
SURABAYA | duta.co – Kehilangan uang karena penipuan membuat influencer dan pemain film, Asmara Abigail stres. Sebesar Rp 70 juta melayang dari kartu kredit yang dia punya gegara meng-klik link dari pesan di ponselnya yang dikirim orang tak dikenal. Asmara menjadi korban phishing.
Asmara mengaku kejadian itu benar-benar melebihi kisah honor baginya. Itulah pertama kali Asmara tertipu. Biasanya kalau ada yang mengirim SMS, WA atau apapun yang berisi link, atau nomor tidak dikenal telepon, biasanya diabaikannya.
Namun kali ini, Asmara mengakui kelalaiannya. Asmara mengaku kemungkinan saat itu fisiknya sedang benar-benar lelah, karena baru selesai satu film dan akan melanjutkan untuk satu film lagi.
“Saya waktu itu sedang promo film Pelakor jadi secara fisik dan mental tuh sudah jadilah aku ketipu. Situasinya tuh benar-benar buat aku horor banget ini yang benar-benar buat aku sampai tidak bisa tidur sampai stres gitu,” kata Asmara.
Awal mula kejadian, saat itu Asmara akan menjalani syuting sebuah film di pulau Takengon. Jaraknya sekitar 6 sampai 7 jam dari Banda Aceh. Dan itu harus ditempuh dengan pesawat kecil. Karena itulah, penumpang hanya diperbolehkan membawa cabin maksimal 5 kilogram.
Syuting diperkirakan selama satu bulan membuat Asmara harus membawa barang pribadi cukup banyak. “Karena tidak memungkinkan saya bawa sendiri, akhirnya saya putuskan untuk mengirimkan lewat jasa kurir,” tuturnya.
Karena di dekat rumahnya ada J&T Express, Asmara mempercayakan pengirimannya ke outlet itu. Selama ini, Asmara selalu berlangganan pengiriman melalui outlet itu dan sejauh ini semuanya aman.
Dari rumah, sang tukang kebun, Wardi yang membawa paket itu ke outlet. Sudah dipacking rapi dari rumah, ditambah di outlet dilapisi plastik untuk mengamankan semua isi di dalam paket itu. “Alamat sudah jelas, kalau terkena air misalnya akan aman. Pokoknya rapi banget,” kata Asmara.
Pengiriman itu diharapkan bisa sampai sebelum Asmara tiba di lokasi. Namun saat dia berada di Bali dan merencanakan keberangkatan ke Takengon, tiba-tiba dmada pesan masuk ke ponselnya. Pesan itu mengabarkan kalau paket bermasalah, tulisan alamatnya rusak tidak terbaca jelas.
“Sebenarnya kalau si penerima pesan itu fokus, pasti sudah akan curiga. Karena perusahaan pengiriman yang sangat besar masak ngirimnya pesan begitu. Tapi karena mungkin saat itu aku tidak fokus, jadinya akan mengikuti panduan yang mereka kirimkan. Klik ini klik itu,” jelas Asmara.
Asmara mengakui, si penipu sangatlah profesional. Dia dipandu untuk mengklik tautan yang dikirimkan yang katanya untuk memperbarui alamat agar paket bisa segera sampai tujuan.
Asmara pun meng-klik link dan mengisi alamat penerima di Takengon. Lalu masuk ke halaman berikutnya di sebuah website yang menurut Asmara yang saat itu sedang tidak fokus, website itu seperti asli punya J&T Express.
“Katanya aku harus membayar 9 ribu. Ya bagiku yang saat itu sedang kerja, 9 ribu bukan angka yang besar. Aku diminta untuk membayarnya melalui kartu kredit,” kata Asmara.
Penipu meminta data kartu kredit dan melakukan pembayaran. Pembayaran dilakukan namun selalu dibilang gagal hingga lima kali. “Ternyata lima kali transaksi semuanya berhasil. Dan 9 ribu itu bukan bentuk Rupiah tapi mata uang Riyal. Sehingga aku kehilangan dari kartu kreditku sebesar Rp 70 juta. Horor kan. Rasanya aku waktu itu gemetar, panik terus ingin nangis. Kejadiannya cepat banget tidak sampai 15 menit,” ucapnya.
“Sebelum aku mengklik link itu, aku sempat tanya ke mama, apa ada masalah dengan paket yang dikirimkan. Mamaku langsung menyuruh Wardi tukang kebunku ngecek ke outlet J&T yang dekat rumah itu,” kata Asmara.
