Warga Desa Sedenganmijen Kec. Krian mencari cacing sutra di sungai Junwangi, Selasa, (19/9/23). (FT/LOETFI)

SIDOARJO | duta.co – Demi memenuhi kebutuhan hidup dan perekonomian, warga Desa Sedenganmijen, Kecamatan Krian, ini, 10 tahun berprofesi sebagai pencari cacing sutra di sungai. Tidak tertarik atau enggan beralih profesi, lantaran aktivitas ini turun temurun dari almarhum sang ayah. Ditemui duta.co, Selasa, (19/9/23), Mukhtar (34) warga lain, menceritakan aktivitas menjadi “Percacingan” itu.

Pria yang biasa disapa Baron ini mengatakan, setiap hari mencari cacing sutra di sungai mulai pukul 07.00 wib. “Setiap hari, mulai jam 7 pagi sampai jam 12 siang (pukul 12.00 wib). Sehari paling sedikit dapat 10 kg,” ungkapnya.

Masih kata Baron, hasil mencari cacing ini dijual ada yang ambil dari Kediri, 5 kg-nya dihargai Rp50 ribu. Biasanya di sungai Ponokawan dan yang saat ini di sungai Junwangi Kec. Krian.

“Sudah sepuluh tahun menekuni profesi Percacingan ini (mencari cacing sutra), tidak ingin cari kerjaan lain karena saya meneruskan profesi almarhum ayah saya mas,” terang Baron.

Baron menambahkan, “Sehari 20 kg itu mentok mas. Karena juga dibantu (dapat bantuan) dua bulan sekali beras 10 kg dan telur,” imbuhnya.

Ditanya untuk apa cacing sutra ini, Baron menjawab digunakan untuk makan ternak ikan lele. Pria yang tidak ingin beralih kerjaan atau profesi lainnya itu walau harus basah-basah menceburkan diri ke sungai tiap hari bercampur sampah dan kotoran dan lain sebagainya.

“Keluh kesahnya itu. Enaknya tidak ada batasan dapat berapa banyak, dan juga ini asalnya turun-temurun profesi almarhum ayah, tidak ada tekanan berangkat. Sak wayah-wayah (tidak mengikat.red), dan tidak ada aturan walau harus basah kuyup tiap hari,” pungkanya. (loe)

Bagaimana Reaksi Anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry