JAKARTA | duta.co – Arab Saudi terus mempersempit gerak Islam radikal. Universitas Islam Madinah (UIM), mengajak Indonesia untuk terus memerangi terorisme dan mengembangkan Islam moderat atau wasathiyah.

Untuk mewujudkan tekad itu, UIM mengirimkan delegasinya bertemu Menteri Agama, Menteri Lukman Hakim Saifuddin. Tampak Wakil Rektor Bagian Pengajaran Ibrahim bin Ali Al-Ubaid dan Wakil Rektor Bagian Pengembangan Mahmud bin Abdurrahman Muhammad Zain Qodah.

Indonesia, dalam pandangan UIM, adalah negara berpenduduk Islam terbesar dunia, dan mampu menerapkan Islam wasathiyah. Karenanya, kunjungan mereka ini dalam rangka menjalin kerja sama di bidang pendidikan tinggi, termasuk dalam memperkuat Islam moderat.

Mahmud bin Abdurrahman, menegaskan, UIM ingin mengajak mensosialisasikan moderasi Islam (Islam Washatiyah). Ia mengatakan bahwa Universitas Islam Madinah telah bekerja sama dengan perguruan tinggi Islam di Indonesia, yakni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Alauddin Makassar untuk menyelenggarakan konferensi internasional untuk berbicara mengenai moderasi Islam.

Ibrahim menambahkan, pihaknya telah banyak berbicara tentang moderasi Islam (Islam Washatiyah) di berbagai negara, seperti Maldives, Afrika Barat, Nigeria, Pakistan, Ghana dan Uganda. Ia juga mengatakan bahwa pihaknya ingin bekerja sama dengan Kementerian Agama terkait moderasi Islam.

“Universitas Islam Madinah adalah hadiah dari Kerajaan Arab Saudi bagi umat Islam,” ujar Ibrahim, Senin (26/03/2018).

Ibrahim menjelaskan bahwa di Universitas Islam Madinah saat ini terdapat 23 ribu mahasiswa yang berasal dari 170 bangsa dan telah menelurkan 70 ribu alumni yang tersebar di seluruh dunia. Ia menegaskan bahwa Universitas Islam Madinah tidak mentolerir gerakan terorisme, ia juga berharap agar tidak ada alumni-alumninya yang tergabung ke dalam gerakan terorisme.

Mahmud Qodah menambahkan bahwa pihak Universitas Islam Madinah bangga dengan para alumninya, khususnya di Indonesia. Menurutnya, banyak alumni Universitas Islam Madinah yang menjadi tokoh-tokoh penting di Indonesia, seperti Mantan Menteri Agama Maftuh Basuni dan Mantan Menteri Sosial Salim Assegaf Al Jufri, Hidayat Nur Wahid, dan Hasan Abdullah Sahal.

Menanggapi hal ini Menag menginstruksikan Direktur Diktis Arskal Salim agar mengundang pembicara dari Universitas Islam Madinah dalam gelaran Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) pada bulan September mendatang.

“Ada sekitar seribu dosen dari perguruan tinggi Islam yang akan hadir menyampaikan masalahnya, mungkin kita mengundang salah satu pembicara dari Universitas Islam Madinah untuk berbicara di sana. Tema menarik yang akan diangkat adalah Saudi Arab dan moderasi Islam,” ujar Arskal.

Disampaikan juga, bahwa, UIM membuka kesempatan kepada siswa berprestasi, baik di sekolah negeri maupun di sekolah swasta, untuk menimba ilmu pada 3 (tiga) fakultas, yakni: fakultas teknik, fakultas sains, dan fakultas komputer. Banyak sekali yang mengajukan agar dapat masuk ke Universitas Islam Madinah. Setiap tahun, hampir 100 ribu orang yang ingin masuk ke Universitas Islam Madinah, sedangkan yang diterima terbatas

Menanggapi tawaran kerja sama dari Universitas Islam Madinah, Menag menjelaskan bahwa selama 5 tahun terakhir Kementerian Agama telah mencanangkan program 5.000 doktor.

“Sebagian menyelesaikan doktornya di Indonesia, tapi sebagian di luar negeri. Sebagian menempuh doktor di bidang ilmu-ilmu umum seperti komputer, kedokteran,” ujar Menag didampingi Direktur Diktis Arskal Salim.

“Kementerian Agama telah menandatangani MoU dengan beberapa perguruan tinggi di Eropa, juga di Arab Saudi seperti Ummul Quro, Ibnu Sa’ud, mungkin juga bisa dilakukan dengan Madinah,” ujar Menag. (kmg)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry