Keterangan foto CNN Indonesia

“Kita sadar aroma politik kita membawa pada permusuhan, dinarasikan dengan sindiran untuk merendahkan. Sementara Dato’ Anwar berbicara soal persatuan dan pentingnya kebersamaan.”

Oleh Mukhlas Syarkun*

KEHADIRAN dan orasi Dato’ Sri Anwar Ibrahim, Perdana Menteri (PM) Malaysia di CT Corp Leadership Forum, di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Senin (9/1), rasanya masih menggema sampai sekarang.

Ia berhasil  menyedot perhatian berbagai tokoh politik Indonesia. Ini terbukti dengan hadirnya blok Istana dan oposisi. Kelompok ideologi kiri sampai kanan. Ormas Islam berkemajuan, sampai Islam tradisional. Bahkan pengikut Wahabi, bisa duduk berjejer dengan kaum tarikat.

Para aktivis senior gabung dengan unior. Tak ketinggalan kalangan media, pengamat akademik melengkapi pertemuan Ledership forum yang gagas oleh Pak CT alias Choirul Tanjung ini.

Mengapa Begitu Antusias?

Mungkin karena kita telah lama larut dalam panggung politik pencitraan, narasi tidak berbasis argumen, tapi lebih pada sentiment. Sementara Dato’ Anwar berbicara dengan argumentasi, penuh inspirasi.

Mungkin percakapan politik kita  belakangan ini tidak digairahkan dengan literasi, justru malah narasi-narasi sepikulasi, penuh teka teki. Sementara Dato’ Anwar bicara politik dengan teori, lalu diperkaya literasi karya filusuf dari Ibnu Rusy sampai al-Ghazali.

Suasana politik kita dalam dekade ini lebih menonjol dengan politik perdagangan, sementara Dato’ Anwar menekankan politik perjuangan.

Demokrasi  kita, tergambar sebagai demokrasi akal-akalan. Istilah Gus Dur demokrasi prosedural, sementara Dato’ Anwar mengingatkan pentingnya demokrasi accountability alias kejujuran, keberpihakan pada keadilan dan kesejahteraan.

Karakter politik kita, lebih didominasi oleh rebutan tahta kekuasaan, sementara Dato’ Anwar berbicara politik pengabdian yang, harus dipertanggungjawabkan (wakullukum ra’in masu-ulin).

Kita sadar aroma politik kita membawa pada permusuhan, dinarasikan dengan sindiran untuk merendahkan. Sementara Dato’ Anwar berbicara soal persatuan dan pentingnya kebersamaan.

Panggung politik kita dilakonkan oleh politisi yang menonjolkan kepentingan dan egoisme kekuasaan, sementara yang terlihat dari sosok Anwar adalah sosok negarawan dan mengingatkan pentingnya ketawadhu’an.

Dan yang lebih menjadi perhatian pengunjung adalah Dato’ Anwar begitu fasih menjelaskan pemikiran perjuangan  tokoh tokoh kita (Seokarno Hata, Syahrir dll) diakui oleh Dato’ Anwar sebagai inspirator ulung.

Dari situ sesungguhnya tokoh tokoh kita yang hadir di acara Ledership forum – dalam suasana  kebatinan dan alam sadarnya – menginginkan dan merindukan seperti apa yang dinyatakan Dato’ Anwar. Hanya saja panggung politik kita belakangan ini, tidak memberi tempat itu.

Karena apa yang disampaikan Dato’Anwar diilhami sebagai mana panggung politik priode awal Seokarno, Hatta, Natsir, Wahid Hasyim atau generasi pelanjut kedua seperti Cak Nur, Gus Dur dll yang mempu mewarnai panggung politik dengan literasi, dengan sikap kebijaksanaan dan kenegarawanan.

Inilah hikmah dari pertemuan Dato’ Anwar dengan tokoh kita, jika mereka mau mengambil hikmahnya. Bukankah demikian?

*Mukhlas Syarkun adalah Ketua PKB 1999, Cabang istimewa Malaysia.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry