JAGONGAN: Jagongan pers bersama Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni beserta Rektor Unmuh dan pimpinan media massa ini, bertema “Media Massa Kita,Masa Kini”. (duta.co/siti noer aini)

PONOROGO | duta.co– Memperingati Hari Pers nasional ( HPN) ke 72, Persatuan Wartawan Indoensia ( PWI) Cabang Ponorogo bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMP)  menggelar Jagongan Pers di Dome Unmuh Ponorogo. Jagongan pers bersama Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni beserta Rektor Unmuh dan pimpinan media massa ini, bertema “Media Massa Kita, Masa Kini”.
“ Acara HPN PWI hari ini  bagus, luar biasa. Hanya kurang lama, kurang melibatkan banyak pihak. Tahun depan semoga lebih gayeng. Ini kan Jum’at jadi (waktunya) pendek,” kata Bupati usai menjadi narasumber dalam jagongan pers yang juga dihadiri oleh pejabat Pemkab, Polres, Kodim dan beberapa pimpinan media massa di Ponorogo dan Madiun itu.
Dalam kesempatan itu Bupati kepada awak media, pimpinan media massa dan juga mahasiswa berpesan, saat ini media mainstream memang kalah dengan media sosial . Namun diakui dari media sosial yang ditulis atau diunggah oleh yang bukan ‘wartawan’ , maka banyak berita tidak benar atau hoax. Untuk itu pihaknya berharap banyak agar media massa ( media mainstream) tetap eksis tentunya dengan beberapa inovasi, sehingga tidak tergilas oleh jaman.
“ Pers lima tahun lalu , sejak mulai ada on line, mulai tersisih. Hari ini saya lihat sudah ada keseimbangan. Orang tidak lagi ( mempercayai) online tapi sudah percaya kembali ke media mainstream.  Di online (medsos) semua bisa jadi wartawan. Ini yang kadang-kadang tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang bohong. Saya lihat hari ini  mulai ada keseimbangan, bagian dari introspeksi semua pihak untuk maju ke depan,” ujarnya.
Dikatakan, media mainstream masih menjadi acuan banyak pihak. Dan sayangnya untuk kalangan  mahasiswa masih belum memahami hal itu. Mereka cenderung lebih berpihak ke media sosial. Untuk itu diperlukan terobosan agar media mainstream tetap bertahan.
Sementara itu Hadi Winarso Pimred Radar Madiun lebih banyak menekankan  keberadaan wartawan (insan pers).   Membentuk seorang wartawan setidaknya perlu waktu lima tahun. Profesi wartawan itu harus pintar, makanaya ada uji kompetensi.Untuk itu pihaknya angkat jempol atas upaya PWI menggelar Uji Kompetensi Wartawan ( UKW)  bagi wartawan.
“ Jadi wartawan harus pintar, bahkan harus lebih pintar dari nara sumbernya. Makanya ada uji kompetensi itu sangat bagus, mengukur kemampaun wartawan.  Wartawan harus bisa bedakan kepentingan massa ( pembaca) dan pemilik mdoal. Apapun medianya harus profesional,” ujarnya.
Sedangakn Rektor Unmuh Ponorogo Dr.H.Sulthon menekankan agar pers tetap pada fungsinya sebagai lembaga kontrol masyarakat. Karena pers merupakan pilar ke empat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dengan pers yang sehat dan berimbang maka masyarakat akan memperoleh haknya untuk mendapatkan informasi yang benar.
“Pers harus ikut berkembang mengikuti perkembangan pers dan juga tehnologi. Karena yang terjadi memang seperti itu , sehingga siap terjun ke dunia kerja,” ujar diskusi yang diikuti 200-an mahasiswa Unmuh Prodi Ilmu Komunikasi FISIP.  (sna)

 
 
 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry