Surabaya |duta.co- Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Kota Surabaya optimistis perolehan suara partainya meningkat di pemilu legislatif (Pileg) 17 April 2019 mendatang.
“ Kita ingin mengembalikan kejayaan PKB di Surabaya minimal dengan meraih kursi 11 di DPR Kota Surabaya,” tegas Ketua DPC PKB Surabaya Drs H Musyafak Rouf MH saat dihubungi DUTA, Selasa (29/1).
Menurut Cak Syafak panggilan akrab mantan Ketua DPRD Surabaya ini, target tersebut bukan tanpa alasan. Apalagi DPC PKB sudah melakukan survei beberapa bulan lalu dengan menggandeng lembaga survei Surabaya Survei Center (SSC).
Dari hasil survei tersebut jelas Cak Syafak, PKB Surabaya meraup dukungan 24 persen, PDIP 42 persen. Sementara 30 persen belum menentukan pilihan.
Untuk menyukseskan target tersebut, lanjutnya DPC PKB melakukan beberapa langkah. Pertama diantaranya memanfaatkan tampilnya KH Ma’ruf Amin (KMA) sebagai cawapres. Sebab, PKB akan mendapat berkah coat-tail effect (efek ekor jas) dari pencawapresen mantan Rais Aam PBNU tersebut. “Bagaimanpun juga PKB akan mendapat berkah. Istilah politiknya coat-tail effect. Kedua semua caleg wajib membentuk barisan rekrutmen (Baret) di setiap TPS miniml 10 orang. Baret ini juga dipersiapkan sebagai saksi sekaligus pengumpul suara,” paparnya.
Langkah ketiga lanjutnya, seluruh caleg harus aktif berkomunikasi di media sosial (medsos) termasuk di berita online. Tujuannya, agar mampu menembus calon pemilih milenial yang akrab dengan teknologi informasi (TI). “Pemilih milenial kan malas datang ke kampanye, mereka harus ditembus dengan medsos, “ bebernya.
Menyinggung bergabungnya Fandi Utomo (FU) ke PKB, ia mengaku optimistis bakal menambah perolehan suara PKB. Alasanyanya, FU tidak saja pindah partai, tapi juga akan memboyong pendukungnya di Partai Demokrat ke PKB.
Jika target PKB tercapai, lanjutnya maka PKB Surabaya berhak mengajukan cawali Surabaya pada Pilwali 2020 mendatang.
Saat ditanya soal dugaan bakal maraknya money politics, Cak Musyafak yang kini menjabat Ketua Yayasan Unsuri Surabaya ini menjelaskan, berdasarkan survei SSC, rayuan money politics hanya bisa mempengaruhi 13 persen pemilih. “ Dari jumlah 13 persen itu, 20 persennya akan beralih pilihan jika nilai money politics nya Rp 200 ribu, kalau nilainya di bawah itu, pemilih hanya menerima uangnya tapi pilihannya tetap,” bebernya.(dsb/mha)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry