Dwi Novitasari
Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Teknologi Digital (FEBTD)

JUDI online bukan sekadar pelanggaran hukum—ini adalah serangan terhadap masa depan generasi muda. Dalam dunia digital yang tanpa batas, anak-anak kita tidak lagi membutuhkan akses khusus untuk terpapar konten perjudian; cukup lewat pop-up iklan, ajakan dalam grup chat, atau unggahan di media sosial.

Tanpa pengawasan dan pemahaman yang memadai, mereka dapat tergelincir dalam kebiasaan yang menghancurkan, bahkan sebelum menginjak usia dewasa.
Judi online kini bukan lagi ancaman jauh di luar sana. Namun, sudah mengetuk pintu-pintu sekolah, menyusup lewat smartphone dan media sosial, mengintai remaja yang tengah mencari jati diri.

Fenomena ini tak bisa dianggap remeh—data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2023 hingga 2024 menyebutkan bahwa pengguna internet terbesar di Indonesia adalah mereka yang berusia 15–19 tahun. Hal ini berarti para pelajar SMA adalah target utama sekaligus kelompok paling rentan.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa 
Banyak remaja tergoda karena promosi judi online yang menjanjikan istilah “cuan cepat”, ditambah rasa ingin tahu yang besar dan pengaruh teman sebaya.

Sayangnya, mereka belum sepenuhnya menyadari risiko yang mengintai sepertin kecanduan, stres mental, kehilangan uang, hingga terjerat hukum.

Melihat kondisi ini, sebagai upaya dan bentuk proaktif menjaga generasi muda, maka menjadi perlu adanya kolaborasi antar pihak salah satunya dengan membentuk tim dari perguruan tinggi bersama sejumlah mitra sekolah untuk menggagas program bertajuk “Generasi Cerdas Tanpa Judi Online”.

Program ini bertujuan membentengi remaja dengan pengetahuan, keterampilan, dan lingkungan yang mendukung agar tak terjerumus dalam jerat judi digital.

Apa saja yang dilakukan?

1. Sosialisasi dan Edukasi Langsung di Sekolah

Kegiatan dilakukan secara interaktif dengan ceramah, diskusi, hingga simulasi cara menolak ajakan berjudi. Materi dirancang menarik dan sesuai gaya belajar remaja, mencakup jenis-jenis judi online, cara kerjanya, dampak buruknya, dan hukuman hukumnya.

2. Pendampingan dan Konseling

Bagi siswa yang sudah mulai terpapar atau menunjukkan gejala kecanduan, tersedia sesi konseling individual dan kelompok. Mereka juga dilatih keterampilan hidup seperti manajemen stres, komunikasi sehat, dan pengambilan keputusan.

3. Libatkan Semua Pihak

Orang tua, guru, dan tokoh masyarakat dilibatkan lewat pelatihan dan seminar. Di sekolah, dibentuk kelompok dukungan sebaya sebagai “teman ngobrol” positif, sekaligus pengingat satu sama lain.

4 Manfaatkan Media Sosial secara Positif

Alih-alih jadi ladang promosi judi, media sosial diarahkan sebagai sarana kampanye anti-judi. Konten edukatif dan inspiratif terus digulirkan untuk melawan narasi yang menyesatkan.

Hasil yang Dicapai

Program ini tak berhenti di sosialisasi. Penting untuk melakukan evaluasi secara rutin guna monitoring dan mengukur seberapa jauh pemahaman siswa meningkat dan sikap mereka terhadap judi online berubah. Hasil awal dapat dilihat adanya peningkatan kesadaran dan keengganan remaja untuk mencoba praktik ilegal ini.

Langkah Lanjut

Upaya menjaga keberlanjutan, sekolah membentuk tim anti-judi yang beranggotakan guru, konselor, dan siswa. Mereka akan terus memantau, memberi edukasi, dan bertindak cepat jika muncul kasus baru. Modul pelatihan juga disiapkan agar program ini bisa direplikasi di sekolah lain.

Membentuk generasi cerdas di era digital tak cukup hanya dengan melarang. Dibutuhkan edukasi, keterlibatan aktif, dan dukungan lingkungan agar remaja mampu memilih jalan yang sehat dan produktif. Kita percaya bahwa solusi tidak hanya datang dari orang dewasa. Melibatkan remaja sebagai duta anti-judi online adalah kunci utama.

Mereka dilatih menjadi agen perubahan—menyampaikan pesan lewat podcast sekolah, video pendek di TikTok, atau forum diskusi siswa. Dengan pendekatan sebaya ini, pesan anti-judi terasa lebih relevan dan menyentuh, karena disampaikan oleh mereka yang mengalami langsung tekanan sosial dan dinamika remaja. Mari kita bergerak bersama—guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah—karena menyelamatkan satu anak dari judi online bisa berarti menyelamatkan masa depan bangsa. *

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry