Dosen FKIP
Mempelajari bahasa asing, misalnya Bahasa Inggris adalah proses yang kompleks. Para peneliti atau pakar menawarkan pendekatan yang berbeda untuk mencapai tujuan ini. Beberapa teori mengenai pengajaran dan pembelajaran bahasa muncul dari aliran behaviorisme dan konstruktivisme. Kedua pendekatan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda.
Pendekatan pertama yaitu behaviorisme menekankan perilaku siswa yang dapat diamati untuk mendorong pembelajaran otomatis, termasuk pengajaran, praktik, dan isyarat penguatan.
Pendekatan kedua yaitu konstruktivisme menekankan bagaimana mengkonstruksi makna suatu kata atau benda berdasarkan pemahaman siswa, yang dapat dicapai melalui pengalaman pribadi dan diagram. Peran guru adalah meminta siswa belajar bagaimana mengkonstruksi makna, menginternalisasikan, dan menyesuaikan pembelajaran siswa sebelumnya dengan pembelajaran baru.
Brown (2001) menegaskan bahwa konstruktivisme adalah aliran pemikiran yang menekankan peran pembelajar dalam mengkonstruksi makna dari masukan linguistik yang tersedia dan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran, memahami sistem bahasa baru. Pengetahuan dibangun secara aktif oleh peserta didik, bukan diterima secara pasif dari luar.
Belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh pembelajar, bukan sesuatu yang dipaksakan kepadanya. Pembelajar mendekati situasi belajar dengan gagasan yang terbentuk sebelumnya tentang suatu fenomena.
Ini berarti bahwa siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri tentang dunia, namun ada juga persamaan dan pola umum dalam ide-ide mereka. Siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri tentang dunia, namun ada juga persamaan dan pola umum dalam ide-ide mereka.
Beberapa dari ide-ide ini diterima dan dibagikan secara budaya dan sosial dan sering kali menjadi bagian dari bahasa. Pengajaran bahasa harus menghargai ide-ide yang ada pada siswa. Peserta didik mengembangkan pengetahuannya melalui interaksi kooperatif dengan dunia fisik dalam lingkungan sosial, budaya dan bahasa.
Ada banyak variasi bahasa Inggris dan ciri khasnya yang dapat dijelaskan dan diajarkan melalui penggunaan teks yang dipilih secara tepat dan Latihan-latihan yang dirancang dengan cermat (Howatt, 1984: 222).
Pengajaran bahasa Inggris di Indonesia perlu ditingkatkan jika kita ingin mencapai hasil yang lebih baik. Pemerintah harus memberi siswa lebih banyak waktu untuk belajar bahasa tersebut. Ukuran kelas harus kecil sehingga setiap siswa mempunyai cukup waktu untuk berlatih dan menggunakan bahasa tersebut.
Guru bahasa Inggris juga memerlukan kesempatan untuk meningkatkan keterampilannya dengan mengikuti program pendidikan tinggi atau menjalani pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya. Ketika guru memiliki keterampilan yang baik, mereka merasa lebih percaya diri dalam menjalankan tugasnya. Mereka juga dapat memotivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris dengan antusias.
Meskipun guru bahasa Inggris menerapkan pendekatan yang beragam, penting untuk memilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Kebutuhan siswa harus menjadi pusat perhatian dan pengajaran. Keberhasilan pengajaran bahasa Inggris bergantung pada kemampuan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum dimulainya program. Guru bahasa Inggris harus memiliki pikiran terbuka, kemauan untuk terus belajar dan berusaha mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.
Semua informasi dan pengetahuan yang diperlukan harus digunakan untuk keberhasilan pengajaran bahasa Inggris. Penting bagi guru bahasa Inggris untuk menyadari bahwa siswa memiliki pengetahuan dan gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan metode dan teknik yang berbeda untuk membimbing siswa dalam proses belajar mengajar.
Kita harus menyadari bahwa metode pengajaran bahasa dapat berubah seiring waktu. Namun, kita selalu harus dapat menilai apakah suatu metode tertentu cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penting bagi kita untuk terbuka dan mau mencoba metode baru untuk meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Inggris. *