KARYA MAHASISWA: (ki-ka) Fredy Utama, MM, Faculty Member Universitas  Prasetiya Mulya dan mahasiswa universitas Prasetiya Mulya menunjukkan hasil karya study selama menjadi mahasiswa dalam roadshow nya di Surabaya. (duta.co/dok)

SURABAYA  | duta.co – Indonesia butuh lebih banyak entrepreneur guna mengejar ketinggalan dari Negara lain. Dan kegelisahan minimnya entrepreneur di Indonesia  sudah terjadi sejak jaman Presiden Soeharto. Karenanya Soeharto minta sejumlah konglomerat bersatu guna komitmen mencipta dan memajukan wirausaha di Indonesia.

Akhirnya bersatulah 60 konglomerat sebut saja Salim Group, Sinarmas, Alam Sutera, Barito, Ciputra dan banyak group konglomerat lainnya sepakat membangun Sekolah Tinggi Prasetiya Mulya di Jakarta pada tahun 1982 dan baru menjadi Universitas pada tahun 2016 dengan jumlah mahasiswa S1 4.000 dan S2 500 an.  Tahun 2019 ini mendapatkan jin S3 untuk jurusan management dan kewirausahaan.

Fredy Utama, MM, Faculty Member Universitas  Prasetiya Mulya mengatakan awal buka justru S2 untuk memenuhi kebutuhan industri  dengan gelar MBA yang waktu itu mayoritas lulusan luar negeri. Fokus Prasetya Mulya tetap pada prodi bisnis karena yang sangat dibutuhkan oleh industry secara siap pakai.

“Yang berbeda dengan yang lain, pendidikan ditempat ini mahasiswa akan mulai disalurkan jurusan pada semester 1. Dan yang menarik jurusan yang ditawarkan lebih spesifik difokuskan satu bidang tertentu. Seperti Branding, Event, Finance and banking, Hospitaly Bussines, Internasional Business Law dan yang lain,” jelas Fredy.

Untuk penjurusan jelas Fredy lebih spesifik. Para mahasiswa tidak hanya diajarakan secara global seperti yang lain. Misal jurusan event, kita akan ajari bagaimana cari vendor event yang bagus, bagaimana menghendel sebuah event yang dimulai dari event kampus ini akan diajarkan secara detail dari permasalahan besar sampai kecil.

“Dengan jurusan yang spesifik ini diharapkan para mahasiswa ini bisa terbentuk menjadi sumber daya manusia yang memiliki pilihan setelah menempuh pendidikan. Karena di era berkembang saat ini kecenderungan generasi milenial ini lebih menyukai enterpreneurship berkembang dengan cara mereka ketimbang harus menjadi pekerja,” ujarnya.

Fredy menambahkan kualitas menjadi seseorang sukses selain usaha, faktor pendidikan pun berpengaruh pada masa depan kehidupan kita untuk menjadi sukses dan memilih jalan untuk bekerja.

“Bisa diibaratkan mahasiswa Prasetiya Mulya diterjunkan ke laut dengan ombak besar dan harus bisa keluar dengan selamat dan eksis. Semua permasalahan dipelajari dan dipraktikkan secara detil secara langsung  mulai proses belajar yakni Semester I. Tujuannya menghasilkan lulusan terbaik dibidang yang dipilih dan yang terbesar tetap jurusan bisnis,” kata Fredy .

Michel Stefanus, mantan mahasiswa S1 business yang kini menjadi  menjadi Product Manager Tokopedia  menegaskan menjadi mahasiswa Prasetiya Mulya bukan hal mudah. Karena didikan keras, secara langsung di lapangan memberinya banyak pengalaman berharga menjadi pintu kesuksesan baginya.

“ Basic yang dimiliki saat menjadi mahasiswa menjadi pedoman sebelum menginjak dunia kerja. Ada beberapa hal yang menjadi nilai lebih mahasiswa karena sudah memiliki bekal teori business,” ujarnya.

Michel Stefanus menegaskan jangan pernah takut gagal, mencari wawasan sebanyak-banyaknya dalam artian tidak malas membaca dan melihat konten youtobe yang berkaitan dengan project apa yang akan dibuat untuk selanjutnya menjadi seorang karyawan sebuah perusahaan.

“Beruntungnya saya memiliki bekal dari Universitas Prasetya Mulya ini dengan teori dan praktek yang shuttle. Seperti bagaimana belajar berbicara dengan orang, membuat sebuah produk itu semua ada dimata kuliah. Jadi ketika pertama kali kerja saya tidak terlalu susah meskipun persaingan waktu tes cukup ketat ada ratusan yang ingin bekerja diposisi saya,” ucap Michael saat ditemui di Roadshow Universitas Prasetya Mulya.

Fredy Utama menambahkan roadshow Universitas Prasetya Mulya digelar di 11 kota diantaranya Pontianak, Semarang, Malang. Tujuannya membuka wawasan dan kesempatan generasi z dari seluruh Indonesia. Dimana tantangan ke depan makin ketat dan berbeda. Salah satunya 45 pekerjaan yang ada sekarang akan hilang digantikan mesin dalam 10 tahun ke depan. (imm)

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry