JAKARTA | duta.co – Kampanye hitam alias black campaign kembali ditujukan kepada Prabowo Subianto. Belakangan  beredar tabloid Indonesia Barokah isinya menjelek-jelekkan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Pasangan calon presiden nomor urut 02 itu dikaitkan dengan Ratna Sarumpaet, hingga soal Prabowo yang tidak bisa mengimami salat. Isu-isu lawas yang sebelumnya sudah beredar tapi tidak mempan mempengaruhi masyarakat. Isu ini sebelumnya juga sudah digulirkan oleh seseorang yang melakukan kampanye hitam pada Pilpres 2014 lalu untuk memojokkan salah satu capres.
“Saya tahu yang bikin tabloid itu dan yang menyebarkan. Kan dia sebelumnya sudah ngaku menyebarkan tabloid yang serupa pada pilpres tahun lalu. Sekarang dia melakukan lagi untuk capres yang dia dukung di Pilpres 2019. Tapi saya tidak mau menuduh orang ya, biar dia dihukum Tuhan saja karena melukai Pak Prabowo dan Bang Sandi,” kata Haji Zaini warga Bekasi, yang sudah mendengar isu itu, Kamis siang.
Tabloid Indonesia Barokah sudah mulai disebar di beberapa daerah di Jabar Barat yang menjadi basis Prabowo-Sandi.
Tabloid itu beredar di beberapa masjid dan mushola di Jawa Barat yang notabene basis pasangan Prabowo-Sandi. Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean mengatakan, jika informasi itu benar maka hal ini seperti ajang balas dendam dari beredarnya tabloid Obor Rakyat di tahun 2014.
“Ya ini kita lihat seperti balas dendam Tabloid Obor. Tentu kami dari BPN akan menindaklanjuti tersebarnya Tabloid Indonesia Barokah ini pasca debat, soalnya kami sekarang lagi fokus dulu alam debat,” ucap Ferdinand  Kamis (17/1/2019).
Pihaknya pun menduga hal ini dibuat oleh simpatisan Jokowi-Ma’ruf. Karena tidak mungkin black campaign ini dilakukan oleh simpatisan pendukung Prabowo-Sandi.
“Ini sudah melebihi hoax dan fitnah sebagai bentuk pembunuhan karakter pada capres nomor urut 02,” pungkas Ferdinand.
Sekilas Obor Rakyat
Seperti diketahui Tabloid Obor Rakyat terbit pertama kali pada Mei 2014 dengan judul ‘Capres Boneka’ dengan karikatur Jokowi sedang mencium tangan Megawati Soekarnoputri. Obor Rakyat menyebut Jokowi sebagai keturunan Tionghoa dan kaki tangan asing. Dalam waktu singkat tabloid ini menghebohkan masyarakat pada masa itu.

Pada 4 Juni 2014, tim pemenangan capres dan cawapres Jokowi-JK melaporkan tabloid itu ke Badan Pengawas Pemilu. Bawaslu menjadikan tabloid itu sebagai bukti, dan melimpahkannya ke Bareskrim Mabes Polri.

Dalam prosesnya, Tim Tabur atau Tangkap Buron Kejaksaan berhasil menangkap pemimpin redaksi dan penulis tabloid Obor Rakyat Setiyardi Budiono dan Darmawan Sepriyosa.

Yang menarik setelah itu tiba-tiba La Nyalla M. Mattalitti  secara  blak-blakan mengaku bahwa dirinya yang menyebarkan Tabloid Obor Rakyat di Jawa Timur. Mantan Ketua Umum PSSI itu mengaku telah meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi atas perbuatannya tersebut.

“Pertama kali, saya begitu mau mendukung Pak Jokowi. Saya datang ke beliau, saya minta maaf. Bahwa saya yang isukan pak Jokowi PKI, saya yang fitnah Pak Jokowi Kristen, China. Saya yang sebarkan (tabloid) Obor di Jawa Timur dan Madura. Akhirnya, saya datang ke beliau dan sampaikan, saya mau minta maaf tiga kali. Alhamdulilllah dimaafkan,” kata La Nyalla usai bertemu dengan cawapres nomor urut 01, Ma’ruf Amin di Jalan Situbondo 12, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (11/12/2018).

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menanggapi pernyataan blak-blakan eks kader Gerindra La Nyalla yang mengakui pernah menyebarkan Tabloid Obor Rakyat untuk memfitnah Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada pemilihan presiden 2014 silam.
Menurut Arief, seharusnya  La Nyalla ditangkap atas pengakuannya itu. “Redaksi Obor Rakyat sudah divonis bersalah. Harusnya La Nyalla ditangkap,” ujar Arief saat dihubungi  pada Selasa malam, 11 Desember 2018 lalu.

Arief mengatakan, gaya kampanye dengan Obor Rakyat  sama sekali bukan gaya seorang Prabowo Subianto, justru Arief menilai sikap mantan ketua umum PSSI itu yang menyebabkan kekalahan Prabowo-Hatta di pilpres 2014. “Akibat La Nyalla yang membuat kampanye hoax, akhinya Jokowi-JK dapat simpati masyarakat dari Obor Rakyat itu,” ujar dia.

Senada dengan Arief, Politikus Gerindra Nizar Zahro mengatakan, jika La Nyalla mengakui berperan aktif dalam kasus Obor Rakyat, berarti La Nyalla juga harus bertanggung jawab secara hukum.(rmol/wis)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry