JAKARTA | duta.co  – Dalam rangka memperingati “Hari Anak Nasional 2018” Pimpinan Pusat Muslimat NU dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) menggelar talkshow demi mewujudkan anak Indonesia emas 2045 melalui tema “Bijak Menggunakan Susu Kental Manis (SKM)” di Aula Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta, Senin (30/7)
Hadir Pengurus Pusat Muslimat NU dan muslimat NU se Jabodetabek serta pengurus YAICI dan para undangan talksow lainnya.
Selain talkshow acara juga dibarengi dengan perlombaan masak memasak dan lomba membuat makanan serba kue dengan peserta para muslimat NU se Jabodetabek dengan bahan memakai susu kental manis. Berbagai jenis makanan ringan dan kue basah disajikan, dari mulai kue tar sampai jus dan beraneka ragam makanan ringan lainnya.
Hj. Mursyidah Thahir, Ketua III/Ketua Periodik mengatakan, bahwa komitmen Muslimat NU untuk terus berjuang untuk NKRI tidak diragukan lagi, begitu juga dalam membimbing generasi bangsa dalam menyongsong masadepan yang lebih baik. “Muslimat NU terus berjuang, melayani dan membimbing generasi masadepan,” ujarnya
Bahwa membimbing anak lanjutnya, adalah tanggungjawab bersama khususnya para ibu-ibu, dan keluarga. Masadepan anak akan menjadi baik atau menjadi buruk adalah tanggungjawab kaum ibu, karena ibulah yang sangat dekat dengan anak-anak. “Seperti mars Muslimat NU bimbing-lah putra putri mu,” ungkap Mursidah mengingkatkan
Meskidemikian, kata Mursidah dalam membimbing anak tidak hanya sekedar membimbing akan tetapi perlu juga memperhatikan asupan makan, pola makan dan lain sebagainya. Terutama dalam membimbing balita dan saat memberikan susu formula. “Jangan sembarangan memberikan susu formula, harus bijak saat memberikan susu kental manis, karena bisa berbahaya,” terangnya
Sementara itu, Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat menegaskan bahwa kandungan susu dalam SKM yang hanya sekitar delapan persen membuat produk itu tak pantas disebut susu. “Di mana-mana suatu produk diberi nama sesuai kandungan terbesarnya, sedangkan kandungan susu dalam produk SKM yang beredar hanya berkisar 8 persen, sementara gulanya mencapai 50 persen lebih, apakah itu pantas disebut susu?,” ungkapnya dihadapan ibu-ibu Muslimat NU
Arif mengimbau masyarakat untuk tidak mempersepsikan pemberian SKM sama dengan susu sapi atau air susu ibu (ASI) bagi bayi. “Kandungan gulanya yang sangat tinggi justru berpotensi membuat anak menjadi obesitas dan berpotensi penyakit gula bahkan penyakit stunting atau kekurangan gizi karena kandungan gizi lainnya yang tidak sebaik susu sapi asli,” tegasnya
Untuk itulah pihaknya menggandeng Muslimat NU untuk mensosialisasikan penggunaan SKM dalam kemasan kepada seluruh masyarakat Indonesaia. (hud)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry