Mahasiswa Western Australia belajar gamelan di Unesa, Selasa (27/6/2023). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Sebanyak 10 mahasiswa dari Western Australia melakukan Student Mobility di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (27/6/2023).

Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Madlazim mengatakan, kegiatan ini merupakan kolaborasi program Western Australia and East Java Universities Consortium (WAEJUC) 2023 yang beranggotakan lima universitas di Australia di antaranya Curtin University, Murdoch University dan Edith Cowan University.

Sementara kampus Jatim yang terlibat dalam konsorsium ini selain Unesa, ada juga ITS, Universitas Negeri Malang, UIN Sunan Ampel, Unair, Unej, UB, UPN Veteran, Universitas Trunojoyo Madura dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

“Mahasiwa Western Australia tersebut menjalani program short course selama 1 minggu. Mereka akan keliling di 10 kampus Jatim dan Unesa kampus pertama tempat mereka belajar,” ujarnya.

Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Unesa, Asrori melanjutkan, di kampus bertagline ‘Rumah Para Juara’ itu, mahasiswa asing belajar tentang bahasa dan budaya Indonesia.

“Kami di UNESA memberikan materi dasar bahasa dan budaya Indonesia dan kampus lainnya juga memiliki tema yang berbeda sesuai ciri khas daerah dan kampusnya,” ucapnya.

Setelah pembukaan, mahasiswa tersebut langsung belajar seputar bahasa Indonesia oleh tim BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Selanjutnya, mereka langsung menjejaki seni dan budaya Indonesia di Joglo Fakultas Bahasa Seni (FBS).

Di sana, mereka dikenalkan berbagai jenis tarian dan alat musik tradisional berupa gamelan. Mereka tidak hanya melihat, tetapi juga langsung memperagakan tarian dan mempelajari langsung bagaimana memainkan gamelan yang dibimbing tim FBS.

“Kami juga mengenalkan kuliner dan wisata di Jatim kepada mereka. Akhir program nanti, mahasiswa peserta program ini harus buat paper dan presentasi apa yang mereka pelajari dan dapatkan selama di sini. Kegiatan ini berbobot 5 kredit atau sks oleh kampus asalnya,” ucapnya.

Program yang diselenggarakan pada 2019, lalu off sementara dan kembali diselenggarakan tahun 2023 ini merupakan bagian dari implementasi MBKM yang memberikan sejumlah manfaat bagi mahasiswa.

Satu sisi WAEJUC memfasilitasi mahasiswa asing untuk belajar dan mengenal bahasa dan budaya Indonesia dan di sisi lain memberikan kesempatan mahasiswa Unesa untuk mengembangkan diri.

Mahasiswa Indonesia bisa berinteraksi langsung dengan mahasiswa asing, meningkatkan skill bahasa asing dan percakapan internasional. Asrori berharap, kegiatan ini dan riset kolaborasi bisa semakin melibatkan banyak pihak, dosen dan mahasiswa.

“Tahun depan kita punya target untuk mengirim mahasiswa ke kampus-kampus Australia dalam program yang sama,” tutupnya.

Salah satu mahasiswa dari Edith Cowan University, Usamah atau Sam mengaku antusias mengikuti program tersebut. Sejak awal dia memiliki tujuan untuk belajar budaya Indonesia dan bisa sharing pengalaman dengan teman-teman negara asalnya sepulang nanti.

“Ini salah satu hal yang paling ingin saya pelajari setelah berada di Indonesia, yaitu belajar BIPA di Unesa. Mungkin suatu saat bisa kembali. Kesan saya luar biasa. Budayanya banyak, unik dan penuh makna,” ucapnya.

Kesan pertama mahasiswa asal Australia menginjakan kaki di Surabaya yaitu merasa sangat ada perbedaan lingkungan di kota yang sangat padat. Namun, dia justru tertarik dengan perbedaan budaya dan mengungkap bahwa dia tertarik dengan gaya hidup masyarakat Indonesia. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry