SITUBONDO | duta.co – Rabu Wekasan merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura. Pada hari rabu terakhir di bulan Safar ini ini juga disebut rabu pungkasan, Rabu (13/9/2023).

Di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Huda, Desa Peleyan, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo setiap hari rabu wekasan selalu melakukan tradisi minum air barokah. Air barokah ialah air yang sudah didoakan oleh Habib Muhammad Taufiq Bin Habib Musthafa Al-Jufri pengasuh Ponpes tersebut.

Pengurus Pondok pesantren Nurul Huda, Ustad Halim mengungkapkan bahwa acara tersebut merupakan amaliyah yang telah dilakukan sejak jaman pendiri ponpes Nurul Huda Situbondo, yakni Habib Musthafa Al-Jufri.

”Setiap Rabu Wekasan, ratusan santri dan masyarakat sekitar ikut meminum air barokah. Air barokah yang sudah didoakan ini diyakini sebagai upaya membentengi diri dari segala macam penyakit dan musibah,” ujar Ustadz Halim.

Selain itu, sambung Ustadz Halim, mengungkapkan didalam air barokah Rabu Wekasan tersebut telah dimasukan kertas ajimat dengan tulisan doa. “Selain minum air barokah setiap rabu wekasan, semua santri, masyarakat sekitar Ponpes serta pengurus dan pengasuh melakukan shalat sunah tolak bala dan melakukan tahlil,” jelasnya.

Rebu Wekasan dianggap sebagai hari datangnya sumber penyakit dan marabahaya. Untuk menghindari itu, maka pada Rabu Wekasan dilaksanakan berbagai doa untuk tolak bala. Tradisi ini merupakan perpaduan nilai-nilai agama Islam dengan tradisi Jawa.

“Tujuan peringatan Rabu Wekasan adalah menolak bencana (tolak bala). Kegiatan yang dilakukan pada Rabu Wekasan ini biasanya terdiri dari berdo’a, salat sunnah, dan bersedekah,” tutur Ustadz Halim. (her)

Bagaimana Reaksi Anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry