“Kegagalan itu sepertinya tidak menggerus pengaruhnya di PPP, bahkan jeruji penjara pun tidak mampu menggeser namanya.”
Oleh Dr. Sholeh Basyari, M.Phil
DUA minggu lalu, saya melakukan perjalanan ke beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saya singgah ke pesantren-pesantren dan bersilaturrahmi dengan tokoh-tokoh serta politisi-politisi daerah dari PKB dan PPP.
Salah satu topik yang selalu menjadi pembahasan adalah soal PPP, baik tentang keprihatinan tidak berhasilnya PPP mencapai PT 4 persen pada pemilu lalu ataupun tentang harapan yang digantung untuk menghadapi Pemilu 2029 mendatang.
Pembahasan soal PPP ini juga, karena sudah dekatnya rencana muktamar partai tersebut, yang katanya akan dilangsungkan pada Bulan April 2025.
Ada yang menarik, setiap kali membahas tentang PPP yaitu ada satu nama yang selalu dan paling sering disebut yaitu Romahurmuziy.
Sosok Mantan Ketua Umum (Ketum) dan Sekretaris Jenderal (Sekjen), yang sepertinya berhasil membuat dirinya identik dengan PPP.
Romahurmuziy benar-benar telah berhasil menjadikan PPP sebagai panggungnya, jauh melampaui Sang Plt Ketum Muhamad Mardiono bahkan Sandiaga Uno yang digadang-gadang sebagai pembawa harapan bagi Partai Ka’bah sebelum Pileg 2024 lalu.
Sebagai Mantan Ketum dan Sekjen, Romahurmuziy tidak bisa juga disebut memiliki prestasi, bahkan kalau mau jujur dia bertanggung jawab besar atas merosotnya jumlah kursi PPP pada Pemilu 2019 yang hanya menyisakan 19 kursi dari 39 kursi.
Kegagalan itu sepertinya tidak menggerus pengaruhnya di PPP, bahkan jeruji penjara sekalipun tidak mampu menggeser namanya dari daftar elit PPP.
Hal tersebut terbukti dengan perannya dalam mengganti kepemimpinan Suharso Monoarfa kepada Muhamad Mardiono pada Bulan September 2022 lalu.
Romahurmuziy juga kembali mendapat posisi terhormat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan dalam Kepengurusan DPP PPP Mardiono.
Dia juga disebut berperan besar dalam mengatur arah PPP pada Pilpres 2024 lalu, sehingga PPP mengusung Pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD bersama PDIP.
Usai menjalani 2 kegagalan besar pada Pileg dan Pilpres 2024, Romahurmuziy kembali melakukan manuver di sela-sela Mukernas II PPP di Ancol pertengahan Desember 2024 lalu,
Romahurmuziy menyebut sedikitnya ada 4 nama calon ketua umum pada Muktamar PPP yang akan dilaksanakan Bulan April nanti.
Nama-nama yang disebut tidak hanya dari kalangan PPP, tapi juga dari luar PPP seperti Menteri Sosial yang juga Sekjen PBNU Saifullah Yusuf serta Mantan KSAD Jenderal Dudung Abdurrahman.
Sedangkan dari internal PPP ada 2 nama juga, yakni Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Sandiaga Uno.
Romahurmuziy meninggalkan nama Muhamad Mardiono, yang dianggap gagal dalam menjalankan tugas pada Pemilu 2024.
Saya sendiri sebenarnya kaget bercampur kagum dengan keberanian Romahurmuziy, yang tidak menyebut nama Mardiono yang masih menjabat Plt Ketua Umum tersebut.
Dalam perbincangan saya dengan teman-teman Politisi PPP pada daerah-daerah yang saya sambangi, membahas juga sikapnya yang tidak menyebut nama Mardiono itu.
Menurut mereka, hal itu menunjukan bahwa Romahurmuziy masih yakin dan percaya diri bahwa PPP itu adalah panggungnya bukan panggung nama-nama lain termasuk Mardiono.
Saya setuju itu sampai saat ini, bahwa memang Romahurmuziy masih menjadi tokoh sentral di PPP.
Beralih soal nama-nama yang akan bersaing pada Muktamar PPP mendatang itu, menurut teman-teman saya ini tidak akan jauh dari nama-nama yang disebut oleh Romahurmuziy.
Dua nama yang paling menjadi perhatian adalah Saifullah Yusuf dan Dudung Abdurahman.
Walaupun keduanya berasal dari luar PPP, yang penting bisa membawa harapan baru pada Pemilu 2029 nanti.
Mereka juga berharap muktamar pada Bulan April mendatang bisa lebih berwarna dan ramai, tidak hanya memunculkan satu nama saja yang berujung aklamasi.
Mardiono Melenggang Jadi Ketum PPP?
Sepulang saya ke Jakarta, hasil pertemuan saya dengan teman-teman Politisi PPP daerah tersebut, saya sampaikan kepada salah seorang sahabat kader PPP yang saya ketahui memiliki kedekatan dengan Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono.
Ada beberapa perbedaan pandangan antara saya dengan sahabat saya ini, baik terkait sosok Romahurmuziy maupun tentang nama-nama calon Ketua Umum mendatang.
Soal Romahurmuziy, sahabat saya ini setuju peran sentral dan aksi-aksi balik layarnya dalam beberapa peristiwa yang terjadi di PPP.
Namun dia yakin untuk Muktamar PPP 2025 mendatang, Romahurmuziy akan gagal dalam melakukan manuver mengingat saat ini PPP dibawah kepemimpinan Mardiono sangat solid dan kondusif.
Selain itu, menurutnya akan sangat sulit bagi orang luar PPP untuk ikut bersaing dalam merebut posisi Ketua Umum karena terganjal dari AD/ART partai yang menyebutkan calon ketum umum itu harus pernah atau masih menjabat setingkat di bawah ketua umum.
Sehingga nama-nama yang disebut Romahurmuziy tidak ada satupun yang bisa memenuhi syarat itu. Mardiono dia yakini akan melenggang mulus pada muktamar nanti.
Biasanya saya sangat yakin dengan pendapat sahabat saya, tapi untuk kali ini saya berpandangan sebaliknya.
Hal tersebut didasari oleh pertemuan saya dengan politisi-politisi PPP di daerah, yang tetap berharap adanya persaingan pada muktamar nanti.
Dan seperti kita tahu, politisi PPP yang di daerah ini merupakan politisi-politisi kawakan dan rata-rata sudah senior semua.
Banyak hal-hal pragmatis yang bisa merubah peta dalam sekejap, apalagi ada kepentingan kekuasaan yang juga akan ikut bermain.
Jadi Muktamar PPP mendatang menurut saya masih akan menjadi panggungnya Romahurmuziy, sehingga PPP akan tetap identik dengan nama itu paling tidak sampai pada Pemilu 2029 mendatang.(*)
*Penulis adalah Direktur Eksekutif CSIIS dan Aktivis Nahdlatul Ulama