Narasi Pucuk Rindu

: Ayah

ayah, tiadakah kau tahu, ketika malam tiba
rasa dingin mengoyak tubuhku
menjalar ke langit-langit rindu, memenuhi ruang kasih

 

ayah, lihatlah
begitu riang bulan purnama malam ini
sinar terang berbalut suka, berkejaran bersama bintang-bintang
mereka begitu gembira, Ayah
senandungnya renyah, menusuk jiwa gersang ini
ayah, desir angin bulan purnama serupa dekapanmu
meleburkan hasrat jiwa, mendekat di antara dentuman waktu
dan kulihat, senyum purnama masih merekah
menyimpan seberkas cahya, nyaris sulit ku lupa
ayah, di bawah kesaksian
bulan purnama;
bintang berkejaran;
desir angin malam, aku berdzikir
berteman dingin malam kusebut namamu erat
dalam sepi malam, menusuk jiwa
Ponorogo, 9 Januari 2017

 
Cerita Hujan

tik… tik… tik… tik…
manakala hujan menyapu rumah
ada cerita lama tentang kerinduan mendera
nyanyian hujan, baru saja terlewati bersamamu
ketika di bawah rindangnya pohon jambu;
di bibir jembatan malam sabtu;
di antara ribuan rasa, sulit kupadu
engkau bercerita tentang hujan yang membawa daging-daging manusia
engkau bercerita tentang hujan yang melarikan jiwa
dan terakhir kali, engkau bercerita tentang hujan
hujan yang membawamu lari dari kenyataan
namun, ini kali aku bercerita
tentang hujan-hujan yang membunuh jiwa
antara dekapan semu atau nyata
Ponorogo, 9 Januari 2017

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry