Keterangan foto republika
JAKARTA | duta.co –  Calon presiden Prabowo Subianto menyindir orang-orang yang meremehkan aksi damai jutaan umat dalam Reuni 212 di Jakarta. Entah terkait langsung atau tidak dengan sindiran Prabowo,  Istana Presiden akhirnya ikut bersuara terkait polemik Reuni 212 yang dihadiri jutaan umat.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung memuji acara Reuni 212 yang berlangsung aman dan damai di kawasan Monas, Jakarta, Minggu 2 Desember 2018. Pramono mengatakan kegiatan itu berhasil dan patut disyukuri.
Pramono juga memastikan tidak ada kekhawatiran dari pihak Istana Kepresidenan. Sebab setiap hal  harus dipandang dari perspektif positif, termasuk acara Reuni 212.  “Reuninya berhasil, kita juga bersyukur,” kata Pramono Anung saat ditemui wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Reuni 212 berbuntut panjang. Banyak pihak  menuding aksi itu ditunggangi kepentingan politik kubu Prabowo. Salah satunya dari PDIP, yang menilai Reuni 212 sebagai ajang kampanye terselubung Ketum Partai Gerindra itu.
“Faktanya mereka kampanye, mengajak (masyarakat) memilih PS (Prabowo Subianto) dengan memburuk-burukkan Jokowi dan PDIP,” kata politikus PDIP, Eva Kusuma Sundari.
Panitia Reuni 212 kemudian membantah bahwa aksi Reuni 212 memiliki kepentingan politik. Aksi itu disebut murni sebuah gerakan umat.  “Tidak ada kegiatan kampanye terselubung untuk mendukung salah satu paslon presiden,” kata Ketua Panitia Reuni Akbar Mujahid 212, Bernard Abdul Jabar.
Diremehkan
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto sendiri kemudian  menyindir banyak pihak memandang sebelah mata Reuni 212 di Monas. Padahal, menurutnya, jumlah yang ikut Reuni 212 itu sangat besar.
“Kita dipandang dengan sebelah mata, kita nggak dianggap, karena dibilang kita nggak punya duit. Mereka sudah tutup semua,” kata Prabowo menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (5/12/2018). Prabowo mulanya berbicara tentang pentingnya kaum disabilitas bagi Indonesia. “Saya kira ini kejadian pertama ada manusia kumpul sebanyak itu tanpa dibiayai oleh siapa pun. Mereka dibiayai oleh dirinya sendiri dan rekannya sendiri dan mereka yang mau bantu rakyat sekitarnya. Saya kira belum pernah terjadi,” ujar Prabowo.
Ia juga menyitir soal ajaran dalam Islam. “Inti yang mau saya sampaikan, kita di agama Islam ada ajaran dan saya yakin di agama lain ada ajaran itu, bahwa Tuhan Yang Mahakuasa tidak akan mengubah nasib satu kaum manakala kaum itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri. Di agama lain ada, kalau tidak salah di kalangan kristiani juga ada,” papar Prabowo.
Prabowo menilai ada upaya besar untuk manipulasi demokrasi di Indonesia.   “Mereka mengira, dengan uang yang besar, uang yang didapat dari praktik-praktik yang tidak benar–kasarnya, uang dari yang mereka dapat dari mencuri uang rakyat Indonesia–dengan uang itu, mereka mau menyogok semua lapisan bangsa Indonesia. Semua lapisan. Parpol mau dibeli, pejabat mau dibeli di mana-mana, rakyat mau dibohongi, rakyat mau dicuci otaknya dengan pers yang terus terang banyak bohongnya dari benarnya,” ucap Prabowo.
Sementara itu pengasuh Pondok Pesantren Al-Faros, KH Irfan Yusuf atau akrab disapa Gus Irfan menilai jalannya Reuni Mujahid 212 adalah cerminan dari semangat persatuan umat Islam di Indonesia. Menurutnya, tidak tepat bila acara tersebut dicap politis dan dimodali oleh pihak-pihak tertentu.
“Semua kan bisa dibilang politis kalau kita melihat dari kaca mata politis. Kalau kita lihat dari kacamata dakwah dan persatuan, ya ini persatuan,” kata Gus Irfan.
Gus Irfan lantas menyinggung acara peresmian pasar atau jalan tol yang dilakukan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, acara peresmian pasar oleh Presiden bisa disebut politis bila dilihat dari sudut pandang politis.
“Sama saja dengan Presiden meresmikan pasar misalnya, itu kita lihat peresmian pasarnya atau politiknya. Semuanya tergantung kita melihatnya dari kaca mata yang mana,” ungkap Gus Irfan.
Salah satu cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini mengaku ikut ambil bagian dalam Reuni Mujahid 212 yang digelar di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (2/12/2018). Ia mengaku berangkat dari Surabaya menuju Jakarta pada Sabtu (1/12/2018) malam, menggunakan pesawat terakhir pada hari itu. Di pesawat, ada rombongan peserta Reuni Mujahid 212 dari berbagai wilayah di Jawa Timur, seperti Madura dan Malang.
“Hampir 80% penumpang pesawat malam itu memang yang akan berangkat ke Monas. Jadi mereka berangkat murni dari uang pribadi. Tidak ada hubungannya dengan pemodal. Ini mencerminkan semangat persatuan umat Islam,” jelas Gus Irfan.
Gus Irfan mengatakan, dirinya tak melihat unsur politis di Reuni Mujahid 212. Dirinya justru melihat semangat persatuan yang digelorakan umat Islam melalui acara ini.
“Ghirohnya luar biasa. Saya itu orang ndablek (bandel). Hampir tak pernah menangis dalam hidup kecuali saat Ibu meninggal. Kemarin itu, melihat begitu banyak orang, apalagi saat baca solawat, begitu banyak orang baca solawat, tak terasa air mata menetes,” ucap Gus Irfan. (det/hud)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry