Kegiatan hari bertemakan Culture Day yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran (FK) dan International Organization for Migration (IOM). Acara yang berlangsung meriah ini menjadi wadah untuk mempererat hubungan antar mahasiswa asing dari Filipina, Thailand, Timor Leste dan Indonesia, serta mengenalkan mereka pada kekayaan budaya Indonesia.
Kegiatan Brave’ Ke-4 ini berbarengan dengan kegiatan pengabdian kepada Masyarakat internasional FK Unusa yang merupakan rangkaian acara Hari Lahir (Harlah) Fakultas Kedokteran Unusa yang ke-10. Para mahasiswa asing bersama anak-anak warga migran dengan penuh antusias mengikuti berbagai kegiatan, termasuk pembuatan totebag tie dye dan hand printing, yang mengajarkan mereka tentang seni dan budaya lokal. Tidak hanya itu, anak-anak warga migran juga menampilkan tarian tradisional dan mahasiswa asing menampilkan music tradisional Angklung yang menambah semarak acara.
Dekan FK Unusa, Dr. Handayani, M.Kes., mengungkapkan rasa bangga dan haru atas terselenggaranya acara ini, yang menurutnya bukan hanya sebuah kegiatan seremonial, tetapi sebuah inisiatif yang memiliki dampak jangka panjang bagi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan seluruh partisipannya. “Kegiatan Brave ke-4 ini merupakan bukti nyata dari komitmen Unusa dalam memperkuat hubungan internasional melalui pendidikan dan pertukaran budaya. Ini bukan sekadar ajang untuk memamerkan keanekaragaman budaya, tetapi juga sebagai langkah strategis dalam mengukuhkan citra Unusa di kancah global,” ujarnya dengan penuh kebanggaan.
Dr. Handayani melanjutkan bahwa partisipasi aktif dari mahasiswa asing dalam kegiatan ini memberikan nilai tambah yang signifikan. “Kami sangat bangga bisa menjadi tuan rumah bagi mahasiswa dari berbagai negara. Kehadiran mereka bukan hanya memperkaya pengalaman akademis, tetapi juga memperkuat citra Unusa sebagai institusi pendidikan tinggi yang inklusif dan berwawasan global. Dengan adanya partisipasi dari mahasiswa asing, kami berharap Unusa dapat terus dikenal luas sebagai universitas yang berkomitmen pada pengembangan global dan mampu beradaptasi dengan dinamika internasional,” lanjutnya.
Lebih jauh, Dr. Handayani menekankan pentingnya kegiatan seperti ini dalam membangun hubungan yang harmonis dan konstruktif antara mahasiswa lokal dan internasional. “Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk merasakan kebersamaan yang mungkin tidak bisa mereka dapatkan di ruang kelas. Mereka tidak hanya belajar dari materi akademis, tetapi juga dari interaksi langsung dengan budaya lain, yang sangat penting dalam membentuk pribadi yang terbuka dan toleran,” tegasnya.
Menurutnya, kebersamaan dan saling berbagi pengalaman yang terjadi dalam acara Brave ke-4 ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam menciptakan pemahaman budaya yang lebih mendalam di antara mahasiswa dari berbagai latar belakang. “Ini adalah momen di mana mereka tidak hanya mengenal budaya lain, tetapi juga belajar untuk menghargai perbedaan, yang merupakan esensi dari pendidikan internasional. Kami melihat bahwa hubungan yang dibangun di sini akan menjadi fondasi kuat untuk jaringan internasional di masa depan, baik dalam bidang akademik maupun profesional,” tambah Dr. Handayani.
Dia juga menyebutkan acara ini bukan hanya sekadar program tahunan, melainkan sebuah gerakan yang akan terus berkembang seiring waktu. “Kami tidak ingin acara ini hanya menjadi sebuah kegiatan yang terlupakan setelah selesai. Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan Brave dan program-program serupa agar dapat terus memberikan manfaat, tidak hanya bagi mahasiswa Unusa, tetapi juga bagi komunitas internasional. Kami ingin menjadikan Unusa sebagai pusat pertukaran budaya dan akademis yang diakui di tingkat global,” ujarnya.
Dr. Handayani juga menambahkan bahwa acara Brave ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Unusa untuk membangun jejaring internasional yang lebih luas. “Kami melihat bahwa kegiatan seperti ini dapat membuka banyak peluang kerjasama di masa depan, baik di bidang akademis, penelitian, maupun pengembangan sosial. Dengan adanya hubungan yang kuat antara mahasiswa dari berbagai negara, kami yakin Unusa akan semakin dikenal sebagai institusi yang tidak hanya fokus pada pendidikan lokal, tetapi juga berperan aktif dalam membangun komunitas global yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” tutupnya.
Dengan semangat yang tunjukkan Dr. Handayani, tampak jelas bahwa kegiatan Brave ke-4 ini bukan hanya sebuah acara rutin, tetapi sebuah langkah strategis dalam perjalanan Unusa untuk menjadi universitas yang unggul di tingkat internasional, dan sebagai lembaga pendidikan yang mampu menciptakan dampak positif di seluruh dunia.
Salah satu peserta, Mahasiswa asal Timor Leste, Ribeilizho Carrol Lay Gloria Guterres, menyampaikan kegembiraannya karena dapat ikut serta dalam kegiatan ini. “Saya sangat senang bisa belajar membuat totebag tie dye, ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Selain itu, saya juga merasa bahagia bisa bertemu dengan teman-teman dari negara lain dan berbagi cerita serta pengalaman,” tuturnya.
Acara Brave ke-4 ini sukses menggabungkan elemen-elemen kebudayaan, pendidikan, dan sosial dalam satu kegiatan yang bermakna. Kegiatan ini direncanakan akan terus dilanjutkan di tahun-tahun mendatang, seiring dengan komitmen Unusa untuk terus memperkuat hubungan internasional dan memperluas jangkauan pengaruhnya di dunia pendidikan global.
Kegiatan Brave ke-4 ini tidak hanya menjadi ajang untuk berbagi budaya dan pengetahuan, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar mahasiswa dari berbagai negara. Dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk IOM dan Fakultas Kedokteran Unusa, acara ini berhasil memberikan dampak positif yang meluas, baik bagi mahasiswa, warga migran, maupun masyarakat luas. Melalui kegiatan ini, Unusa sekali lagi menegaskan posisinya sebagai universitas yang peduli dan aktif dalam membangun hubungan internasional yang kuat dan harmonis. ril/dho