MAHASISWA DO: Dita Oepriarto (dua dari kanan) bersama istri dan anak-anaknya yang menjadi pelaku bom bunuh diri tiga gereja di Kota Surabaya, Minggu (13/5) lalu. (ist)

SURABAYA | duta.co – Rektor Universitas Airlangga Surabaya Prof Mohammad Nasih menyatakan pelaku teror bom di tiga gereja di Surabaya, yakni Dita Oeprianto, dikeluarkan (DO) Unair pada tahun pelajaran 1993/1994 karena hasil belajarnya tidak memenuhi standar.

Nasih mengatakan, Dita dengan nomor induk mahasiswa (NIM) 049114141P masuk kuliah pada 1991 sebagai mahasiswa D3 program studi (prodi) manajemen pemasaran. Dita bukan mahasiswa D3 akuntansi yang ramai diinformasikan di media sosial.

“Dita di-‘DO’ Unair karena indeks pretasi kumulatifnya (IPK) tidak memenuhi syarat,” kata Nasih di Surabaya, Selasa (15/5), dikutip dari Antara.

Nasih menjelaskan, pada semester I perkuliahan, Dita hanya mendapat indeks prestasi (IP) 1,33 karena hanya menyelesaikan tujuh satuan kredit semester (SKS). Pada semester II Dita meraih IP 1,11, dan semester selanjutnya hanya meraih IP nol koma.

“Dari total 110 satuan kredit semester (SKS) yang seharusnya ditempuh, Dita hanya menyelesaikan 47 SKS dengan IPK 1,47. Karena tidak memenuhi standar nilai, Dita di-‘DO’ Unair,” ucapnya.

Selain itu, kata Nasih, berdasarkan penelusuran tim akademik Unair, Dita tidak pernah aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Baik senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiwa (BEM) universitas maupun fakultas, hingga unit kegiatan mahasiswa (UKM). “Yang bersangkutan juga bukan jamaah kajian masjid kampus lingkungan Unair,” ujarnya.

Dengan latar belakang tersebut, lanjut Nasih, sangat tidak relevan mengaitkan Dita dengan institusi Unair. Pihaknya meyakini Dita punya guru atau pembimbing yang sangat berpengaruh di luar sana dibanding dosen waktu berkuliah.

Selebihnya, dia meminta semua pimpinan dan sivitas akademika Unair tetap bersatu dan tidak memberi peluang tumbuh kembangnya ideologi atau perilaku teror yang tidak beradab. “Kalau ada mahasiswa yang IP-nya jelek, tolong dosen walinya mengecek sebabnya dan memberi pembinaan khusus,” kata Nasih.

 

Pernyataan Sikap IKA Unair

Sementara itu, Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Airlangga (PP IKA UA) mengeluarkan sikap terkait aksi peledakan yang mengguncang Surabaya pada Minggu (13/5) dan Senin (14/5).  Sikap yang pertama adalah mengutuk keras keras aksi teror.

“Aksi teror tersebut merupakan tindakan yang biadab dan tidak berperikemanusiaan serta tidak dibenarkan oleh satupun agama yang ada,” kata Ketua PP IKA UA Haryanto Basoeni, Selasa (15/5).

Haryanto juga mengatakan keluarga besar IKA UA menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada keluarga yang kehilangan anggota keluarganya akibat aksi teror tersebut. Untuk warga Surabaya, PP IKA UA mengimbau agar selalu bekerja sama bahu membahu melawan dan mencegah aksi terorisme.

Lebih lanjut, IKA UA juga mempercayakan sepenuhnya penindakan tegas serta pengusutan tuntas pelaku teror hingga ke akar-akarnya kepada aparat keamanan.

Sebelumnya, ledakan bom terjadi di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5) pagi. Di antaranya, Gereja Santa Maria Tak bercela Ngagel, Gereja Kristen Indonesia Jalan Diponegoro, serta Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan, Jalan Arjuna, Surabaya.

Selain itu, ada juga bom yang meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, pada Minggu (13/5) malam. Pada Senin (14/5) pagi, terjadi ledakan di Mapolrestabes Surabaya. ntr, tri

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry