“Lalu bagaimana Pondok Pesantren Tebuireng ke depan? Api Tebuireng tidak akan pernah padam, demikian salah satu tulisan di salah satu koran yang dipampang di nDalem Kasepuhan Tebuireng.”
Oleh Achmad Roziqi, Ketua Ma’had Aly Tebuireng dan Sekjen Ikapete
TEBUIRENG sudahlah masyhur sebagai salah satu Pondok Pesantren di Indonesia. Bahkan namanya terkenal di berbagai belahan dunia terutama dengan icon Hadhrotusysyeikh KH M. Hasyim Asy’ari dan KH Abdurrahman Wahid yang lebih familiar dikenal dengan Gus Dur.
Hadhrotusysyeikh mendunia, iya. Sebutlah Muhammad Asad Syahab yang telah menulis biografi Beliau dalam bahasa arab dengan judul Al ‘Allamah Hasyim Asy’ari Wadhi’ Labinah Istiqlal Indonesia, artinya: Hadhrotusy Syeikh KH M Hasyim Asy’ari seorang arsitek kemerdekaan Indonesia. Kitab ini dicetak di Darus Shodiq di Beirut pada tahun 1971.
Demikian pula KH. Abdurrahman Wahid; Sang cucu, biografi singkat beliau dimasukkan oleh Prof. Dr. Syeikh Usamah Azhari dalam karya besar beliau yang berjudul Jamharoh A’lam al Azhar al Syarif. Syeikh Usamah memasukkan Gus Dur sebagai salah satu Ulama’ Besar Al Azhar Al Syarif.
Perjalanan hidup Gus Dur, kelahiran, keluarga, perjalanan pendidikan, kemasyhurannya dalam kedalaman ilmu agama maupun pengaruhnya di Indonesia, karir beliau baik di NU yang dideskripsikan sebagai Jam’iyyah Diniyyah Ijtima’iyyah terbesar di Indonesia maupun jabatan Presiden yang beliau dapatkan secara demokratis serta peristiwa dilengserkannya Gus Dur dan wafat beliau pun dibahas secara singkat namun terasa padat oleh Prof. Dr. Syeikh Usamah Azhari.
Bermula dari titik ini, tidaklah berlebihan jika Tebuireng dinyatakan sudah terkenal di berbagai belahan dunia. Semula, Tebuireng hanyalah nama dusun dari wilayah desa Cukir yang menjadi salah satu bagian dari Kabupaten Jombang Jawa Timur. Dan pada tahun 1899, tepatnya tanggal 3 Agustus 1899 berdirilah Pondok Pesantren yang kemudian dikenal dengan Pondok Pesantren Tebuireng. Dan pendirinya tiadalain adalah Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
Pesantren ini sejak didirikan telah banyak melahirkan Ulama’, KH. Abdul Hakim Mahfudz; Pengasuh Pesantren Tebuireng menyebutkan bahwa di tahun 1940 an, Pesantren ini telah melahirkan 20.000 an Ulama’ yang tersebar di Jawa dan Madura, sehingga tak heran jika Pesantren ini disebut sebagai Fabrikasi Ulama’. Dan Alhamdulillah ini pun masih bisa kita saksikan hari-hari ini, beragam tokoh agama dengan lintas kepakarannya dalam keilmuan agama adalah alumni Pesantren Tebuireng, sebutlah Prof. KH. Ma’ruf Amin, Dr. KH. A. Mustain Syafi’i, Dr. KH. Lukman Hakim dan lain-lain. Ini membuktikan bahwa tradisi tafaqquh fid diin di Pesantren ini selama 125 tahun masih tetap istiqomah.
Dan kalau kita menengok unit pendidikan apa yang fokus dalam bertafaqquh fid din di Pesantren Tebuireng kini? Maka jawabannya adalah Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari untuk Pendidikan Formal Pesantren jenjang menengah dan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari untuk jenjang Perguruan Tingginya dan kini sudah ada Marhalah Ula (S1) dan Marhalah Tsaniyah (S2) dengan Takhossus Hadits dan Ilmu Hadits. Selain memiliki unit pendidikan yang fokus pada tafaqquh fid diin, Tebuireng kini juga memiliki unit-unit pendidikan formal lainnya, seperti SDIT, MTs SS, MTs Sains, MASS, MA Sains, SMP AWH, SMP Sains, SMA AWH, SMA Trensen dan SMK.
Disamping membina santri aktif, Pesantren Tebuireng pun masih hadir mendampingi alumninya. Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) adalah rumah besar bagi seluruh alumni Pesantren Tebuireng, Pondok Pesantren Putri Al Masruriyyah Tebuireng, Pondok Pesantren Putra Putri Al Khoiriyyah Seblak, Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir, Pondok Pesantren Darul Falah Cukir, Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an Tebuireng, Ma’had Mambaul Hikam Jatirejo dan atau Pondok lain sekitar Tebuireng serta Pondok Dzurriyyah Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Dan IKAPETE kini telah memiliki 16 PW (Pimpinan di Tingkat Provinsi) dan 78 PC (Pimpinan Tingkat Kabupaten/Kota) dan PCI (Pimpinan Tingkat Internasional yang berkedudukan di Luar Negeri). Alhamdulillah.
Lalu bagaimana Tebuireng ke depan? Api Tebuireng tidak akan pernah padam, demikian salah satu tulisan di salah satu koran yang dipampang di nDalem Kasepuhan Tebuireng. Dari Pengasuh ke Pengasuh, Tebuireng selalu istiqomah dalam meneruskan tradisi tafaqquh fid din menghasilkan Ulama’ dan disamping itu Tebuireng selalu bisa mengikuti perubahan-perubahan yang ada tanpa kehilangan jati dirinya.
Selamat Hari Lahir yang ke 125 tahun. Tebuireng selalu melahirkan anak negeri yang berkontribusi kepada NKRI. (*)