GRESIK | duta.co  – Dinas Pendidikan melalui UPT Resource Center (RC) kini fokus terhadap pembinaan Guru Pendamping Khusus (GPK) di sekolah inklusi, atau sekolah regular penerima siswa berkebutuhan khusus. Tujuannya untuk memperkuat budaya inklusi di lingkungan sekolah dan memacu siswa dengan kebutuhan khusus agar berprestasi.
RC memiliki program pengembangan bagi anak berkebutuhan khusus sendiri setiap minggunya. Seperti pengembangan bahasa, kemampuan motorik hingga motivasi.  Tentunya sudah ada konsultasi dan pendampingan rutin pada GPK.
Kepala UPT RC Gresik, Innik Hikmatin menyampaikan keterlibatan RC dalam GPK di setiap sekolah adalah seleksi gurunya. Dimana, seleksi GPK melalui pertimbangan pihak RC dengan menimbang kebutuhan siswa di setiap sekolah.
“Karena siswa di setiap sekolah, siswa dengan berkebutuhan khusus memiliki perbedaan gangguan dan kebutuhan,” jelasnya, Kamis 19/10/2017.
Salah satu yang baru dirasakan manfaat dari pemantapan peran GPK sendiri adalah, beberapa siswa berkebutuhan khusus bisa meraih prestasi. Yafi Aldi Pranoto misalnya, siswa dengan gangguan emosi atau autis ini bisa meraih juara harapan 1 dalam olimpiade Matematika tingkat nasional bulan lalu.
“Dia memang memiliki kelebihan di ilmu eksak, sehingga kami harus membimbing dan memberinya kepercayaan,” terang Atik Anjarwati, GPK dari Yafi.
Tahun ini GPK menjadi sorotan tersendiri untuk peningkatan potensi anak berkebutuhan khusus. Termasuk dalam membentuk budaya inklusi di sekolah. Ia menyebutkan, untuk 1 GPK sendiri bertugas melakukan pendampingan untuk 4 anak berkebutuhan khusus.
“Budaya inklusi sendiri, bisa diciptakan perlahan dengan pengarahan dari GPK. Sehingga, anak-anak bisa dengan sendirinya saling menghargai, dan membuat anak istimewa ini bisa lebih membaur dan percaya diri,” urainya.
Ia menambahkan, sejauh para siswa bisa terkontrol dan GPK rutin melakukan cek dan evaluasi kelas, maka suasana kondusif akan didaatkananak berkebutuhan khusus. Buktinya, untuk anak berkebutuhan khusus bisa memberikan pelajaran kepada anak-anak lainnya.
“Karena bila mereka diberi kepercayaan, dan temannya menerima mereka, maka hal itu berjalan kondusif. Para siswa juga bisa menempatkan diri, saat anak istimewa sedang memiliki emosi yang tak terkontrol, maka mereka harus menghindari atau menjaga jarak,” pungkasnya. (gus/sal)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry