Dari kiri KH Achmad Bagja, H Masnuh dan Drs H Choirul Anam (Cak Anam). (FT/MKY)

SURABAYA | duta.co –  Anggota A’wan (Dewan Pakar) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bagja, menyambut baik hasil Pilgub Jatim 2018. Meski masih menunggu pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dari hitung cepat KPU, pasangan Khofifah-Emil dinyatakan sebagai juara dengan selisih jutaan suara.

“Ini harus menjadi cermin NU secara nasional. Jadikan sebagai ‘miqot’ (langkah awal) berbenah, baik dalam masalah politik maupun masalah lain,” demikian disampaikan KH Ahmad Bagja kepada duta.co, di Graha Astranawa, Surabaya, Senin (2/7/2018).

Menurut mantan Ketua Umum Dewan Mahasiswa IKIP Jakarta, dan Ketua Badan Koordinasi Senat-senat Mahasiswa IKIP se Indonesia ini, kiai-kiai yang terlibat dalam Pilgub harus segara kembali ke ‘habitatnya’, khitthah NU. “Lupakan beda pilihan, karena ada masalah yang jauh lebih besar berada di depan kita. Satukan langkah untuk Indonesia,” jelasnya.

Masih menurut Kiai Bagja, NU sebagai organisasi besar di republik ini, baru bisa mengaplikasikan misi besarnya jika bersatu. Dan itu bisa diraih  ketika kekuatan menyatu, serta khitthah NU benar-benar ditegakkan.

“Jangan hanya bangga dengan apa yang ada di ‘kaki sendiri’, sementara di depannya jelas-jelas jurang. Saatnya seluruh elemen NU bersatu termasuk Banom-Banomnya, jangan tergiur dengan kepentingan politik kelompok,” tegas penulis buku ‘Peta Jalan NU Abad Kedua’ yang akan dilaunching pekan depan.

Diakui, bahwa selama ini NU gagal menyatukan langkah politik. Padahal, NU memiliki kekuatan riil yang sangat besar di republik ini. Keputusan kembali Khitthah, juga belum menjadi rujukan utama oleh seluruh pengurus NU. Dengan begitu banyak struktural NU yang dengan mudah melanggar khitthah. Begitu juga soal sembilan pedoman politik NU, tidak lagi diindahkan oleh politisi santri, nahdliyin.

“Nah, karena gagal menyatukan langkah itu, maka, NU kemudian dimanfaatkan orang, dipakai oleh personal-personal untuk kepentingan sendiri. Ini tidak boleh terjadi. Karena itu, saya dan kawan-kawan membuat bukuPeta Jalan NU Abad Kedua’. Jika NU ingin besar dan bisa memberi kontribusi yang besar terhadap negeri ini, maka, harus bersatu, barulah sesuai dengan apa yang disebut NKRI Harga Mati,” tegas Kiai Bagja didampingi Drs. H. Endin A.J. Soefihara, MM dan H Asmu’i.

Wakil Sekjen PBNU (1984-1989 dan 1989-1994),  dan Sekjen PBNU periode kedua Gus Dur ini, mengaku prihatin menyaksikan politisasi organisasi. Kalau penyakit ini tidak segera dibasmi, maka, cepat atau lambat menjalar ke akar rumput. “Dari Pilgub Jatim ini, saya melihat ada kesuksesan besar, berhasil mengamputasi penyakit yang ada. Ini harus menjadi momentum kiai-kiai untuk segera kembali ke khitthah,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry