SURABAYA | duta.co – Perguruan Tinggi Swasta (PTS) merasa semua kebijakan pemerintah terkait pendidikan tinggi tidak adil bagi mereka. Ada diskriminasi yang mereka rasakan dan itu membuat kerugian bagi para PTS itu.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta seluruh Indonesia (ABP PTSI), Prof Thomas Suyatno saat seminar di Untag Surabaya, Selasa (26/11/2024).
Dikatakan Prof Thomas mengatakan aturan yang saat ini ada sangat merugikan PTS.. “PTS itu jangan terlalu diatur-atur. Karena yang berkuasa di PTS itu badan penyelenggara yayasan,” ujarnya.
Prof Thomas meminta Presiden Prabowo agar jangan ada diskriminasi perlakuan dan kebijakan antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan PTS.
Juga Prof Thomas mengatakan jangan ada pagi menegerikan kampus swasta. Jika PTS dan yayasannya menolak dinegerikan maka jangan ada lagi paksaan. “Contohnya kasus Trisakti, yayasan menolah untuk dinegerikan sampai ke kasus hukum dan pemerintah kalah,” katanya.
Prof Thomas juga meminta agar jangan terlalu banyak aturan. Salah satu aturan yang dianggap merugikan PTS adalah Jalur mandiri bagi PTN yang banyak melanggar aturan yang ada.
Memang jalur mandiri di PTN itu sudah diatur dalam Undang-undang. Di mana di aturan itu PTN hanya boleh menerima mahasiswa baru sampai dengan 31 Juli namun jika ada suatu prodi yang kuotanya belum memenuhi maka diberi kesempatan paling lambat 15 Agustus, setelah itu ditutup.
“Namun kenyataannya masih buka terus sampai kuota adipenuhi semua. Dengan cara ini PTS yang kesulitan mencari mahasiswa karena semua ke jalur mandiri PT. Selain itu PTN harus mengumumkan kuota jumlah mahasiswanya di tahun akademik yang akan datang. Tapi kenyataannya PTN tidak mengumumkan,” jelasnya.
Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA), J Subekti menambahkan saat ini PTSÂ menghadapi tantangan-tantangan. “Kami pandang ini bukan satu kegelisahan dari PTS tapi dinamika yang harus dihadapi oleh PTS kami PTS sekarang itu tidak bersainbsesama PTS, justru kamu berkolaborasi. Saingan kami ini justru PTN,” tukasnya. lis