Menlu Retno LP Marsudi (ist)

JAKARTA | duta.co – Pemerintah Indonesia menolak keras rencana presiden Amerika (AS) Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal ini ditegaskan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi karena dapat menganggu dan membahayakan proses dan upaya perdamaian kemerdekaan Palestina.

“Indonesia telah menyampaikan kekhawatiran mendalam soal isu status Yerusalem akan dijadikan ibu kota Israel, dan kita menolak kebijakan AS itu.” Demikian Retno dilansir di Jakarta, Selasa (5/12).

Diakui Retno pihaknya telah menemui duta besar Amerika untuk Indonesia perihal kekhawatiran jika Amerika bersikeras mengakui Yerusalem ibu kota Yahudi. “Kemarin, saya sudah bertemu duta besar Amerika Serikat. Saya menyampaikan kekhawatiran dan mengatakan bahwa kepemimpinan dan kebijaksanaan dari AS dibutuhkan dalam isu Palestina.”

“Dubes AS menginformasikan bahwa Presiden Amerika saat ini, belum mengambil keputusan final soal isu ini,” tutur mantan Dubes RI untuk Belanda itu.

Retno juga menegaskan, situasi yang sedang berkembang saat ini membutuhkan perhatian dan persatuan dari masyarakat internasional. Untuk menjamin hak dan upaya Palestina dalam mencapai kemerdekaan. Selain itu, pembangunan Palestina juga perlu dilanjutkan.

“Bersama kita bisa menolong warga Palestina. Sejak 2008, Indonesia telah membuat program capacity building dan melatih lebih dari 1.800 warga Palestina dalam berbagai bidang. Mari kita bekerja sama, agar nantinya anak-anak Palestina bisa memiliki negara mereka sendiri,” tutupnya.

 

Akan Timbul Bencana

Langkah Indonesia tersebut sama dengan sikap Turki. “Jika status Jerusalem diubah dan langkah lain dilakukan, bencana akan terjadi,” kata Jubir Pemerintah Turki Bekir Bozdag dalam satu taklimat setelah pertemuan Kabinet Turki, Senin (4/12).

Rakyat Israel atau Palestina atau yang lain takkan memperoleh keuntungan dari tindakan semacam itu, kata Bozdag, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Selasa (5/12). “Itu akan benar-benar menghapuskan proses perdamaian yang rapuh di wilayah ini, dan mengarah kepada konflik baru, pertikaian baru dan kerusuhan baru.”

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan percakapan telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengenai masalah itu, kata Bozdag tanpa memberi perincian lebih lanjut.

Selama kunjungan Abbas ke Turkim Agustus lalu, Erdogan memperlihatkan dukungan kuat buat Palestina. Erdogan juga mendesak Israel agar mengakhiri upaya pendudukannya atas wilayah Palestina. Perbuatan Israel itu, katanya, mengancam kemungkinan penyelesaian dua-negara bagi konflik Palestina-Israel.

Erdogan juga berikrar Ankara akan melanjutkan upayanya bagi pengakuan Palestina di semua arena internasional. Di dalam tindakan yang disambut oleh sebagian pihak dan kontroversi buat yang lain, Trump diperkirakan akan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel pekan ini.

Israel telah menguasai bagian barat Jerusalem sejak berdirinya Negara Yahudi pada 1948. Pada 1967, setelah Perang Timur Tengah, Israel merebut bagian timur Jerusalem dari Jordania dan mengumumkan kedua wilayah tersebut sebagai ibu kotanya yang bersatu.

Tindakan itu tak pernah diakui oleh masyarakat internasional, termasuk sekutu paling dekat Israel, Amerika Serikat. Rakyat Palestina memandang Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Jerusalem adalah tempat bagi semua kantor pemerintah Israel. Sementara kedutaan besar asing berada di Tel Aviv. Kebanyakan hubungan dengan pemerintah Israel dilakukan di Jerusalem –ibu kota yang tak diakui oleh siapa pun.

Jerusalem adalah tempat suci bagi agama Islam, Yahudi, dan Kristen, dan membuatnya jadi tempat penting buat banyak orang di seluruh dunia. hud, ntr, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry