Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih (kanan) didampingi Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara Bidang Polhukam, Gogor Oko brbincang dengan para delegasi dari 12 negara. DUTA/endang

SURABAYA| duta.co – Persoalan industri kecil menengah (IKM) menjadi topik bahasan dalam acara capacity building program on enhancing the development of small and  medium industry di Surabaya.

Acara yang digelar hingga 17 Juli mendatang itu diikuti 19 orang dari 12 negara yang tergabung dalam Colombo Plan. Colombo plan sendiri adalah organisasi regional untuk memperkuat ekonomi dan sosial negara-negara anggotanya di wilayah Asia-Pasifik

Ke-19 orang peserta dari 12 negara itu yaitu Bangladesh, Bhutan, Laos, Myanmar, Nepal, Pakistan, Iran, Malaysia, Brunei, Maladewa, India dan Indonesia.

Indonesia melalui Kementerian Perindustrian dan Kementerian Sekretariat Negara menggelar acara ini untuk mendukung pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM).

Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara Bidang Polhukam, Gogor Oko selaku penyelenggara program ini mengatakan ini bagian dari kerjasama Selatan-Selatan yang beranggotakan negara-negara berkembang.

Setneg dalam hal ini sebagai koordinator untuk memfasilitasi kementerian lain agar bisa menjalankan program ini.

“Kali ini programnya mengenai industri kecil dan menengah (IKM). Jadi mengajak mitra Kementrian Perindustrian. Ini komitmen kami sebagai koordinator dari kerjasama Selatan-Selatan,” ujarnya Gogor.

Dikatakan Gogor, program ini sejalan dengan keinginan Presiden Jokowi yang untuk memperbesar peran sektor IKM dengan mengedepankan forum-forum pembelajaran dengan negara sahabat.

“Dari sana kita bisa bertukar informasi dan nantinya bisa bertukar pasar. Ini sebuah peluang bisnis yang baik. Ada kerjasama untuk memperluas pasar ekspor ke depannya,” tuturnya.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih dalam kesempatan yang sama mengatakan pihaknya selaku pembina IKM di seluruh Indonesia ingin bertukar pikiran, berdiskusi dengan negara yang sama-sama sedang berkembang tentang IKM.

“Kita tidak hanya undang mereka yang berada di bawah kita, tapi yang di atas kita pun kita ajak. Supaya mereka bisa melihat IKM kita seperti apa dan bisa memberikan  masukan yang positif untuk bisa mengembangkannya,” jelasnya.

Ini sebuah peluang untuk IKM bisa menembus pasar ekspor. Karena selama ini, dari 4,4 juta pekaku usaha kecil menengah baru 30 ribu yang benar-benar bergerak di level menengah. Dari 30 ribu itu, baru 30 persen atau 10 ribu yang bisa melakukan ekspor.

“Sangat kecil, sehingga kita perlu menggelar acara-acara semacam ini agar bisa memperbesar pasar ekspor itu,” ungkapnya.

Untuk ekspor sendiri, kata Gati, tahun lalu sudah ada peningkatan sebesar lima persen dari seluruh produk IKM. Salah satu penyebabnya selain karena pasar internasional mendukung, juga karena program yang digelar ini. “Ini sudah keempat kalinya kami gelar. Kita pilih kota-kotanya, tahun ini kita pilih Surabaya,” tandasnya.

Selain itu, pihaknya juga berupaya agar industri yang level kecil bisa terus meningkat ke menengah. Sehingga peluang untuk menembus pasar ekspor bisa semakin terbuka lebar.

“Kita bantu mengatasi masalah yang dihadapi mereka. Terutama akses permodalan. Kita merestrukturisasi mesin-mesin mereka. Kita beri diskon beli mesin hingga 25 persen jika mesinnya impor, dan potongan 30 persen jika mesin buatan dalam negerii,” tukasnya.

Para delegasi dari 12 negara ini selama berlangsungnya program ini, akan diajak mengunjungi sentra-sentra industri di sekitar Surabaya. Di antaranya workshop pembuatan sepatu di Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo.

Kemudian, para peserta juga akan mengunjungi Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Industri Makanan, Minuman dan Kemasan Jawa Timur dengan kegiatan pengamatan layanan keliling dan mini workshop pembuatan makanan ringan sehat. Hingga mengunjungi pabrik keripik salak di Kota Malang. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry