SIDOARJO | duta.co – Tanamkan cinta Maritim dan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan taraf hidup nelayan, PPNS berkolaborasi dengan PT. Fiberboat Indonesia mengenalkan pada nelayan, Rabu, (27/10/21). PPNS gandeng Industri Perkapalan siap produksi Kapal Autopilot untuk nelayan Tradisional bertempat di komplek pergudangan dan industri Safe n Lock Blok B1 no.3263.
Direktur PPNS, IR. Eko Julianto, M.SC., FRINA, saat dikonfirmasi duta mengatakan, Indonesia adalah negara maritime. Sebagai negara maritim yang 2/3 wilayahnya adalah lautan, dirinya mengajak untuk mengoptimalisasi kekayaan laut Indonesia, salah satunya hasil tangkap nelayan.
Untuk itu, Pengembangan Smart Autopilot Unmanned Ships (SAUS) Berbasis Data Lokasi Penangkapan Ikan saat ini dikerjakan. Disini, tugas perguruan tinggi untuk transfer teknologi kepada masyarakat. Pengembangan teknologi ini digunakan untuk memudahkan kehidupan manusia.
“Jadi, intinya manusia itu tidak bisa digantikan dengan apapun, tetapi memudahkan hidup manusia. Robot pun juga alat dari manusia, tidak sepenuhnya bisa menggantikan manusia. Tapi bisa menggantikan manusia pada hal-hal tertentu, misalnya robot itu tidak punya rasa capek, tidak punya emosi, sehingga kerjanya ponstan tidak ada yang merasa terganggu,” tutur Eko.
Ia melanjutkan, tujuannya yakni membangun dan membantu para nelayan untuk memanfaatkan teknologi yang sudah ada. Karena selama ini informasi dari departemen perikanan itu diberikan setiap hari informasi.
“Dengan memanfaatkan teknologi kapal autopilot, nelayan dapat menghemat bahan bakar, karena nelayan akan menuju ke lokasi persebaran ikan, tanpa berkeliling dulu menggunakan insting untuk mencari lokasi yang banyak ikannya,” jelas Eko Julianto.
“Untuk itu, menumbuhkan cinta Maritim perlu ditanamkan sejak usia dini dibangku PAUD. Kalau bisa anak-anak nelayan di sekolahkan di PPNS. Mulai sekarang bisa disiapkan anak-anak bapak sekolahkan ke PPNS, awalnya ya dikenalkan dulu dalam rangka cinta maritim, jangan bingung masalah biaya, karena ada Kartu Indonesia Kuliah,” pungkasnya.
(KIP) bantuan pendidikan dari Pemerintah yang diberikan untuk siswa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang memiliki potensi akademik baik namun memiliki keterbatasan ekonomi.
“Kolaborasi dengan PPNS 2009 pertama kali saya ada pesanan speed boat, pesanan perusahaan besar bikin di workshop PPNS. Saya tidak punya uang, saya minta uang muka, Alhamdulillah jadi,” ujar Muhammad Zainal Arifin, direktur PT. Fiberboat Indonesia.
Lebih jelas, Zainal mengatakan, teknologi harus berkembang dan kita tidak hanya mengandalkan teknologi dari luar. “Kami selaku industri pembuatan kapal sangat mendukung, berharap penelitian ini segera selesai dan bisa mengimplementasikan temuan ini,” imbuhnya.
“Manfaat aplikatif kami selaku industri siap untuk membangun kapalnya berkolaborasi dari sisi bentuk. Karena pengaruh dari sisi stabilitas pengaruh dari hidrostatik semuanya pengaruh. Dan seperti apa bentuknya kami ditunggu nanti hasil kerja sama ini,” jelas Zainal Arifin.
PT. Fiberboat memberikan pelatihan bagaimana proses pembuatan kapal nelayan dari fiber, terutama proses maintenance, perawatan dan perbaikannya. Sehingga nelayan dapat merawat dan memeprbaiki secara mandiri.
“Semoga juga bisa manfaat bagi nelayan seluruh indonesia. Saya banyak produksi dengan tipe-tipe kapal tapi teknologi untuk mencari ikan, mengetahuinya kan belum sampai ke sana. Hanya kapalnya saja. Jadi ini ada pengembangan dari sisi peruntukan, tidak hanya sekedar kapal ini hanya berjalan, tapi digunakan manfaat semi otomatis, bisa mencari sendiri dimana titik-titik ikan itu berada. Jadi bagus,” papar Zainal.
Sementara, Afif Zuhri Arfianto, S.T., M.T, Dosen PPNS, menambahkan, PPNS membuat inovasi berupa kapal autopilot yang dapat mempermudah menemukan lokasi persebaran ikan. Tentu hal ini jika diterapkan dan dimanfaatkan nelayan bisa berdampak pada hasil tangkap nelayan yang semakin meningkat.
Lokasi persebaran ikan telah difasilitasi oleh Balai Riset Observasi Laut (BROL) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa peta digital daerah persebaran ikan. Peta tersebut kita kenal dengan Peta Perkiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI).
“PPDPI merupakan peta prediksi lokasi ikan dalam mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan. Hanya sedikit nelayan yang telah memanfaatkan inovasi teknologi PPDPI ini, oleh sebab itu dirasa perlu untuk menyebarkan informasi ini kepada masyarakat nelayan agar lebih bermanfaat dan mendorong peningkatan produksi perikanan secara nasional,” terang Afif.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, PPNS melakukan penelitian dengan membuat Virtual Assistant untuk nelayan. Perangkat ini bekerja dengan memanfaatkan PPDPI, perangkat ini dapat menunjukan informasi lokasi ikan berdasarkan dari data PPDPI.
Lebih jauh, Afif menjelaskan, selanjutnya, untuk tahun ini, dibuat perangkat pengembangan dari Virtual Assistant yaitu berupa kapal untuk nelayan tradisional. Smart Autopilot Unmanned Ships (SAUS) adalah kapal tanpa awak yang dapat bergerak menuju daerah persebaran ikan.
Ketika kapal bergerak, lokasi persebaran ikan dapat berkomunikasi dengan pantai menggunakan LoRA. Selain itu, kapal juga bisa mengirim data-data di laut berupa suhu, salinitas, dan kecepatan angin. Data–data tersebut diperlukan untuk dikirim ke server untuk diolah kemudian dijadikan informasi yang berguna untuk peningkatan hasil tangkap dan keselamatan dalam berlayar.
Sementara, dalam upaya membantu nelayan tradisional meningkatkan hasil tangkap di laut, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) diimbau mengerti tentang teknologi perangkat untuk dalam menangkap ikan di laut.
Salah satu perangkat itu adalah kapal nelayan tradisional. “Jika nelayan tradisional memahami dan memanfaatkan teknologi dalam menangkap ikan, hasilnya tentu akan bertambah,” ujar M. Badrus Syarifuddin, Skretaris HSNI Cab. Sidoarjo.
Sebagai organisasi nelayan, HSNI bekerjasama dengan akademisi dan industri. Dukungan akademisi datang dari PPNS berupa kapal autopilot, dari industri dari PT Fiberboat Indonesia.
“Kedepan perlu menguatkan Sidoarjo (selain sebagai kota UMKM) sebagai kota pesisir dengan peran serta stakeholder yang ada (Pemkab, Akademisi, dan Masyarakat).Tujuanya agar taraf kehidupan masyarakat di wilayah pesisir (nelayan) bisa lebih meningkat baik secara SDM dan ekonomi,” pungkas Badrus. (loe)