BANYUWANGI | duta.co — Kontes kambing peranakan etawa yang digelar di halaman Kampus Giri Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi, Minggu (30/11/2025), menjadi ruang bagi peternak di berbagai daerah untuk menyampaikan keluhan terkait maraknya impor ternak yang dinilai semakin memukul keberlangsungan peternakan lokal.

Kepada Sonny T. Danaparamita, anggota Komisi IV DPR RI, yang hadir pada kontes kambing tersebut, para peternak meminta kepada wakil trakyat dari Dapil Jawa Timur III itu untuk mengingatkan kepada pemerintah bahwa kebijakan impor bibit kambing dapat mengancam keberlanjutan plasma nutfah asli Indonesia.

Dalam forum tersebut, para peternak menyebut bahwa impor kambing saat ini tidak lagi hanya dilakukan oleh pebisnis besar, tetapi juga berbagai kalangan dan juga berasal dari luar pelaku sektor peternakan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran besar karena kualitas genetik lokal berpotensi terpinggirkan.

“Organisasi atau himpunan peternak kambing dan domba di Indonesia harus kompak dan solid untuk ikut menjaga dan menyelamatkan sumber genetik lokal,” tegas beberapa peternak saat penyampaian aspirasi.

Tidak Mencerminkan Kondisi Lapangan

Kepada anggota DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan ini, para peternak membeberkan sejumlah persoalan yang mereka hadapi, di antaranya, pertama, data populasi ternak pemerintah dinilai tidak sinkron dengan fakta. Meski data resmi menyebut populasi masih kurang, di lapangan jumlah kambing lokal melimpah. Ironisnya, peternak justru kesulitan menyalurkan produksi daging maupun kambing hidup.

Kedua, upgrading genetik tidak harus bergantung pada impor. Para peternak menilai seleksi genetik dalam negeri seperti metode yang diterapkan di balai pembibitan lebih efektif dan aman bagi keberlanjutan plasma nutfah. Ketiga, Impor dinilai minim pengawasan dan uji pejantan. Proses pemilihan bibit impor kerap hanya berdasarkan sertifikat farm luar negeri tanpa uji progenites — uji yang menentukan pejantan benar-benar menghasilkan keturunan unggul.

“Jika ingin impor, uji progenites wajib dilakukan. Satu pejantan lokal unggul saja bisa mengawini 20 betina dan hasilnya sangat produktif,” jelas peternak.

Ketua Bidang Seni dan Budaya Kambing DPP HPDKI, Andy Geol, menyampaikan dua poin utama yang menjadi tuntutan komunitas peternak. Pertama, Regulasi impor perlu ditinjau ulang, karena dinilai banyak merugikan produsen lokal. Kedua, Plasma Nutfah Indonesia harus dilestarikan, sebab kualitas genetik lokal terbukti tidak kalah kualitasnya dibandingkan dengan bibit impor.

Mendengar aspirasi tersebut, Sonny yang selama ini dikenal dekat dengan para peternak kambing tersebut menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan evaluasi regulasi pengadaan ternak impor di tingkat nasional.

“Saya mengucapkan terima kasih atas informasi dan masukan penting ini. Kita tidak boleh kehilangan genetik lokal sebagai identitas bangsa. Saya akan membawa aspirasi ini ke ruang kebijakan agar keberpihakan kepada peternak semakin nyata,” ujarnya.

Sonny sangat setuju agar Indonesia harus memperkuat riset dan pembibitan sendiri, bukan bergantung pada pasokan ternak asing.

Kampus dan Akademisi Diminta Turun Tangan

Sonny juga memberikan apresiasinya kepada drh. Amung Saputro, M.Si., dan para mahasiswa FIKKIA Banyuwangi yang telah bersemangat menyelenggarakan kegiatan kontes kambing dan temu peternak di Banyuwangi. Setelah beberapa tahun yang lalu UGM mengadakan kegiatan yang senada, baru kali ini nada kampus yang menggelar acar seperti ini.

“ini adalah contoh para intelektual yang menjadikan kampus sebagai menara air yang dapat memberikan manfaat secara langsung bagi masyarakat di Indonesia” ujar sonny.

Para peternak juga berharap perguruan tinggi dengan Fakultas Peternakan atau Kedokteran Hewan ikut memperkuat riset, edukasi, serta program pengembangan bibit unggul lokal. Kontes kambing seperti yang digelar di Banyuwangi dinilai dapat menjadi ruang regenerasi ilmu sekaligus memperkuat posisi plasma nutfah Indonesia di masa depan. (*)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry