirkan karena mendekati intake-nya PDAM, karena ini bahan baku PDAM. Kami rasa PDAM segera mengantisipasi karena bahaya kalau sampai dikonsumsi masyarakat,” tandas Prigi. rum

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry