Yusuf Mansur. (FT/merdeka)

JAKARTA| duta.co —  Jarang yang paham, selain sebagai Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz al-Saud, ternyata, sejak usia 10 tahun sudah hafal 30 juz Alquran. Dia juga dikenal intelektual, dan seorang akademis. Anaknya, menjadi seorang pilot tentara dan seorang astronot.

“Senang sekali. Dunia Arab sekarang ini melesat. Banyak pelajaran yang kemudian bisa saya pelajari,” begitu disampikan Yusuf Mansur, penulis buku ‘Wisata Hati’.

Dia juga menyebut Qatar. Menurutnya, Qatar berhasil membeli korporasi, opportunity, dan investasi yang Qatar lakukan di berbagai bidang. Di berbagai belahan dunia, termasuk di bidang teknologi dan olahraga Qatar semakin hebat.

“Menurut saya genuine banget. Top. Saya sempat membayangkan, saat dulu Indonesia membangun industri dirgantara bersamaan dengan itu, dulu, Indonesia melakukan aksi beli. Beli Airbus, beli Boeing. Kemudian pabrikasinya ditarik ke Indonesia.”

Lakukan juga aksi beli sumber-sumber sparepart atau suku cadang, dan tentu saja sumber daya manusianya (SDM). Kemudian, dirikan juga di Indonesia. Wah, bakalan gila pertumbuhan kota-kota di Tanah Air. Dan Qatar telah melakukan aksi ini.

Aksi tersebut, saat ini sedang dipertontonkan secara raksasa oleh Raja Salman. “Demen banget saya. Saya banyak belajar. Lompat-lompat hati dan pikiran menarik perhatian saya. Qatar sekian belas tahun yang lalu, membeli perusahaan-perusahaan digital dan telekomunikasi,” katanya.

Termasuk perusahaan di Indonesia. Qatar tarik dan buka kantor pusat di Qatar. Dengan segala perkembangannya. “Termasuk menarik SDM yang multitalenta, di antaranya adik kandung saya yang saat itu dibayar Rp120 juta per bulan. Hasilnya, industri telekomunikasi di Qatar sangat bagus. Terpaksa dunia pun buka cabang di Qatar.”

Perwakilan atau bahkan melebur menjadi satu. Saat dunia Arab memutuskan membeli klub-klub bola, yang tidak mengerti dunia ekonomi, keuangan, pariwisata, menyangka bahwa itu adalah kelakuan para pangeran Arab. Hidup mewah. Buat apa coba? Ternyata memang sangat strategis.

“Saya masih memakai Qatar sebagai contoh lagi. Salah satu akibatnya adalah pertumbuhan negeri Qatar yang dahsyat. Sekarang mereka sedang berbenah menyambut Piala Dunia 2022, mereka sebagai tuan rumahnya.”

Masih menurut Yusuf Mansur, industri turunan dan kembangannya mengikuti aksi beli dan investasi. Dan rupanya mereka ngegas pol. Balap motor dan balap mobil. Padahal, negeri mereka adalah negeri gurun. Semestinya, yang ada hanyalah balap unta.

“Namun, balap motor dan balap mobil di Qatar pun akhirnya diakui dunia. Bila satu negeri dengan kekuatan uangnya suka mengimpor buah-buahan, maka masuk akal jika kemudian diputuskan berangkat ke negeri pengekspor,” katanya.

Negeri ini kemudian membeli tanah-tanah dan kebun-kebun mereka. Supaya saat impor tidak ada yang diimpor melainkan barang sendiri. Dubai pun rajin melakukan aksi ini. Baru-baru ini, satu bank besar di Indonesia, dimasuki Dubai.

Tiba-tiba publik perbankan di Indonesia disuguhi nama tambahan menarik…Dubai. Sebagai nama tambahan bank tersebut. “Asli. Gemes saya. Program Beli Ulang Indonesia insya Allah bakal terus kita gelorakan. Menjadi Beli Dunia.”

‘Alaa kulli haal, pembelajaran aksi investasi. ”Raja Salman sungguh melecut motivasi saya. Di bidang pariwisata, saya saja akan berpikiran sebagai the true leader. As the king. Bagaimana?”

Ketika Raja Salman ‘mendorong’ warganya menikmati Indonesia, maka Raja Salman mengetahui bahwa warganya akan menghabiskan duit yang tidak sedikit. Bagaimana caranya supaya uang warganya tidak ke mana-mana?

Seperti halnya Korea yang juga membuka banknya di sini. Kira-kira begitu, maka dunia pariwisata pun sekalian saja dibabat. Dimiliki. Sehingga saat warganya menikmati resort maupun hotel yang ada di Indonesia, maka itu adalah milik Saudi.

Nggak ke mana-mana. Pintar. Begitu juga di industri minyak. Dan saya kira akan merambah ke berbagai sektor. Mengingat dananya berlimpah. Istilah saya, ‘lega’. Dananya gede, dikucurkan ke mana saja masih sisa banyak.”

Dan ibarat pengantin yang lagi dilirik, dilamar sana-sini., jelas Yusuf Mansur, saya lebih suka Indonesia memilih Raja Salman untuk bermitra. Mengapa? Bagi saya, dan bagi kaum Muslimin, nggak mengapa juga menguntungkan Saudi.

“Toh, di antaranya, akan dipakai juga untuk dana pemeliharaan, penjagaan, dan pengembangan dua Tanah Suci. Makkah dan Madinah, yang di dalamnya ada Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Insya Allah, ikhlas banget dah. Jika mereka mau mengambil untung di dan dari Indonesia, apalagi memang setiap raja Saudi, termasuk Raja Salman, adalah Khaadimul Haraamain asy Syariifain. Pelayan dua Tanah Suci. Dan kita bangga, Indonesia jadi punya andil juga di dalamnya.”

Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran ini, yakin, “Indonesia insya Allah begitu. Bahkan lebih. Besok, perusahaan pabrik-pabrik mobil, industri gadget, dan lain sebagainya, investornya kita saja. Mereka bisa. Negeri kita insya Allah bisa,” katanya.

Untuk Raja Salman Indonesia wajar menyambutnya. Bukankah saat Pak Jokowi ke Saudi, Raja Salman menyambutnya di kaki pesawat? Padahal, Raja Salman pernah meninggalkan Barack Obama yang terbengong-bengong. Obama ditinggal karena azan Ashar sudah berkumandang? Raja Salman pun patut ditiru. Bahkan beliau nggak ragu mengeksekusi pangeran Arab yang terlibat penembakan terhadap warga sipil.

“Indonesia insya Allah begitu. Bahkan lebih. Besok, perusahaan pabrik-pabrik mobil, industri gadget, dan lain sebagainya, investornya kita saja. Mereka bisa. Negeri kita insya Allah juga bisa.” (rep/onl)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry