Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes – Dosen Program Studi S1 Gizi

DI Indonesia secara geografis rawan sekali terjadinya bencana alam dan non alam seperti gempa tektonik, tsunami, dan angin puting beliung.

Bencana non alam artinya akibat ulah manusia yaitu seperti contohnya manusia tidak mengolah sumber daya alam atau tidak menjaga alam dengan baik.

Sehingga dapat menimbulkan bencana alam, seperti tanah longsor, banjir, kebakaran hutan dan kekeringan.

Dampak bencana tersebut mengakibatkan kondisi kedaruratan disegala bidang. Dampak dari bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya berbagai sarana dan prasarana fisik seperti pemukiman, bangunan fasilitas umum dan sarana transportasi.

Selain itu, dampak lain dari bencana alam yang bersifat darurat adalah masalah kesehatan dan gizi.

Dengan kondisi darurat, tenaga kesehatan diperlukan untuk menanggulangi dampak dari bencana alam ini ahli gizi merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam setiap tahapan bencana, terutama di bidang gizi.

Ibu, anak, dan lansia merupakan kelompok usia yang paling rentan mengalami masalah gizi kurang, sebagai dampak dari sebuah bencana.

Permasalahan gizi yang biasanya timbul pada bencana alam yang terjadi adalah gizi kurang pada kelompok usia bayi dan balita yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) dikarenakan anak tersebut terpisah dari ibunya saat bencana alam terjadi.

Semakin memburuknya status gizi di sekelompok masyarakat dikarenakan bantuan makanan yang sering terlambat dan terbatasnya ketersediaan pangan di lokasi pengungsian dapat memperburuk kondisi yang ada.

Terbatasnya ketersediaan pangan dapat diakibatkan karena adanya bantuan pangan yang mendekati atau melewati masa kadaluarsa.

Makanan yang tidak disertai label yang jelas atau tidak ada keterangan halal sehingga pengungsi tidak dapat mengkonsumsi makanan tersebut.

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan.

Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan penanggulannya melibatkan berbagai sektor yang terkait.

Penangan gizi darurat pada saat bencana menjadi prioritas pertama dimana layanan pangan dan gizi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dalam penanganan kedaruratan.

Penanganan gizi penting dalam situasi darurat, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

  1. Keterbatasan di pengungsian (pangan,pelayanan kesehatan, shelter, sanitasi, air bersih)
  2. Bantuan makanan (gizi) merupakan salah satu bentuk bantuan untuk penyelamatan korban ( untuk mempertahankan status gizi)
  3. Untuk optimalisasi bantuan gizi, perlu penangan gizi yang sesuai sehingga perlu surveilans gizi.

Tujuan umum penangan masalah gizi pada saat kondisi darurat adalah meningkatkan dan mencegah memburuknya status gizi pengungsi.

Sedangkan, tujuan spesifik dari penanganan masalah gizi pada kondisi darurat adalah untuk memantau perkembangan status gizi pengungsi, terciptanya kondisi kerjasama lintas sektor dan terjadinya penyelenggaraan program penanganan gizi.

Beberapa program dilakukan untuk penanganan permasalahan gizi dalam kondisi darurat :

  1. Pelayanan gizi

Penyelenggaraan makanan darurat dipersiapkan oleh petugas pada waktu terjadi keadaan darurat yang ditetapkan oleh pemangku kepentingan setempat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Pada saat masyarakat dinyatakan mengungsi, sehingga masyarakat tidak mungkin untuk menyelenggakan makanan sendiri.

  1. Penyuluhan gizi

Penyuluhan gizi yang diberikan oleh tenaga petugas gizi pada kondisi darurat bencana mempunyai makna yang signifikan.

Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia baik individu maupun masyarakat sehingga dapat menciptakan sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya guna dapat meningkatkan dan mempertahankan gizi yang baik.

Harapan dari upaya ini adalah orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma – norma gizi.

  1. Penyediaan Tenaga Khusus atau Sumber Daya Manusia di bidang Gizi

Peran tenaga kesehatan atau ahli gizi pada saat kondisi darurat bencana dapat memberikan kontribusi terhadap pelayanan gizi di tempat pengungsian menjadi lebih optimal.

BPBK dan Dinsosnakermobduk saat mengusulkan pengadaan bahan makanan perlu berkoordinasi dengan Dinkes.

Pada tahap tanggap darurat peran petugas kesehatan dapat membantu pada dapur umum dengan mengatur menu serta perhatian terhadap gizi dan kebersihan makanan yang akan diberikan pada masyarakat yang menderita akibat bencana.

Dapur umum ini bisa saja diadakan di kantor – kantor pemerintah atau mungkin juga di sekitar terjadinya bencana terutama pada tempat-tempat pengungsian.

  1. Penyediaan Bahan Makanan

Pada fase penyelamatan pengungsi baru saja terkena bencana, petugas belum sempat mengindentifikasi pengungsi secara lengkap, belum ada perencanaan pemberiaan makanan yang terinci sehinnga semua kelompok umur menerima bahan makanan yang sama.

Pemberian makanan jadi harus sudah tersedia dalam waktu sesingkat mungkin dengan membentuk penyelenggaraan dapur umum.

Bahan makanan yang mudah dibawa dan dimasak seperti beras, telur, ikan kaleng, kerupuk dan mie instan adalah bahan makanan umum yang tersedia pada saat kondisi darurat. (*)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry