SURABAYA | duta.co – Sampah, sampah dan sampah. Problematika komplek yang dialami hampir semua kota yang di Indonesia termasuk Surabaya. Sebaga kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, permasalahan sampah menjadi sangat penting harus ditangani dengan cepat dan tepat.
Data awal tahun 2020, penduduk kota Surabaya mencapai 3,1 juta. belum lagi ditambah masyarakat urban yang bekerja di Kota Surabaya bisa jadi penduduk Kota Surabaya kalau siang hari lebih dari 5 juta. Jumlah yang sangat besar dan tentu saja menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Pemkot Surabaya menyebutkan, timbulan sampah di Kota Surabaya setiap harinya berkisar 9.896,78 meter kubik perhari. Sedangkan, sampah yang diolah TPA Benowo rata-rata 1.628,20 ton perhari.
Lantas apa yang dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatasi semua itu. Jangan tanya lagi, Mak e Suroboyo sudah gencar dan turun langsung melaksanakan beberapa program pengurangan sampah. Mulai dari rumah tangga/kampung, hotel, kampus, sekolah, pasar dengan gerakan mengelola sampah mandiri 3R (reduce, reuse, dan recycle).
Tidak hanya itu, Risma juga melibatkan partisipasi masyarakat efektif menjaga Kota Surabaya tetap bersih, asri dengan taman dan aneka bunganya yang membuat pemandangan sejauk ditengah terik matahari yang panas.
Saat ini Surabaya memiliki 371 bank sampah yang tersebar di perkampungan yang dikelola oleh warga serta 26 rumah kompos tersebar di hampir seluruh kecamatan. Sehingga sampah tidak lagi menjadi barang yang tidak berguna, melainkan justru bernilai ekonomis.
PLTSa Segera Beroperasi, Olah Sampah jadi Listrik
Surabaya serius menunjukkan tekadnya untuk membangun kota yang ramah lingkungan. Taman-taman kota dibangun dan terus dioptimalkan fungsinya. Komunitas-komunitas peduli lingkungan rajin bergerak mempromosikan pentingnya hidup berdampingan dengan alam.
Pemerintah dan masyarakat bersinergi hadir sebagai solusi bagi permasalahan-permasalahan lingkungan di Surabaya. Salah satu upaya kreatif yang patut dicontoh daerah-daerah lain adalah keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Surabaya. PLTSa ini dibangun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya.
Apa yang dilakukan wali kota Surabaya Risma dengan menjaga kota bebas sampah, bersih, asri dan nyaman untuk ditinggali bakal berniai lebih. Pasalnya Kota Surabaya bakal segera memiliki PLTSa terbesar dan pertama di Indonesia. PLTSa di TPA Benowo ini, dibangun kerja sama Pemkot Surabaya dengan PT Sumber Organik (SO) yang menggunakan teknologi Gasifikasi Power Plant.
Dari teknologi gasifikasi itu mampu menghasilkan listrik 12 megawatt melalui pengolahan sampah 1.000 ton per hari. Pastinya bakal mereduksi sampah secara efektif dan bernilai lebih menjadi listrik yang bermanfaat bagi warga sekitar TPA, warga Kota Surabaya bahkan untuk suplay daya listrik PLN.
PLTSa Benowo dibangun di atas lahan seluas 37,4 hektare. Setiap harinya sebanyak 1.300 hingga 1.500 ton sampah diolah di PLTSa ini. PLTSa Benowo Surabaya menjadi contoh bagi kota-kota lain untuk menangani masalah sampah. Produksi sampah yang melimpah bisa diubah menjadi sumber daya lain yang berguna. Bahkan, keberadaan PLTSa Benowo menambah pemasukan bagi kas Pemkot Surabaya.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan, saat ini pembangunan fisik PLTSa Benowo mencapai 100 persen, tinggal menunggu datangnya ahli memantau tahapan commissioning atau pengujian dengan melakukan pengecekan apakah sistem itu sudah berjalan dengan baik. Jika PLTSa ini resmi beroperasi, maka sampah di Surabaya dapat berkurang 1.000 ton per hari.
“Dari 12 megawatt yang dihasilkan PLTSa Benowo itu, nantinya yang akan dijual kepada PLN sebanyak 9 megawatt. Sedangkan 2 megawatt dikonsumsi sendiri untuk kebutuhan operasional dan sisa 1 megawatt redundant,” jelas Risma.