Di outlet, Wardi mendapatkan penjelasan dari petugas bahwa jika ada pengirim link yang mengaku ada masalah dengan paket yang dikirimkan maka jangan di-klik, itu penipuan dan sebagainya. “Tapi informasi itu sampai ke akunya tidak cepat. Kayak ada delay, akhirnya ya sudah hilang Rp 70 juta itu,” tuturnya
Asmara yang lagi stres karena itu adalah pertama kalinya dia ditipu, beruntung disuport oleh timnya untuk bertemu dengan tim J&T Express. Tim J&T Express menjelaskan alur dari paket yang dikirimkan. Mulai dari titik satu, dua, tiga dan seterusnya.
“Dan sebenarnya paket itu sudah dalam perjalanan menuju Takengon. Jadi tidak ada paket nyangkut atau alamat tidak terbaca, itu kebohongan. Anehnya pesan yang aku terima itu ternyata nomor Filipina yang seharusnya dari awal aku harus curiga. Dan mata uangnya itu Riyal. Ini kejahatan antar negara,” jelasnya.
Dari kejadian ini, Asmara ingin berbagi pada semua orang untuk selalu berhati-hati agar tidak mengalami hal seperti dirinya. Karena penipuan seperti ini semakin marak terjadi. Seakan penipu itu mengetahui kapan waktu lengah seseorang sehingga sangat mudah untuk dikelabui.
Lakukan Cek, Curiga dan Cancel
Bersama J&T Express, Asmara melakukan kampanye 3C yakni Cek, Curiga dan Cancel untuk menghindari menjadi korban phishing atau penipuan yang mengatasnamakan J&T Express dan juga jasa pengiriman lain.
Ketika mengirimkan barang melalui jasa pengiriman maka perlu melakukan Cek ke outlet resmi jasa pengirimannya jika menerima pesan mengatasnamakan jasa pengiriman tersebut yang berkaitan dengan barang yang kita kirim. Bisa dengan didatangi langsung, atau telepon customer service dan berbagai cara lainnya.
“Kalau lewat J&T Express ya datang ke outletnya atau telepon customer service-nya nanti akan dijelaskan sejauh mana barang yang kita kirim. Sudah sampai di mana dan sebagainya,” kata Asmara.
Selanjutnya Curiga. Curiga ini penting dilakukan. Asmara menegaskan harusnya ketika mendapatkan pesan melalui ponsel dari nomor tidak dikenal, wajib ada rasa curiga. “Kalau ada rasa curiga pasti kita akan kroscek. Apa ada nomor resinya. Apa nomor resi itu sama dengan yang kita punya atau tidak. Jadinya kita tidak akan mudah mengikuti kemauan si penipu itu,” kata Asmara.
“Jika semua sudah dicek dan ricek dan mengarah ke penipuan, segera mungkin di-cancel agar tidak menjadi korban seperti saya,” tambah Asmara.
J&T Express sendiri menggelar kampanye ini tak lepas dari perannya sebagai perusahaan jasa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya phishing dan penipuan online dengan modus pengiriman paket.
“Melalui kolaborasi dengan publik figur Asmara Abigail, dan penyebaran materi edukasi ke ratusan titik layanan, J&T berupaya melindungi pelanggan dari ancaman kejahatan digital,” ujar Herline Septia, Brand Manager J&T Express.
Sepanjang 10 tahun perjalanan, fokus J&T Express tidak hanya pada penguatan internal perusahaan, tetapi juga pada langkah-langkah eksternal yang memberi manfaat lebih luas. “Salah satunya melalui edukasi pencegahan phishing yang kami lakukan sebagai upaya menjaga keamanan dan kepercayaan para pelanggan. Kami percaya, kontribusi perusahaan logistik bukan sekadar menghadirkan layanan, tetapi juga menghadirkan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat,” jelasnya.
Konsumen Mengapresiasi Edukasi 3C
PelangganJ&T Express di Surabaya mengapresiasi kampanye edukasi 3C yang dilakukan J&T Express dan Asmara Abigail.

Nusaybah Afaf salah satunya. Kampanye 3C meminimalisir terjadinya penipuan yang mengatasnamakan jasa pengiriman. Sehingga konsumen akan semakin aman.
“Sebenarnya bagi pelanggan J&T Express, kita bisa tracking paket yang kita kirim atau yang akan kita terima lewat aplikasi resmi. Kalau ada yang mencurigakan kita bisa lihat di aplikasi itu. Nah sekarang ditambah ada kampanye 3C semakin nyaman dan aman bagi pelanggan,” jelasnya.
Nusa sendiri biasa menggunakan jasa J&T Express untuk pengiriman paket ke keluarganya di Jember dan daerah lain di Pulau Jawa. lis