
SURABAYA | duta.co – Jangan ada distorsi sejarah. Peran penting ‘Resolusi Jihad’ fatwa almaghfurlah KH M Hasyim Asy’ari dalam membakar semangat juang arek-arek Suroboyo untuk mengusir, adalah fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri dan tidak boleh dinafikan.
“Tanpa fatwa Resolusi Jihad Mbah Hasyim, maka, status kemerdekaan Republik Indonesia yang baru seumur jagung, terancam hilang,” tegas Senator Jatim Dr Lia Istifhama yang akrab dipanggil Ning Lia kepada duta.co, saat menghadiri tasyakuran 2 dekade NU Care-LAZISNU, Lazisnu PCNU Kota Surabaya di Pondok Pesantren Bismar Al Mustaqim Surabaya, Jumat (8/11/24).
Menurut Ning Lia, dokumen otentik tentang naskah resolusi jihad, termasuk peta geografis medan perang, penembakan Brigadir Malaby, serta perobekan bendera di Hotel Yamato maupun materi penting lainnya, harus menjadi bahan pelajaran anak didik kita. “Dengan begitu mereka bisa mengikuti semangat juang para syahada negeri ini,” tegasnya.
Ia memberikan apresiasi kepada PWNU Jatim yang telah melakukan rangkaian seminar Hari Santri Nasional untuk mempertajam pengetahuan publik tentang hari pahlawan (10 November). Bahkan PWNU Jatim juga mengirimkan delegasi khusus berjumlah 99 personal untuk menyemarakkan gerak jalan Mojokerto-Surabaya.
“Publik harus dipahamkan tentang substansi gerak jalan ini. Kegiatan tersebut sudah dilakukan berpuluh-puluh tahun. Ini bukan sekedar olah raga fisik, tetapi, ada makna sejarah penting mengapa harus mengambil start di Mojokerto dan finish di Surabaya. Nanti malam NU Jatim juga memggelar Mujahadah Pejuang,” tegasnya.
Karena itu, Ning Lia setuju kalau dunia pendidikan juga melakukan revisi kurikulum pendidikan nasional dengan memasukkan fakta sejarah terkait resolusi jihad. “Harus ada penulisan ulang sejarah nasional yang menuliskan kontribusi ulama dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Ini perlu segera dilakukan, mumpung masih banyak saksi mata dalam peristiwa tersebut,” tegasnya.
Jadi? Hari Pahlawan, 10 November, jangan mendistorsi dengan menyebut itu tawuran biasa. Ini persoalan jihad membela negara. “Masih ada, kita bisa dengar rekaman pekik ‘Takbir’ Bung Tomo, ada pertemuan khusus Bung Karno dengan Mbah Hasyim. Pun saat perang berkecamuk, ada saksi mata yang melihat langsung Mbah Hasyim dalam medan tempur. Ini harus segera dibubukan untuk anak-anak kita,” pungkasnya. (mky)