Lebih lanjut Risma menambahkan “Jadi 2 megawatt untuk konsumsi (operasional) mereka (PT SO). Listriknya mereka gunakan sendiri, kan mereka juga butuh operasional. Nah, sisanya yang 9 megawatt itu dijual ke PLN dan masih ada redundant 1 megawatt,” ujar Risma.
Sementara Deputy General Manager Business Unit PT Sumber Organik (SO), Hari Sunjayana mengungkapkan, proses gasifikasi sampah di PLTSa Benowo kapasitasnya mencapai 1000 ton per hari. Dari kapasitas itu kemudian diolah menjadi energi listrik sekitar 12 megawatt. Sementara itu hasil listrik sekitar 9 megawatt dijual ke PLN.
“Sedangkan kapasitas pembangkit kami itu 12 megawatt. Kita internal consumption artinya dipakai sendiri itu 2 megawatt,” kata Hari Sunjayana.
Hari menyatakan, saat ini PT SO sudah mulai melakukan tahapan persiapan commissioning atau pengujian. Harapannya dalam waktu dekat ini, PLTSa Benowo bisa segera dioperasikan dan menjadi solusi masalah sampah di Kota Surabaya.
“Pastinya sangat membantu me-reduce masalah sampah di Kota Surabaya. Solusi mengendalikan, mengelola dan mengatasi sampah di kota besar dengan PLTSa,” jelasnya.
PLTSa Benowo Mampu Olah 95% Sampah Kota
Dengan segera beroperasinya PLTSa Surabaya bisa mengolah 95% sampah yang dihasilkan di seluruh Kota Surabaya disambut gembira masyarakat kota Surabaya. Bagaimana tidak, kota Surabaya yang sudah bersih bakal makin bersih dan terang karena masalah sampah segera diatasi.
“Coba lihat sepanjang hari, berapa banyak pasukan penyapu sampah yang siap siaga menyapu di sepanjang jalan kota di Surabaya. Tidak hanya pagi, siang atau sore bahkan malam ada yang jaga. Ini bukti keseriusan pemerintah kota menjaga kota dari sampah, sehingga kota terlihat bersih dan nyaman,” jelas Suryatin, salah warga kota Surabaya.
Diatambah dengan akan beroperasinya PLTSa, Suryatin makin optimistis bahwa kota Surabaya bakal lebih bersih terbebas dari sampah yang menggunung yang biasa dilihat di kota-kota besar. Sebagai warga, sangat mendukung langkah yang dilakukan pemkot didukung pemerintah pusat memanfaatkan sampah menjadi listrik.
PLTSa Surabaya bisa mengolah 95% sampah yang dihasilkan di seluruh Kota Surabaya. Pasalanya, dalam kegiatan operasionalnya, PLTSa ini bisa mengolah hampir semua jenis sampah. PLTSa Benowo mampu mengolah sampah organik maupun non-organik. Pihak pengelola hanya perlu memilah sampah-sampah seperti kaca dan besi supaya tidak mengotori tungku pembakaran.
PLTSa Benowo Surabaya memanfaatkan teknologi Gasifikasi Power Plant asal China. Gasifikasi merupakan proses pembakaran atau mengubah sesuatu menjadi arang. Tetapi pembakaran dalam gasifikasi hanya memerlukan sedikit oksigen. Uap panas yang dihasilkan dari proses gasifikasi itulah yang digunakan sebagai energi listrik.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral meyakinkan pembangunan empat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) bakal selesai pada tahun ini. Keempat PLTSa itu berada di Surabaya, Jakarta, Bekasi, dan Solo. Sebagai informasi, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 mengenai Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, sebanyak 12 daerah dipilih untuk menjadi percontohan PLTSa.
Adapun, daerah yang menjadi percontohan itu adalah Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Solo, Kota Surabaya, Kota Makassar, Kota Denpasar, Kota Palembang, dan Kota Manado.
Terhitung sejak tahun 2019 hingga 2022, pemerintah berkomitmen untuk membangun 12 PLTSa. Pembangkit-pembangkit tersebut akan mampu menghasilkan listrik hingga 234 Megawatt (MW) dari sekitar 16.000 ton sampah per hari. Dan Surabaya (10 MW) akan menjadi kota pertama yang mengoperasikan pembangkit listik berbasis biomassa tersebut dari volume sampah sebesar 1.500 ton/hari dengan nilai investasi sekitar US$49,86 juta. Imm