Muhammad Thamrin Hidayat – Dosen PPG, FKIP

SETIAP orang pasti memiliki emosi di dalam dirinya. Emosi merupakan respon kompleks terhadap rangsangan eksternal maupun internal yang melibatkan pengalaman subyektif, perubahan fisiologis, dan ekspresi perilaku.

Emosi sering dikaitkan dengan perasaan yang intens dan berlangsung dalam waktu singkat, namun memiliki dampak signifikan pada perilaku dan pemikiran seseorang.

Menurut James-Lange (1922), mengemukakan bahwa emosi adalah hasil dari perubahan fisiologis yang kemudian diinterpretasikan oleh otak. Sebaliknya Cannon-Bard (1927), menyatakan bahwa rangsangan emosional memicu respon fisiologis dan pengalaman emosional secara simultan.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa 
Sedangkan teori appraisal menekankan peran kognisi dalam interpretasi emosi berdasarkan situasi yang dialami. Emosi memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan, interaksi sosial, dan kesejahteraan psikologis.

Studi tentang emosi juga mencakup aspek biologis, psikologis, dan sosial untuk memahami bagaimana emosi berkembang, diatur, dan mempengaruhi perilaku manusia.

Beberapa teori mengemukakan bahwa kompenen utama emosi adalah :

1.  Pengalaman subyektif yaitu perasaan yang dirasakan seseorang, seperti kebahagiaan, kesedihan, marah, atau takut.

2. Perubahan fisiologis. Reaksi tubuh yang menyertai emosi, seperti detak jantung yang meningkat, tangan bergetar, berkeringat karena ada perubahan hormon.

3. Ekspresi perilaku. Ini melalui ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tindakan yang tidak terkontrol.

Karena emosi sangat berperan penting dalam mengambil keputusan, interaksi sosial dan kesejahteraan psikologis maka perlunya penataan emosi, terutama bagi siswa yang akan memasuki pembelajaran harus memiliki emosi yang baik dan stabil.

Berdasarkan hal di atas bagaimanakah para orang tua  menata emosi anak-anak melepaskana anaknya sebelum mengarungi lingkungan (baca pembelajaran di sekolah) yang akan dihadapinya. Atau seorang guru harus menata emosi siswanya sebelum masuk kelas untuk menerima pelajaran?

Kalau emosi mereka masih tidak dalam bahagia, masih sedih, masih dalam kemarahan, atau takut. Mungkinkah mereka dapat menerima atau merespon apa-apa yang ada dalam lingkungannya dengan baik dan nyaman.

Demikian pula anak-anak yang akan belajar kalaulah emosinya tidak baik dan tidak stabil, mana mungkin dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik.

Karena itu perlunya sebelum masuk kelas, atau sebelum orang tua melepaskan anak-anaknya seharusnya emosi anak ditata terlebih dahulu dengan baik. Maksudnya orang tua harus berhati-hati dalam menata emosi anak dalam segala situasi,lebih-lebih bila akan mengikuti pembelajaran.

Bagaimanakah menata emosi tersebut? Bila tidak ditata terlebih dahulu para pakar pendidikan merasa yakin bahwa materi yang disampaikan oleh guru tidak sampai dengan baik, karena emosinya masih dalam keadaan kacau. Karena itu kadangkala guru sudah menyampaikan materi pelajaran dengan baik tetapi masih ada siswa yang tidak dapat menerima dengan baik pula. Hal ini karena emosi yang dimiliki siswa belum stabil.

Beberapa pakar psikologi menyampaikan penataan emosi dapat dilakukan dengan beberapa cara atau beberapa cara disatukan menjadi satu kesatuan. Emosi dapat kembali dengan baik bila mendengar lantunan nyayian yang gembira atau menggugah hati, kicauan burung, gemericik air, sentuhan guru pada tubuh anak didiknya, seperti bersalaman, senyum guru pada siswa yang baru datang dipintu halaman sekolah.

Sepertinya hal itu sangat remeh sekali, namun memiliki dampak yang sangat tinggi nilainya bagi kelangsungan siswa belajar berikutnya. Karena emosi yang dimiliki telah tertata dengan baik, dan sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak didik.

Apakah sekolah anda sudah menerapkan seperti apa yang penulis utarakan, semoga sekolah tempat yang menyenangkan bagi murid dan keberhassilan pendidikan akan lebih baik. Semoga Aamiin. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry