“Revitalisasi Pelabuhan Kalimas akan terganggu jika masalah pintu air Petekan tidak segera diselesaikan.”

Oleh Oki Lukito

SUDAH tiga hari ini Dermaga legendaris Kalimas tergenang air. Dalam sejarah baru pertama kali air rob naik hingga menggenangi sepanjang dermaga. Aktivitas di Pelabuhan Kalimas otomatis terhenti dan kondisi ini membahayakan kapal yang terbuat dari kayu itu jika naik dan terbentur bibir dermaga. Air setinggi 40 cm juga menggenangi jalan Kalimas Baru sepanjang kurang lebih 3 kilometer.

Menurut keterangan BMKG Maritim Tanjung Perak, banjir rob disebabkan terjadinya pasang air laut yang lebih tinggi dari ketinggian daratan. Pasang air laut maksimum bulan ini bertepatan dengan fenomema gerhanan bulan total pada Rabu malam kemarin yang mana terjadi saat posisi matahari, bumi dan bulan sejajar.

Gerhana bulan ini berdampak pada pasang air laut yang lebih tinggi. Apabila tidak segera surut hal tersebut membahayakan dinding dermaga terutama jika bergesekan dengankapal besi yang berbobot besar dan jika ketinggian air naik hingg satu meter, kapal yang draftnya 0,5 meter karena kosong muatan akan naik ke Dermaga.

Pasang air laut yang tinggi hingga menggenangi dermaga di sepanjang Dermaga Kalimas diperparah pula dengan kehadiran proyek siluman Pintu air dan rumah pompa Petekan yang dibangun Pemkot Surabaya.

Sejak awal dibangun, penulis sudah mengkritisi bangunan yang diduga tidak memiliki studi kelayakan yang dapat dipetanggung jawabkan itu. Pertama, proyek dibangun tanpa sosialisasi. Kedua, pompa air akan memperparah pendangkalan di sungai sepanjang Derrmaga Kalimas. Ketiga, jika terjadi pasang tinggi, arus air tertahan pintu air dan rumah pompa menyebabkan air meluap ke dermaga seperti yang terjadi sekarang ini.

Seperti diketahui di bagian selatan dermaga, di sebelah lokasi River Side Dine yang kedalamannya kurang dari 2 meter saat ini berdiri bangunan pintu air merangkap rumah pompa dan dilengkapi menara pengawas yang dibangun Pemkot Surabaya di atas lahan 2.500 meter persegi.

Hal ini tidak singkron dengan program revitalisasi Pelabuhan Kalimas yang digagas Pelindo III. Tidak bisa dihindari Pompa air akan menggelontorkan jutaan kubik lumpur dan dipastikan akan memperparah pendangkalan di alur pelayaran sepanjang dua kilometer itu.Terhentinya aktivitas di kalimas mengganggu jadwal pelayaran kapak kapal rakyat dan kapal konvensional yang menjadi tulang punggung arus perdagangan dari Surabaya ke pulau pulau

kecil di wilayah Jawa Timur termasukluar Jawa (Kalimantan-Lombok-Maluku-Sulawesi-Papua-Makassar) dan beberapa daerah terpencil, terdepan, terluar dan perbatasan. Selain dimanfaatkan kapal kayu Dermaga Kalimas memfasilitasi kapal besi hingga bobot 1000 DWT yang kehadirannya terkadang menghalangi alur dan menggangu lalu lintas kapal yang keluar masuk dermaga.

Umumnya kapal kapal tersebut menghindari rapat antrian di Dermaga Mirah. Konon mereka memanfaatkan Pelabuhan Kalimas yang idle capacity, lebih leluasa, mengurangi cost serta prosedur yang tidak ribet.Sebagai catatan PT. Alur Pelabuhan Barat Surabaya (APBS) pada Tahun 2019 melakukan pengerukan agar memudahkan kapal rakyat berlabuh, bersandar dengan maksimal. Pekerjaan ini dihentikan karena terjadi insiden. Dermaga tua sepanjang 75 meter ambrol akibat kesalahan teknis pengerukan. Bibir dermaga tidak mampu menyanggah kendaraan berat pengeruk lumpur yang idealnya dilakukan oleh kapal keruk mengingat kondisi sungai yang berbentuk palung itu.

Revitalisasi Pelabuhan Kalimas akan terganggu jika masalah pintu air Petekan tidak segera diselesaikan. RencananyaTerminal Kalimas akan dibagi menjadi tiga zona dengan kedalaman yang berbeda. Zona 3 akan digunakan untuk kegiatan Pelayaran Rakyat (Pelra) sedangkan zona 1 dan 2 yang lebih dangkal akan dimanfaatkan sebagai zona wisata.

Rencana tahun ini akan dibangun apron sepanjang 1200 meter dari utara ke selatan. Dermaga juga akan dilengkapi perangkat elektrik untuk kapal yang sandar agar tidaklagi menghidupkan jenset kapal saat bersandar. Pelabuhan Kalimas adalah bagian dari Surabaya Kota Maritim yang layak dijadikan fishing port, sarana rekreasi air dan sentra pendidikan kemaritiman. (*)

Oki Lukito adalah Ketua Forum Masyarakat Kelautan, Maritim, Perikanan

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry