SURABAYA | duta.co – Dalam tiga tahun terakhir, industri pertanian di Indonesia telah mengalami gebrakan besar dengan munculnya euforia budidaya penanaman Umbi Porang. Komoditas ini, dengan potensi bisnis yang menjanjikan, telah menjadi primadona baru bagi petani di berbagai daerah. Bahkan, Presiden RI, Joko Widodo, secara langsung turun untuk melihat industri porang dari sisi pertanian hingga perindustriannya, menandakan perhatian serius pemerintah terhadap sektor ini.
Meskipun demikian, perkembangan industri penanaman porang masih disertai dengan banyak mispersepsi. Umbi porang sering disamakan dengan tepung terigu atau tepung singkong yang siap konsumsi, menyebabkan banyak industri mengaku mampu mengolah porang padahal sebenarnya jenisnya berbeda.
Baru-baru ini, beras porang menjadi viral setelah dituding sebagai produk akhir dari olahan umbi porang, yang kemungkinan dikonsumsi oleh selebriti Korea, Song Hye Kyo, melalui produk PT Ambico yang mendapat banyak penghargaan di Korea.
Untuk menanggapi mispersepsi ini, MR Ishii bersama Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia menggelar acara bertajuk “ISHIIDAILY” di Restoran De Bun, Gubeng, Surabaya, Selasa, (27/2/2024). Acara ini dihadiri berbagai perwakilan dari pengusaha kafe dan restoran, influencer, serta awak media guna memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang industri dan kegunaan sebenarnya dari porang.
Charlie Shirataki, Influencer Expert Porang sekaligus Chief Marketing Officer Brand Mr. Ishii, memberikan klarifikasi penting terkait industri porang di Indonesia.
“Saat ini masih banyak mispersepsi terkait istilah penyebutan porang yang membuatnya terdengar sebagai produk yang berbeda, padahal sebenarnya sama. Perbedaan istilah Porang dalam Bahasa Indonesia, Konjac (Bahasa Inggris), dan Konnyaku Shirataki (Bahasa Jepang) harus dipahami dengan baik,” ujarnya.
Selain itu, Charlie juga membahas regulasi penggunaan porang serta cara membedakan kualitas dan keaslian produk. “Tepung porang bukanlah produk yang siap konsumsi karena masih mengandung oksalat tinggi. Saripati porang yang dapat dikonsumsi disebut glukomanan atau konjac gum, yang digunakan dalam berbagai industri makanan dan non-makanan,” jelas Charlie.
Menyambut kegiatan ini, Feri Setiawan, Ketua Umum Akrindo Jatim, menyatakan, “Event seperti ini memungkinkan kolaborasi antara supplier dan pengusaha untuk mengembangkan inovasi dalam industri makanan dan minuman (FNB). Dengan begitu, industri porang di Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian negara,” ungkapnya.
Diharapkan, melalui pemahaman yang lebih baik tentang porang, masyarakat dapat menjadi lebih selektif dalam memilih produk serta mendukung pertumbuhan industri pertanian yang berkelanjutan di Indonesia.(gal)