
“Fakta sejarah dan adanya masyarakat berupaya mengusulkan agar beliau menjadi pahlawan nasional, menjadi sangat relevan.”
Oleh Mukhlas Syarkun*
NAMANYA mewarnai sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau dikenal dengan nama Pak Ud. Seluruh hidupnya dihabiskan dalam perang gerilya pada usia relatif muda. Ialah KH Yusuf Hasyim. Ia susah bergabung dalam pasukan Hizbullah dan selanjutnya menjadi tentara dalam satuan komandan Batalyon Condromowo.
Ketika persiapan menghadapi perang 10 Nopember 1945, Kiai Yusf Hasyim bertekad bergabung di Laskar Hizbullah dan dinobatkan sebagai pemimpin. Darah perjuangannya mendidih menyaksikan kepongahan para penjajah.
Dia dikenal sebagai sosok yang berkarakter tegas dan pemberani. Tak heran ia menjadi daya tarik para kalangan pemuda islam untuk bergabung di laskar Hizbullah dan rela mati sahid demi kemerdekaan RI.
Banyak rekam jejak atau peristiwa yang menjadikan Pak Ud terlihat sebagai heroik yang selalu muncul di saat negara dalam kegentingan.
Pertama, kegentingan pertama saat perang mempertahankan kemerdekaan yang dikenal dengan perang gerilya yaitu menghadapi pasukan Van Der Plass, dimana pasukan Belanda yang dipimpin Van Der Plass terus melakukan serangan demi serangan mengejar pasukan yang dipimpin Yusuf Hasyim. Bahkan sempat menyerang Tebuireng dan menangkap KH Wahid Hasyim sebagai pengasuh pondok Tebuireng ketika itu.
Setelah menyerang Pondok Tebuireng pasukan Van Der Plass terus mengeJar pasukan yang dipimpin Yusuf Hasyim ke arah selatan dan sempat terjadi baku tembak dan sempat membuat Pak Ud tertembak sebelah dada kiri dan pingsan beberapa jam.
Kedua, kegentingan saat negara menghadapi pemberontakan PKI yang dikenal dengan pemberontakan Madiun.
Sebab, ketika bangsa Indonesia sedang konsolidasi pasca kemerdekaan dan perang menghadapi NIC, tiba -tiba PKI memberontak dan Pak Ud menjadi sosok yang sangat dikenal sebagai tokoh penting dalam menghadapi pemberontakan PKI Madiun, ketika itu bersama pasukan Siliwangi Pak Ud berhasil menumpas pasukan PKI Madiun.
Kegentingan berlanjut, masih sama pelakunya PKI dan lagi-lagi Pak Ud menjadi pemimpin Banser menghadapi pemberontakan G30S PKI, ketika itu terjadi benturan fisik diberbagai daerah antara TNI NU dengan PKI. Konflik berdarah itu meluas dan menelan ratusan ribu korban.
Ketiga, kegentingan disaat ada upaya kekuatan Orde Baru akan memarginalkan eksistensi kekuatan sayap politik Islam, maka Pak Ud menjadi sosok penting dalam upaya mempertahankan eksistensi Islam dalam bingkai NKRI. Maka lahirlah UU perkawinan yang selanjutnya berkiprah dalam ICMI yang membuat kekuatan Islam kembali pulih.
Dengan adanya fakta sejarah di atas, dan ada masyarakat berupaya mengusulkan agar beliau menjadi pahlawan nasional, maka, menjadi sangat relevan dan memenuhi syarat jika dinobatkan sebagai pahlawan nasional.
Sebab beliau telah mengawal kemerdekaan, mempertahankan ideologi negara dan berperan menjaga eksistensi kekuatan islam dalam dinamika perpolitikan nasional. Dan berkat perjuangan dan peran Pak Ud kini Indonesia menjadi negara yang bercorak nasionalis religius.
Seminar dan beda buku tentang Biogarfi KH Yusuf Hasyim di Tebuireng 3 Februari 2025, di samping menjadi kajian literasi, juga akan memotivasi agar para penerus bangsa ini memiliki didikasi yang tinggi dan sekaligus mengobarkan jiwa kepahlawanan yang saat ini mulai tenggelam.(*)
Ket foto: dari kiri: Almarhum Choirul Anam penulis buku ‘Pertumbuhan dan Perkembangan NU’, Pak Ud dan KH Sholeh Qosim.
*Mukhlas Syarkun adalah Ketua Umum Jamaah Dzikir Nurul Wathon Alhambalangi dan Penulis Ensiklopedia KH. Hasyim Asy’ari.