Maharani Pertiwi K. S.Si., M. Biotech., Ph.D – Dosen Fakultas Kesehatan (FKes)

TUBUH kita tersusun dari miliaran sel, yaitu unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Tiap sel mengandung nukleus (inti sel) yang menyimpan informasi genetik. Semua aktivitas metabolisme yang diperlukan untuk proses kehidupan, seperti sintesis protein dan asam nukleat (DNA dan RNA) terjadi di dalam sel.

Salah satu organ didalam sel yang berperan dalam produksi energi adalah mitokondria. Energi ini berperan dalam proses pertumbuhan, aktivitas otot, memelihara potensial sel saraf dan sintesis substansi sel.

Bila mitokondria berfungsi dengan tidak sempurna, sel dapat kehilangan energi. Akibatnya, sel tidak mampu menghasilkan senyawa dasar pembangun sel (building block) yang penting untuk berbagai fungsi.

Kerusakan mitokondria memicu sejumlah gejala, mulai dari kelemahan dan kekurangan energi, hingga masalah fungsi organ tertentu. Untuk mencegah kerusakan sel, maka asupan nutrisi yang optimal harus menjadi perhatian.

Stres Oksidatif

Stres ini disebabkan oleh radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) yang berkembang tanpa hambatan di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh dalam menetralkannya.

Akumulasi ROS dan H2O2 dalam jumlah berlebih akan menyerang sel-sel tubuh sehat dan merusak kemampuan fungsionalnya, menimbulkan gangguan replikasi DNA, melemahkan sistem imun (kekebalan tubuh), memicu sejumlah penyakit serius seperti penyakit kardiovaskular, rematik dan bahkan kanker.

Pada akhirnya, kondisi ini dapat menyebabkan kematian seluruh organ. Salah satu sumber radikal bebas adalah gaya hidup, kontaminan seperti nikotin dan pestisida.

Peradangan (inflamasi)

Peningkatan radikal bebas akan memicu mediator peradangan. Pada dasarnya, proses peradangan ini merupakan suatu pertanda bahwa respon imun tubuh bekerja dengan baik. Kondisi peradangan umumnya terjadi dalam waktu singkat.

Misalnya, ketika suatu bagian tubuh mengalami luka, mekanisme peradangan akan membantu menghilangkan sel yang rusak atau mempercepat proses penyembuhan sel.

 Sebaliknya, saat peradangan terjadi pada sel selama bertahun-tahun dan tanpa kita sadari dalam waktu yang lebih lama dari yang dibutuhkan, hal ini cenderung bersifat merugikan.

Peradangan ini akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius seperti penyakit kardiovaskular, demensia, sindrom metabolik, osteoporosis dan perkembangan kanker.

Peradangan terjadi secara akut atau kronis. Peradangan akut terjadi dalam hitungan detik atau menit ketika suatu sel atau jaringan mengalami kerusakan. Sedangkan peradangan kronis terjadi dengan mekanisme yang lebih rumit dan dapat berlangsung dalam jangka waktu panjang.

 Peradangan kronis menyebabkan sel atau organ menua sebelum waktunya atau menjadi rentan terhadap penyakit tertentu.

Proses peradangan ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi nutrisi yang umumnya diekstrak dari buah-buahan, sayuran atau tanaman pertanian tertentu seperti teh hijau, kol, bawang putih, manggis, delima, apel, jeruk, nanas, semangka, pepaya, pir, anggur, melon, brokoli, kembang kol, bayam, lobak, wortel, tomat, seledri dan kubis.

Vitamin dan mineral sebagai antioksidan penangkal radikal bebas

Antioksidan dalam bentuk zat alami diperlukan sel untuk menangkal serangan radikal bebas dan memperlambat terjadinya peradangan kronis.

Antioksidan yang paling terkenal adalah vitamin C, E, beta-karoten dan mineral selenium. Vitamin E berfungsi melindungi organ-organ vital seperti hati, otak dan jantung, serta sel-sel darah dan otot.

Vitamin E atau α-tokoferol berada di membran sel dan berfungsi mempertahankan integritas membran.

Cincin fenol pada vitamin E memberikan ion hidrogennya kepada radikal bebas dan mengubahnya menjadi vitamin E radikal (vitamin E teroksidasi).

 Selanjutnya, vitamin C berperan sebagai donor elektron yang memutus rantai reaksi radikal bebas. Inilah sebabnya, mengapa konsumsi vitamin E bersama vitamin C menjadi penting.

Peran vitamin C selanjutnya adalah membantu perlindungan sel-sel tubuh dengan memperkuat kekebalan alami tubuh. Beta-karoten memainkan peran penting untuk menangkal radikal bebas.

Vitamin lain, seperti vitamin B tidak hanya aktif sebagai antioksidan, tetapi juga mendukung banyak mekanisme di dalam sel untuk melindungi diri dari radikal bebas.

Selenium berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida yang terbentuk dalam tubuh menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Ada mineral tambahan (mangan, magnesium, kromium, yodium) yang merupakan faktor pendamping yang signifikan untuk perlindungan sel.  *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry