Praktisi media Totok J. Sumarno, Anggota PFI Surabaya Ridoi dan Ketua PFI Surabaya Suryanto saat “Jagongan Bareng” bertajuk Foto Jurnalistik di Era Disrupsi dan Tips Menjual Foto di Internet yang digelar di Rumah Literasi Digital (RLD) Surabaya, Jumat (19/9).

Surabaya | duta.co – Pewarta Foto Indonesia (PFI) Surabaya mengangkat isu penting mengenai adaptasi fotografi jurnalistik di era disrupsi teknologi. Topik ini dibahas dalam forum “Jagongan Bareng” bertajuk Foto Jurnalistik di Era Disrupsi dan Tips Menjual Foto di Internet yang digelar di Rumah Literasi Digital (RLD) Surabaya, Jumat (19/9).

Praktisi media Totok J. Sumarno menyebut disrupsi digital adalah realitas yang tak terelakkan. Meski penuh tantangan, perkembangan ini membuka ruang baru bagi pewarta foto untuk memperluas jangkauan karya mereka.

“Era disrupsi memang penuh tantangan, tetapi juga membuka peluang besar bagi jurnalis foto untuk mengembangkan karya di luar media tempat mereka bekerja,” ujarnya.

Menurut Totok, hasil liputan foto kini tidak lagi hanya bergantung pada media cetak atau daring, melainkan bisa dipasarkan melalui beragam kanal digital. Ia menegaskan, meski jurnalistik warga tumbuh pesat, pewarta foto profesional tetap memiliki peran penting.

“Kredibilitas dan kualitas menjadi kunci agar karya fotografi jurnalistik tetap bernilai di tengah maraknya konten visual oleh netizen,” katanya.

Jurnalis foto Harian Duta Masyarakat yang juga anggota PFI Surabaya, Ridoi, menambahkan pentingnya membangun personal branding dan justru memanfaatkan platform digital sebagai arah inovasi. Ia berbagi pengalaman mengenai  platform microstock yang memungkinkan menjadi etalase foto sekaligus portofolio digital.

Praktisi media Totok J. Sumarno, Anggota PFI Surabaya Ridoi dan Ketua PFI Surabaya Suryanto saat “Jagongan Bareng” bertajuk Foto Jurnalistik di Era Disrupsi dan Tips Menjual Foto di Internet yang digelar di Rumah Literasi Digital (RLD) Surabaya, Jumat (19/9).

“Banyak cara untuk berinovasi dan beradaptasi, salah satunya Microstock bisa menjadi etalase karya, selain personal branding bagi fotografer. Setiap foto yang ada disana bisa digunakan orang lain dengan skema yang ditetapkan, meskipun masih ditaraf passif income,” ujarnya.

Ridoi memperkirakan era foto melalui di platform microstock akan tetap relevan dalam lima tahun mendatang. Namun, fotografer dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang melaju sangat pesat juga memengaruhi industri kreatif.

Sementara itu, Ketua PFI Surabaya Suryanto menegaskan forum ini bukan sekedar ajang diskusi, tetapi juga sarana berbagi pengalaman antar pewarta foto. Ia berharap kegiatan semacam ini dapat memperkuat kapasitas anggotanya dalam menghadapi perubahan lanskap media.

“Semoga apa yang sudah kami suguhkan bisa menjadi pencerahan dan tambahan  keilmuan bagi semua anggota dan peserta yang hadir,” tuturnya. (Rid)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry