Prof Dr Suteki, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro saat menyampaikan materinya. (FT/MKY)

SIDOARJO | duta.co — Seminar Nasional bertajuk ‘Bendera Tauhid dalam Lintasan sejarah, Perspektif Shirah dan Ketatanegaraan Indonesia’, di Hotel Utami Jl Raya Bandara Juanda No.36 Sidoajo yang digelar Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim, Rabu (28/11/2018) menarik disimak.

Tiga profesor, masing-masing Prof Dr Aminuddin Kasdi, Prof Dr Suteki dan Prof Dr Daniel M Rosyid merasa heran, karena ada umat Islam yang takut dengan bendera bertuliskan kalimat tauhid. Apalagi kalimat dimaksud adalah pemersatu umat Islam dunia.

Sementara Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) yang gagal hadir diwakili Bahrul Ulum, Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jawa Timur, juga menyampaikan hal yang sama.

“Kalimat Tauhid ini sudah menjadi simbol umat Islam sejak zaman kerajaan. Dan tidak masalah. Karena itu menjadi heran kalau sekarang dipersoalkan, apalagi yang mempersoalkan umat Islam sendiri,” demikian Prof Aminuddin Kasdi, Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sambil membedah sejumlah fakta sejarah terkait kalimat Tauhid.

Hal yang sama disampaikan Prof Dr Suteki, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro yang dikenal sebagai Pakar Sosiologi Hukum dan Filsafat Pancasila. Menurut Prof Suteki, kalimat Tauhid itu segala-galanya. Ironisnya sekarang malah ditakuti.

“Sekarang ini, kalau terkait kalimat Tauhid selalu khawatir ada apa-apa. Saya berangkat ke seminar ini juga minta izin, tetapi, yang mengizinkan tidak berani, khawatrir ada apa-apa. Jadi saya ke sini, tidak ada surat tugas. Sama ketika saya menjadi saksi di Mahkamah Konstitusi, PTUN juga tidak ada surat tugas. Ini mewakili pribadi,” tegasnya.

Masih menurut Prof Suteki, tidak ada larangan umat Islam mengibarkan Bendera Tauhid. Bahkan kalimat tauhid itu sudah menjadi simbol persatuan sejak zaman Kerajaan Samudera Pasai, bahkan Laskas Hizbullah juga menggunakan kalimat tauhid sebagai pemersatu, penyemangat. “Kenapa sekarang disoal, umat Islam lagi?,” tegasnya.

Indonesia ini, jelas Prof Suteki, adalah negara hukum. Boleh atau tidak boleh, harus berdasarkan hukum. Dan sampai detik ini, tidak ada satu pun larangan mengibarkan bendera tauhid. “Jadi, jangan sampai hukum berdasarkan perasaan,” tambahnya.

Islam Jadi Tertuduh

Kalau bendera tauhid itu dikaitkan dengan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), jelas Prof Suteki, itu adalah kekeliruan besar. Mengapa? Karena HTI sendiri tidak memiliki bendera. Dan tauhid itu sendiri adalah satu-satunya panji umat Islam dunia. “Sudah menjadi milik umum (public domain),” jelasnya.

Sementara, Prof Dr Daniel M. Rosyid, guru besar ITS Surabaya, menegaskan bahwa, manusia itu adalah makhluk simbolik. Adalah aneh kalau manusia tidak memiliki simbol. “Nama, itu bukti, kita perlu simbol. Tanpa nama, kita tidak punya ‘aku’. Begitu juga Bendera Tauhid adalah simbol umat Islam dunia,” jelasnya.

Menurut Prof Daniel, kita sekarang sedang mengalami krisis kepemimpinan di semua level. Di sisi lain, konflik global pasca peristiwa peristiwa menara kembar WTC di New York, AS, umat Islam menjadi tertuduh. Ditambah runtuhnya kekuatan sosialis, sehingga AS tidak punya musuh.

“Islam kemudian dijadikan musuh. Perasaan anti Islam terus berkembang, dan itu sampai ke Indonesia. Pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid, membutkikan anti Islam sudah menjalar ke Indonesia,” tegasnya.

Seminar ini juga dihadiri Kapolda Jatim Inspektur Jenderal Polisi Luki Hermawan. Usai sambutan, Kapolda yang sedianya membuka acara, langsung meninggalkan lokasi seminar karena ada kunjungan yang harus dilalukan. Hadir juga Ketua Umum MUI Jatim, KH Abdusshomad Bukhori, Habib Achmad Zein Alkaf dan ratusan pengurus GUIB Jatim. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry